5 Fakta di Balik AS dan Korsel Minta Korut Tarik Pasukan dari Rusia
NATO meminta agar pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia dihentikan, setelah terungkap bahwa 10.000 tentara Korut terlibat dalam konflik di Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengingatkan perlunya penghentian segera pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia. Hal ini terjadi setelah ia menerima informasi dari Korea Selatan mengenai meningkatnya keterlibatan Korut dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Dalam pernyataannya pada hari Senin, Rutte menyebutkan, "Saya dapat mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara telah dikirim ke Rusia, dan unit militer mereka telah dikerahkan ke wilayah Kursk." Pernyataan tersebut menyusul pengarahan yang diberikan oleh perwakilan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, yang menekankan bahwa tindakan ini merupakan 'eskalasi signifikan' dalam keterlibatan Korut dalam agresi ilegal Rusia.
- Anggota Parlemen Ungkap 100 tentara Korea Selatan Tewas di Ukraina
- Bantu Rusia, Tentara Korea Utara Akhirnya Baku Tembak dengan Prajurit Ukraina
- Korea Utara Bantu Rusia Kirim Ribuan Tentara buat Perang di Ukraina, AS Panik Sampai Rayu China
- 12 Fakta Korea Utara sebagai Negara Tertutup, Jarang Diketahui
Rutte menganggap pengerahan pasukan Korut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, yang menunjukkan adanya risiko meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut. Ia juga menambahkan bahwa situasi ini mencerminkan keputusasaan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang tengah mencari dukungan dari negara lain untuk memperkuat posisinya melawan keberanian Ukraina. Rutte berkomitmen untuk terus mendukung Ukraina dan meningkatkan bantuan militer yang diberikan kepada negara tersebut.
Pengiriman Pasukan Korea Utara
Berdasarkan laporan dari intelijen, diperkirakan sekitar 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim untuk memberikan dukungan kepada Rusia dalam pertempuran melawan Ukraina. Rutte menyatakan bahwa informasi ini telah dikonfirmasi oleh intelijen Ukraina, yang melaporkan bahwa personel militer dari Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah-wilayah yang saat ini diduduki.
Sebelumnya, Korea Selatan juga mencatat kedatangan 1.500 tentara Korut di Rusia antara 8 hingga 13 Oktober untuk mendukung 'operasi militer khusus' yang dilakukan oleh Moskow. Pengerahan pasukan ini dianggap sebagai langkah yang sangat provokatif dan berpotensi memicu eskalasi konflik lebih lanjut.
Dalam konteks ini, Rutte mengingatkan pentingnya agar Rusia dan Korea Utara segera menghentikan pengiriman pasukan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ketegangan yang lebih besar di kawasan tersebut.
Upaya untuk meredakan situasi sangat diperlukan agar tidak terjadi dampak yang lebih luas, baik bagi negara-negara yang terlibat langsung maupun bagi stabilitas regional secara keseluruhan. Dengan demikian, langkah-langkah diplomatik harus diutamakan untuk menyelesaikan permasalahan ini tanpa menambah ketegangan yang ada.
Tanggapan Internasional
Dalam menanggapi situasi terkini, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, mendesak Korea Utara untuk segera menarik pasukannya dari Rusia. Dalam pernyataannya di Pentagon, Austin menyatakan, "Saya menyerukan kepada mereka untuk menarik pasukan mereka dari Rusia."
Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran akan potensi risiko keamanan global yang dapat timbul akibat keterlibatan Korea Utara. Ia juga menekankan bahwa Amerika Serikat akan terus berkolaborasi dengan sekutu dan mitra untuk mencegah Rusia memanfaatkan pasukan Korut dalam konflik militer.
Selain itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, memberikan peringatan bahwa pengiriman pasukan Korut dapat memperburuk ancaman keamanan di semenanjung Korea. Hal ini semakin berisiko jika Pyongyang berusaha untuk meminta transfer teknologi dari Rusia demi memperkuat program persenjataan mereka. Peringatan ini menunjukkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi, dan perlunya tindakan kolektif untuk menjaga stabilitas di kawasan tersebut.
Aliansi Strategis antara Rusia dan Korut
Rusia dan Korea Utara telah meningkatkan kerjasama politik dan militer mereka, terutama sejak dimulainya konflik di Ukraina. Pada bulan Juni, kedua negara menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif, yang mencakup dukungan militer jika salah satu pihak diserang.
Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama antara Rusia dan Korut semakin erat, dan pengiriman pasukan Korut ke Rusia dapat dianggap sebagai bagian dari kesepakatan tersebut. Rutte, sebagai respons, menekankan pentingnya menghentikan tindakan ini untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Pengerahan pasukan ini mencerminkan adanya potensi ancaman yang lebih besar, tidak hanya bagi Ukraina, tetapi juga bagi negara-negara tetangga lainnya.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB telah mengagendakan pertemuan untuk membahas masalah ini, di mana Ukraina meminta bantuan dari negara-negara lain untuk menyoroti dugaan pengiriman pasukan dari Korea Utara. Pertemuan tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada hari Rabu, 30 Oktober 2024.
Sementara itu, Rusia juga mengajukan permohonan untuk mendiskusikan pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina, yang menunjukkan bahwa ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat semakin meningkat. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai langkah-langkah yang perlu diambil untuk meredakan konflik yang telah berlangsung lama.