Apakah Vaksin Covid-19 Bisa Hentikan Penyebaran Virus Corona?
Banyak orang berpikir setelah divaksinasi Covid-19, kekebalan akan segera terbentuk dan tubuh bisa melawan infeksi virus corona. Apakah benar kerja vaksin Covid-19 demikian? Dan apakah vaksin bisa menghentikan penyebaran virus corona?
Cara berpikir kebanyakan orang tentang vaksin sangat sederhana: Anda divaksinasi, dan sistem kekebalan Anda siap dan terlatih untuk memerangi penyusup ke dalam tubuh baik itu virus maupun bakteri. Jika Anda terlindungi, Anda tak bisa tertular, dan jika Anda tak tertular, selanjutnya Anda tak akan bisa menyebarkannya ke siapapun.
Dan itu seringkali benar.
-
Apa itu Vaksin Herpes Zoster? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah. Vaksin Herpes Zoster sendiri perlu didapatkan oleh kelompok usia 50 tahun ke atas.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
-
Apa yang dimaksud dengan vaksinasi untuk kucing? Vaksinasi adalah salah satu cara untuk melindungi kucing dari berbagai penyakit menular.
-
Vaksin apa saja yang melindungi kucing dari penyakit berbahaya? Vaksin pada kucing biasanya diberikan melalui suntikan di bawah kulit, dan beberapa juga ada yang diberikan sebagai tetes ke mata atau hidung. Vaksin kucing diberikan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit menular melalui stimulasi respon imun jika nantinya kucing Anda terkena infeksi.
Tapi tak semua vaksin bekerja dengan cara itu, dan sebenarnya dua vaksin Covid-19 yang disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) — diproduksi Moderna dan Pfizer-BioNtech, tak dirancang dengan cara kerja tersebut. Kemanjuran dua vaksin ini diukur dari bagaimana mereka melindungi orang dari penyakit Covid-19 sedang sampai parah – bukan bagaimana mereka mencegah infeksi atau mencegah penyebaran virus corona sendiri.
Itu hal penting untuk diingat di tengah tingkat vaksinasi yang semakin meningkat. Sementara suntikan vaksin 94 persen sampai 95 persen efektif mencegah penyakit, belum ada data definitif bahwa vaksin bisa benar-benar mematikan virus untuk menghentikan penyebarannya dari orang yang terinfeksi ke orang lain, misalnya pada orang telah divaksin tapi terinfeksi virus corona tak memakai masker atau tak menjaga jarak sosial.
Itulah mengapa pejabat kesehatan masyarakat pernah mengatakan walaupun Anda telah divaksinasi, Anda tak bisa melepaskan masker atau bisa langsung mengadakan pesta dengan teman atau keluarga Anda yang telah divaksin. Itu tak akan terjadi sampai para peneliti menyelesaikan penelitiannya terkait vaksin, yang memerlukan waktu beberapa bulan lagi, untuk menentukan bagaimana suntikan vaksin menghentikan virus melompat dari orang yang telah divaksin ke orang lain.
Namun, ada kabar baik terkait hal itu, berkat dua penelitian terbaru, satu oleh AstraZeneca dan satu lagi oleh sekelompok ilmuwan Israel. Kedua kelompok baru-baru ini menerbitkan data yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 dapat mengurangi penyebaran virus, tetapi data itu perlu diteliti lebih lanjut. (Vaksin AstraZeneca disahkan di Inggris tetapi perusahaan belum mengajukan permohonan otorisasi di AS).
Pada 1 Februari, AstraZeneca dan mitra akademisnya di Universitas Oxford melaporkan hasil penelitian Tahap 3 atau tahap akhir vaksin mereka. Vaksin terbuat dari adenovirus yang dilemahkan yang menyebabkan infeksi pada simpanse, yang dimodifikasi untuk membawa instruksi genetik untuk membuat protein virus Covid-19. Protein ini memicu sistem kekebalan manusia untuk membuat antibodi terhadap protein virus, yang, jika orang yang divaksinasi kemudian terinfeksi virus, dapat menghalangi virus Covid-19 yang sebenarnya untuk menempel dan menginfeksi sel.
Dalam penelitian itu, para ilmuwan mengatakan suntikan mereka 67 persen efektif melindungi orang dari penyakit Covid-19, dan hampir 100 persen efektif dalam melindungi mereka dari penyakit parah yang harus dirawat inap.
Mereka juga mengambil sampel mingguan dari relawan penelitian dan melakukan tes Covid-19. Hasilnya, yang positif 50 persen lebih sedikit di antara orang yang divaksinasi dibandingkan di antara orang yang tidak divaksinasi. Karena orang yang tidak dites positif lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi, dan oleh karena itu tidak dapat menyebarkan virus, mereka mengekstrapolasi dari data tersebut bahwa suntikan mereka dapat menurunkan penyebaran virus.
Namun menurut pejabat kesehatan masyarakat temuan itu masih perlu dikonfirmasi. Orang yang divaksinasi memiliki lebih sedikit virus di dalam tubuhnya jika mereka terinfeksi, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka tidak dapat menularkan virus kepada orang lain. Seperti yang sering dikatakan para ahli penyakit menular, yang dibutuhkan hanyalah satu virus untuk menyebabkan infeksi.
“Faktanya adalah apa yang mereka tunjukkan adalah penurunan pelepasan virus, atau penurunan deteksi virus,” jelas Dr. Carlos del Rio, pakar penyakit menular dan dekan eksekutif Universitas Emory, dikutip dari TIME, Jumat (12/2).
Dia menambahkan, itu tak berarti bahwa virus sudak tak ada dan tidak dapat ditularkan ke orang lain.
Seminggu kemudian, para ilmuwan di Israel menerbitkan laporan awal yang mengisyaratkan di antara 20 persen atau lebih populasinya yang telah divaksinasi, sebagian besar dengan vaksin Pfizer-BioNTech, mereka yang divaksinasi kemungkinan kecil untuk menyebarkan virus.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan orang yang berusia di atas 60 tahun, yang termasuk di antara orang-orang pertama yang mendapatkan vaksinasi, mulai akhir Desember, dengan mereka yang berusia 40-60 tahun, yang divaksinasi baru-baru ini.
Karena suntikan membutuhkan dua dosis, sebagian besar vaksin pertama pada kelompok yang lebih tua menerima kedua suntikan pada akhir Januari, jadi para peneliti membandingkan tes Covid-19 positif antara dua kelompok usia setelah waktu itu. (Sebelumnya, ada sedikit perbedaan antara kedua kelompok dalam hal tes positif Covid-19.)
Mereka menemukan bahwa jumlah relatif tes positif di antara orang lanjut usia yang divaksinasi lengkap (dua dosis) secara signifikan lebih rendah daripada di antara kelompok yang lebih muda, dan berhipotesis vaksin itu sebagian mengurangi penyebaran virus.
Mereka kemudian membuat model untuk memperkirakan vaksin menurunkan jumlah virus dari 1,5 hingga 20 kali di antara orang-orang yang tertular dan kemudian terinfeksi. Namun, mereka mengukur jumlah virus pada orang, atau viral load, dan bukan tingkat penularan yang sebenarnya dari satu orang ke orang lain.
Semua itu bermuara pada fakta bahwa belum sepenuhnya jelas apakah vaksinasi dapat menghentikan Anda menyebarkan virus jika Anda terinfeksi. Mungkin saja, tetapi studi definitif untuk memastikan itu belum selesai. Jadi tunggu saja.
Sementara itu, meskipun Anda telah mendapatkan dosis lengkap, ikuti saran dari pejabat kesehatan masyarakat: pakai masker, praktikkan jarak sosial, dan hindari area ramai, terutama di dalam ruangan.
Ini tidak mudah dilakukan, tetapi jika lebih banyak orang mempraktikkan perilaku ini, semakin sulit virus untuk terus menyebar. Dan itu adalah sesuatu yang kita semua bisa sepakati.
(mdk/pan)