Bangkitnya Musik Anti-Muslim India, Saat Kebencian Menyusup Lewat Lirik Lagu
Lirik-liriknya melecehkan atau mengancam. Biasanya berdasarkan premis orang Hindu menderita selama berabad-abad di tangan pemimpin Muslim dan sekarang saatnya melakukan pembalasan.
Sandeep Chaturvedi (26) sedang siap-siap untuk merekam lagu barunya di sebuah studio di kota Ayodhya, negara bagian Uttar Pradesh, India.
Lagu itu tentang sebuah masjid yang menjadi kontroversi setelah umat Hindu mengklaim berhak bersembahyang di sana. Liriknya penuh dengan sindiran terhadap Muslim.
-
Bagaimana Heatwave bisa terjadi? Gerakan semu Matahari pada akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan. Hal ini menyebabkan penyinaran Matahari sangat terik dan memberikan latar belakang kondisi yang panas.
-
Apa itu Heatwave? Gelombang panas atau heatwave di Asia Tenggara dan Asia Selatan menjadi sorotan karena suhu yang mencapai tingkat ekstrem. Beberapa negara mengalami suhu di atas 40 derajat Celsius, bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
-
Mengapa heatstroke berbahaya? Heatstroke adalah kondisi yang mengancam jiwa karena berpotensi menyebabkan disfungsi multi-organ.
-
Kapan Belva Ugraha lahir? Dengan cepat, pria yang lahir pada tahun 2001 ini telah tumbuh menjadi dewasa dan terlihat seperti kakak-adik dengan Abimana.
-
Kapan Heatwave terjadi di Asia Tenggara? Baru-baru ini, beberapa negara di Asia Tenggara dilanda gelombang panas atau heatwave yang menyebabkan suhu ekstrem. Beberapa negara yang terdampak termasuk Filipina, Thailand, dan negara-negara lain di Asia Tenggara.
-
Siapa yang berisiko terkena heatstroke? Heatstroke dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Lagu-lagu Chaturvedi adalah bagian dari tren musik yang berkembang di YouTube dan platform media sosial lain di India di mana para pendukung sayap kanan Hindu menebarkan racun kebencian kepada Muslim. Lirik-liriknya melecehkan atau mengancam. Biasanya berdasarkan premis orang Hindu menderita selama berabad-abad di tangan pemimpin Muslim dan sekarang saatnya melakukan pembalasan.
Menurut penulis dan pengamat politik, Nilanjan Mukhopadhyay, selain menjadi sumber pendapatan, musik berisi ujaran kebencian itu membuat penyanyinya dikenal. Tapi bagi Mukhopadhyay, itu bukan musik.
"Itu seruan perang. Seolah-olah musik dimanfaatkan untuk memenangkan perang. Ini penyalahgunaan musik dan terjadi selama bertahun-tahun," jelasnya kepada BBC, Selasa (9/8).
Chaturvedi memulai kariernya sebagai penyanyi religi sekitar satu dekade yang lalu, lalu belakangan dia memutuskan menciptakan lagu bertema "Hinduisme dan nasionalisme". Salah satu video klip yang dia produksi pada 2016 digemari di kalangan nasionalis Hindu sayap kanan. Liriknya berisi peringatan kepada komunitas Muslim soal apa yang akan terjadi saat nasionalisme Hindu mengalami kebangkitan.
Chaturvedi mengatakan lagu ini ditonton jutaan kali di YouTube sebelum salurannya diblokir setelah ribuan komplain. Dia menyalahkan orang Muslim karena melaporkan lagunya sebagai konten yang tidak pantas.
Dia kehilangan jutaan subscriber, tapi menolak menyebutkan berapa penghasilannya dari YouTube.
"Saya tidak mendapat banyak uang dari YouTube. Yang lebih penting adalah pengakuan yang saya dapat sebagai penyanyi nasionalis revolusioner," cetusnya.
Chaturvedi lalu membuat saluran YouTube baru. Tapi jumlah penontonnya tidak begitu banyak. Dia berharap itu bisa berubah dengan lagu terbarunya.
Picu bentrokan
Upendra Rana dari Dadri di dekat Delhi juga menciptakan lagu bertema sama seperti Chaturvedi.
Misinya adalah untuk "mengoreksi" sejarah dan lagu-lagunya adalah lagu pujian untuk pejuang Hindu di mana penguasa Muslim digambarkan sebagai orang jahat.
"Banyak kebenaran disembunyikan sementara kebohongan disematkan pada kami," klaimnya saat membahas sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Rana memiliki 400.000 subscriber di YouTube dan banyak lagunya yang ditonton jutaan kali.
Lagu-lagu semacam ini membantu organisasi sayap kanan "memobilisasi" kader-kadernya.
"Anak-anak muda menyukai lagu-lagu ini karena membangkitkan antusiasme dan daya juang mereka," kata ketua kelompok sayap kanan Hindu Raksha Dal, Pinky Chaudhary.
Lagu-lagu semacam ini diyakini ditampilkan pada April lalu ketika bentrokan pecah di beberapa negara bagian saat festival Hindu. Selama insiden tersebut, musik-musik semacam ini diputar melalui pengeras suara saat umat Hindu melakukan prosesi keagamaan dan bergerak di daerah yang didominasi Muslim.
Dalam beberapa bentrokan, lagu-lagu provokatif dan hasutan itu termasuk lagu Chaturvedi dituding memicu kekerasan.
Chaturvedi membantah tuduhan itu.
"Saya hanya berusaha membangun kesadaran melalui musik saya," ujarnya.
"Kita harus berjuang dan merebut apa yang menjadi milik kita."
(mdk/pan)