Bela Islam & Rohingya, Paus Fransiskus kritik pemerintah Myanmar
Bela Islam & Rohingya, Paus Fransiskus kritik pemerintah Myanmar. Dia meminta pemerintah Myanmar untuk membiarkan para warga Rohingya hidup dalam keimanan mereka. Kritik Paus Fransiskus nyatanya berdasar pada laporan PBB yang merinci tuduhan pelecehan, pemerkosaan dan pembunuhan Rohingya dilakukan militer Burma.
Demi toleransi antar umat beragama, Paus Fransiskus dengan tegas mengkritik pemerintah Myanmar atas tuduhan penganiayaan kepada para etnis Muslim Rohingya. Dia meminta pemerintah Myanmar untuk membiarkan para warga Rohingya hidup dalam keimanan mereka.
"Hanya karena mereka ingin hidup dalam budaya dan iman Islam mereka, bukan berarti mereka boleh disiksa dan dibunuh. Biarkan mereka hidup dalam iman mereka," tegasnya, seperti dikutip dari The Independent, Rabu (8/2).
-
Apa yang dilakukan Paus Fransiskus di Indonesia? Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia yang juga merupakan Kepala Negara Vatikan, mengadakan kunjungan di Indonesia.
-
Siapa yang menyambut Paus Fransiskus di Indonesia? Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri acara penyambutan kunjungan kenegaraan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus di Istana Negara hari ini.
-
Kapan Paus Fransiskus akan berkunjung ke Jakarta? Oleh sebab itu, sebanyak ribuan personel disiagakan dalam mulai dari 2-7 September 2024 untuk mengawal Paus selama ada di Jakarta.
-
Apa kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia? Selama 4 hari kunjungan beliau Yang Teramat Mulia, Sri Paus akan melakukan pertemuan kenegaraan, pertemuan dengan korps diplomatik dan wakil-wakil masyarakat, pertemuan dengan tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal, serta Misa Kudus
-
Dimana Paus Fransiskus menyapa umat Katolik Indonesia? Paus Fransiskus pun menyapa umat Katolik Indonesia dalam Misa akbar yang dihadiri oleh puluhan ribu umat Katolik dari seluruh Indonesia di Gelora Bung Karno.
Kritik Paus Fransiskus nyatanya berdasar pada laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikeluarkan pekan lalu. Dalam laporan tersebut dirinci tuduhan pelecehan, pemerkosaan dan pembunuhan Rohingya dilakukan militer Burma.
Pemerintah Myanmar sendiri sangat membatasi akses ke negara bagian tempat para muslim Rohingya tinggal. Karenanya, cukup sulit untuk melakukan verifikasi laporan yang keluar dari wilayah tersebut.
menlu retno temu pengungsi rohingya di Bangladesh ©KemenluTak hanya masalah penganiayaan ini, PBB juga sebelumnya telah menjuluki Rohingya sebagai 'orang paling tertindas di Bumi'. Julukan itu dikeluarkan usai penolakan akses pendidikan Rohingya ke jenjang perguruan tinggi pada 2013 silam.
Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) telah mendokumentasikan tuduhan dengan berbicara langsung kepada para muslim Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh. Mereka mengambil langkah untuk segera mengeluarkan laporan, bahkan sebelum menyelesaikan semua penelitian yang direncanakan.
Dirasa ada urgensi krisis dalam kasus ini, sehingga laporan harus segera dirilis. Hal senada diungkapkan Linnea Arvidsson, salah satu dari empat pekerja PBB yang mewawancarai pengungsi Rohingya.
Dia menjelaskan, situasi yang dialami para etnis Rohingya sangat mengejutkan.
"Saya tidak pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya, namun dalam 204 wawancara yang saya lakukan, setiap orang menceritakan traumatis yang mereka alami. Mulai dari rumah mereka yang dibakar, pemerkosaan yang mereka alami, bahkan sampai kerabat yang tewas atau dibawa pergi," tutur Arvidsson.
Desa Rohingya sebelum dan sesudah dibakar ©Reuters/Human Rights WatchDia bercerita kalau militer Myanmar memecah keluarga para warga Rohingya ini. Laki-laki dan perempuan tidak boleh bersatu.
"Para wanita menangis ketika mereka berbicara tentang diperkosa, atau melihat anak-anak mereka dibunuh. Para pria menangis saat menceritakan rumah mereka habis dibakar, dan kebingungan mereka menafkahi keluarganya," sambung dia.
Sementara itu, Paus Fransiskus dalam pidatonya, Rabu (8/2), mengulangi seruan bagi orang-orang untuk membangun jembatan pemahaman, bukan dinding pemisah toleransi. Paus mengungkapkan kembali pelajaran agama Kristen umum yang memberikan harapan dan pengampunan dalam menciptakan perdamaian.
Pidatonya ini, sama dengan yang dia ucapkan saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengesahkan perintah eksekutif untuk imigran dari tujuh negara muslim, dan pembangunan tembok perbatasan ilegal.
"Dalam konteks sosial dan sipil, saya mengimbau untuk tidak membuat dinding, namun membangun jembatan. Untuk tidak menanggapi kejahatan dengan kejahatan. Kalahkan kejahatan dengan kebaikan dan pelanggaran dengan pengampunan. Jika Anda seorang Kristen, Anda tidak akan pernah mengatakan 'saya akan membayar itu'. Pelanggaran Anda akan diatasi dengan pengampunan, untuk hidup damai dengan semua orang," pungkas Paus Fransiskus.
(mdk/che)