Bukan Lapar atau Caper, Ahli Ungkap Mengapa Kucing Kerap Meracau
Terkadang, kucing akan mengeluarkan suara khas seperti meracau, bukan mengeong.
Kucing menghasilkan berbagai suara untuk berinteraksi dengan manusia dan hewan lain, seperti mengeong dan mendesis. Suara mengeong umumnya ditujukan kepada manusia sebagai tanda untuk menarik perhatian, misalnya saat mereka merasa lapar. Di sisi lain, mendesis atau menggeram kepada sesama kucing atau hewan lain menandakan adanya stres atau permusuhan.
Terkadang, kucing juga mengeluarkan suara pelan yang khas ketika melihat mangsanya, yang dikenal sebagai chatter atau meracau. Namun, apa sebenarnya tujuan dari suara ini?
-
Apa jenis kucing yang ada di Taman Safari Indonesia? Ini adalah ras kucing langka berjenis Serval. Dia memiliki warna dan motif yang sedikit mirip macan tutul namun jinak.
-
Kenapa kucing muntah cacing? Penyebab kucing muntah cacing, biasanya terjadi karena infeksi jenis cacing parasit di dalam tubuhnya. Seperti cacing gelang, cacing, tambang, cacing pita, atau cacing hati. Dari beberapa jenis ini, yang paling umum menyebabkan infeksi adalah cacing gelang.
-
Bagaimana kucing berkeringat? Kucing memiliki kelenjar keringat terletak di bagian bawah bantalan kakinya. Kelenjar ini berbeda dari manusia yang memiliki kelenjar keringat di seluruh tubuh.
-
Apa ciri khas Kucing Merah? Kucing Merah memiliki karakteristik bulu berwarna oranye kemerahan dengan corak huruf M di dahinya. Bentuk tubuhnya juga lebih berotot dibanding sesamanya.
-
Kapan kucing itu ditemukan? Bulan lalu, Benny dan Susanne Anguiano akhirnya dipertemukan kembali dengan kucing mereka, Rayne Beau.
-
Mengapa kucing mendengkur? Mereka biasanya mengamati dengkuran induknya ketika menyusui sehingga ketika dewasa, kucing akan mendengkur ketika mereka merasa bahagia dan nyaman.
Dilansir Live Science, Jumat (11/10), belum ada penelitian yang secara langsung mengkaji perilaku ini, karena sifat mandiri kucing membuatnya sulit untuk diteliti di laboratorium.
Mikel Delgado, seorang ahli perilaku kucing, menjelaskan bahwa sulit untuk menentukan apa yang sebenarnya terjadi saat kucing meracau, tetapi tampaknya mereka tidak sedang berkomunikasi dengan manusia atau hewan lain. Meskipun demikian, pemilik kucing dan peneliti telah mengemukakan beberapa kemungkinan penjelasan untuk suara kucing ini.
"Salah satu hipotesis adalah bahwa meracau mencerminkan frustrasi," ungkap Delgado.
"Kucing mungkin melihat mangsanya, tetapi ada penghalang yang menghalangi mereka."
Hal ini mirip dengan manusia yang mendengus atau menggerutu saat merasa kesal. Vokalisasi yang tidak biasa ini bisa jadi merupakan ekspresi emosi tertentu dari kucing.
"Ini tidak selalu menunjukkan pengalaman negatif," tambah Delgado.
"Bisa jadi itu juga menandakan kegembiraan."
Selain teori ini, terdapat beberapa spekulasi lain mengenai alasan kucing meracau.
Kepekaan Indra
Salah satu alasan mengapa kucing mengeluarkan suara adalah untuk meningkatkan kemampuan penciumannya. Jonathan Losos, seorang ahli biologi evolusioner dari Washington University in St. Louis dan penulis buku *"The Cat's Meow: How the Cats Evolved from the Savanna to Your Sofa,"* menjelaskan bahwa kucing mungkin membuka dan menutup mulutnya untuk mengalirkan udara ke organ yang dikenal sebagai organ vomeronasal atau organ Jacobson.
Organ sensorik ini terletak di atap mulut kucing dan berfungsi sebagai hidung kedua, memungkinkan kucing untuk mencium berbagai bahan kimia yang tidak terdeteksi oleh hidung. Dengan mengarahkan aliran udara ke organ tersebut, suara yang dikeluarkan kucing dapat membantu mereka memperoleh informasi sensorik tambahan mengenai lingkungan sekitar.
Namun, merancang penelitian untuk menguji hipotesis ini dengan efektif akan menjadi tantangan yang cukup besar.
Menarik Perhatian
Salah satu penjelasan lain mengenai suara khas kucing adalah mereka meracau untuk meniru. Teori ini didukung oleh sebuah penelitian.
"Beberapa peneliti mengamati margay (Leopardus wiedii), kucing liar kecil yang berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, yang mengeluarkan suara saat berburu sekelompok monyet kecil," kata Losos.
"Mereka mengklaim suara tersebut mirip dengan suara monyet dan masyarakat adat setempat menyatakan para predator sering meniru suara mangsanya untuk menarik perhatian," tambahnya.
Racauan kucing mirip dengan kicauan burung kecil, yang merupakan mangsa umum bagi kucing domestik (Felis catus), sehingga kucing mungkin menggunakan suara tersebut untuk menarik perhatian mangsanya. Namun, selain pengamatan pada kucing liar jenis margay, belum ada laporan lain tentang perilaku meniru di spesies kucing liar.
Menurut Losos, kurangnya informasi tentang keluarga kucing yang lebih luas menjadi kendala dalam mempelajari perilaku ini pada kucing domestik.
"Sebagian besar kucing kecil belum banyak diteliti, dan kita tidak memiliki banyak informasi tentang mereka, termasuk nenek moyang kucing domestik, yaitu kucing liar Afrika Utara," jelas Losos.
"Kunci untuk memahami kucing domestik adalah dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kucing liar, sehingga kita dapat mengetahui apakah perilaku tersebut diwariskan dari nenek moyang mereka atau berkembang sejak proses domestikasi."
Belum Terpecahkan
Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori ini, dan merancang eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut cukup menantang.
"Pertama, Anda perlu mengetahui dalam kondisi apa mereka meracau dan kepada siapa mereka meracau," jelas Delgado.
"Namun, jelas bahwa menunjukkan respons emosional kucing akan lebih sulit, dan Anda mungkin perlu menambahkan beberapa indikator fisiologis untuk mengukur stres, seperti hormon stres."
Meskipun saat ini penyebab kucing meracau masih belum terpecahkan, Delgado berpendapat pemilik kucing dapat memberikan informasi berharga untuk membantu memahami alasan di balik perilaku tersebut. Kita perlu mengamati hewan atau mainan apa yang diracaukan kucing dan apakah ini terjadi di dalam atau di luar rumah.
"Melakukan survei kepada pemilik kucing mengenai apa yang mereka amati dan apakah kucing mereka mengoceh akan menjadi hal yang menarik," pungkas Delgado.