Bunker Ini Saksi Bisu Kekejaman Jepang, Tempat Eksperimen Mengerikan terhadap Manusia
Bunker ini dulu digunakan oleh ilmuwan Jepang untuk eksperimen mengerikan terhadap manusia.
Arkeolog menemukan bunker kuno yang terbengkalai yang digunakan saat Perang Dunia (PD) II di China. Bunker ini dulu digunakan oleh ilmuwan Jepang untuk eksperimen mengerikan terhadap manusia.
Manusia yang menjadi korban eksperimen bunker ini harus menahan rasa sakit dari dehidrasi, radang dingin, hingga pengeboman antraks.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Sarsina? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina. Penemuan ini diumumkan Kementerian Kebudayaan Italia (MIC) dalam keterangan persnya.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Inggris? Baru-baru ini arkeolog menemukan kapak genggam prasejarah di Inggris. Ilmuwan takjub dengan ukuran perkakas berusia 300.000 tahun ini, yang dinilai sangat besar.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di kota kelahiran Sinterklas? Para arkeolog menemukan sejumlah hiasan plakat kaca dengan desain yang sangat indah saat menggali di kota kelahiran Sinterklas.
Bunker ini sebenarnya sudah diketahui hampir lebih dari delapan dekade, hanya saja keberadaannya baru dapat dikonfirmasi saat ini.
Seorang peneliti bersama Institut Relik Kebudayaan dan Arkeologi Provinsi Heilongjang di China mengatakan "bunker ini menjadi bukti kekejaman Unit 731," seperti dilansir New York Post, Kamis (1/6).
"Legasi dari bunker ini juga dapat dirasakan hingga sekarang, seperti dalam upaya global dalam pencegahan perang biologis."
Dibangun pada tahun 1941, bunker berbentuk U ini memiliki panjang 32 meter dan lebar 20 meter yang terbentuk dari labirin-labirin ruangan dan terowongan yang saling terhubung.
Arkeolog meyakini ruangan-ruangan yang terdapat dalam bunker ini merupakan laboratorium, ruang diseksi, dan ruang penyimpanan sel dari manusia yang menjadi kelinci percobaan.
Bunker tempat penyiksaan ini dipercaya sebagai situs terbesar dan terlengkap yang digunakan oleh Unit 237 dari Tentara Kekaisaran Jepang yang digunakan dalam beberapa eksperimen paling mengerikan terhadap manusia.
Dari tahun 1935 hingga kekalahan Jepang dalam PD ke-2, bunker ini menggunakan tawanan perang China, Korea, Rusia, dan Amerika sebagai subjek eksperimen perang kimia mereka.
Para tawanan perang ini disiksa menggunakan granat, senjata kimia, dan bahkan memutar mereka hingga mati di dalam pemintal sentrifugal.
Selain itu, mereka juga dibedah tanpa dibius dan dipenjara dalam ruangan bertekanan rendah hinnga bola mata mereka meledak.
Unit 731 juga diketahui pernah mengembangbiakkan lalat terinfeksi wabah yang kemudian disebarkan di penjuru China melalui pesawat. Hal ini menimbulkan wabah yang menewaskan ratusan hingga ribuan orang.
Dalam tribunal kejahatan perang Shenyag pada tahun 1956, komandan Unit 731 Sakaki Hayao mendeskripsikan eksperimen yang brutal, di mana korbannya diikat ke tiang kayu dan dihujani dengan tembakan bom antraks untuk menghitung tingkat efektifitas mikroba yang disenjatakan.
Sekitar 12.000 laki-laki, perempuan, dan anak-anak disebut-sebut telah tewas akibat dari tes kejam ini.
Bunker eksperimen ini dijaga ketat oleh Unit 731 menggunakan pagar besi di sekitarnya dan ruang-ruangannya disembunyikan di bawah tanah agar tetap bersifat rahasia dan aman dari serangan udara.
Penjahat perang dari bunker ini sebagian besar tidak dihukum setelah mereka menyerah. Jenderal Amerika Serikat, Douglas MacArthur memberikan mereka imunitas dari prosekusi dan mengaku tidak memiliki informasi terkait kriminalitas mereka.
Arkeolog berharap penemuan ini dapat menyorot kembali tindak kekejaman ini. Mereka berencana untuk menginvestigasi penemuan ini lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran denah bunker secara mendetail.
Reporter Magang: Qaulan Maruf Indra
(mdk/pan)