China Ajak Dubes Indonesia Lihat Langsung Kehidupan Muslim Uighur
Pemerintah China mengundang belasan Duta Besar (Dubes) berbagai negara termasuk Dubes Indonesia untuk China mengunjungi Provinsi Xinjiang, yang dikenal sebagai wilayah yang ditinggali etnis muslim Uighur. Kehidupan muslim Uighur belakangan kembali menjadi sorotan atas dugaan adanya pelanggaran HAM oleh pemerintah setem
Pemerintah China mengundang belasan Duta Besar (Dubes) berbagai negara termasuk Dubes Indonesia untuk China mengunjungi Provinsi Xinjiang, yang dikenal sebagai wilayah yang ditinggali etnis muslim Uighur. Kehidupan muslim Uighur belakangan kembali menjadi sorotan atas dugaan adanya pelanggaran HAM oleh pemerintah setempat.
Ada 12 Duta Besar dan pejabat diplomatik yang diundang dalam kunjungan ini yaitu Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, Tajikistan, India, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Afghanistan, Thailand, dan Kuwait. Kunjungan berlangsung pada 28-30 Desember 2018.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman di Tebet? Bangunan menyerupai perahu inilah yang kemudian menjadi ikon dari masjid tersebut. Tak sedikit juga jemaah yang mengabadikan gambar di sekitar area perahu.
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
"Utusan diplomatik mengunjungi pasar lokal, petani, lembaga pendidikan, masjid, pabrik, serta pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan," seperti dilansir dari Xinhua, Senin (14/1).
Dalam laporannya, Xinhua menyampaikan sepanjang perjalanan, para Duta Besar berinteraksi dengan pedagang lokal, siswa, dan pekerja di Xinjiang dan belajar tentang kemajuan kawasan dalam menjaga stabilitas sosial, meningkatkan mata pencaharian masyarakat dan mengembangkan ekonomi lokal. Mereka juga berharap ada bekerja sama dengan Xinjiang di bidang budaya, pariwisata, ekonomi dan perdagangan.
"Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun mengatakan sekolah telah meninggalkan kesan besar padanya dan bahwa siswa belajar tidak hanya tentang hukum dan keterampilan, tetapi juga budaya mereka sendiri," tulis Xinhua.
Sementara itu, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Afghanistan di China, Sayed Habiburahman Husinpur, yang telah mengunjungi Xinjiang berkali-kali mengatakan, "Orang-orang sibuk belajar dan bekerja di sini, sangat berbeda dari masa lalu ketika orang sering terlihat bermalas-malasan tanpa banyak yang harus dilakukan."
"Program pendidikan dan pelatihan kejuruan adalah pengaturan yang cocok yang telah meningkatkan kehidupan banyak orang serta keluarga mereka, kata Husinpur. Banyak negara menghadapi masalah seperti menyelesaikan pengangguran dan de-ekstremisme, tetapi program-program di Xinjiang menuai hasil yang baik dan dapat memberikan referensi untuk negara lain," lanjut Xinhua.
Utusan diplomatik juga mengunjungi Masjid Id Kah di Kashgar, masjid terbesar di Xinjiang, dan diberi pengarahan tentang masjid dan peningkatan fasilitasnya.
Penasihat Kedutaan Besar Malaysia di China, Mohammed Hosnie Shahiran Ismail mengatakan melalui tur tersebut, dia melihat pemerintah Tiongkok sangat mementingkan kebebasan beragama, dan kegiatan keagamaan dilindungi oleh negara. Perjalanan itu menyegarkan kembali pemahamannya tentang Xinjiang dan etnis Uighur. Menurutnya wilayah itu berbeda dari apa yang digambarkan selama ini oleh media Barat.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Ketika Islam Hendak Disesuaikan dengan Sosialisme di China
China Izinkan PBB Kunjungi Provinsi Asal Etnis Uighur
Mengintip Kehidupan Muslim Uighur di 'Kamp Konsentrasi' China
Sederet Tragedi Kemanusiaan Terbesar di Dunia Sepanjang 2018
Dubes China: Pemberitaan Media Tentang Muslim Uighur Tidak Benar
Klarifikasi Uighur, Dubes China Bilang 'Tiongkok Sahabat Bagi Negara Islam'