China Uji Coba Rudal Balistik Jarak Jauh, Ini Tujuannya
China biasanya melakukan uji coba tanpa pemberitahuan.
China mengumumkan telah berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Samudra Pasifik pada Rabu (25/9). Peluncuran ini dinilai berpotensi menambah kekhawatiran global mengenai program nuklir negara tersebut.
"ICBM yang dilengkapi dengan hulu ledak tiruan ini diluncurkan oleh Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada pukul 08.44 waktu Beijing, dan jatuh di area laut yang telah ditentukan," jelas Kementerian Pertahanan China dalam pernyataannya.
Kementerian Pertahanan menekankan, peluncuran ini merupakan bagian dari latihan rutin tahunan dan tidak ditujukan pada negara atau sasaran tertentu, seperti dilansir Channel News Asia. CNA. Media pemerintah, Xinhua melaporkan China telah menginformasikan negara-negara terkait sebelumnya.
"Peluncuran ini berhasil menguji performa senjata dan peralatan serta tingkat pelatihan pasukan, dan memenuhi tujuan yang diharapkan," tambah Xinhua.
Seorang pejabat Penjaga Pantai Jepang mengungkapkan, mereka telah menerima peringatan navigasi dari China pada hari Senin (23/9) mengenai "puing-puing" yang berada di tiga zona di Laut China Selatan, di utara pulau Luzon Filipina, dan di Pasifik Selatan pada Rabu. Namun, pejabat tersebut enggan mengonfirmasi apakah hal ini berkaitan dengan peluncuran rudal yang dilaporkan.
Pengamat mengatakan, China jarang melakukan peluncuran rudal jarak jauh ke laut, lebih memilih untuk mengujinya di daerah terpencil seperti Mongolia Dalam tanpa pemberitahuan. Pasukan Roket PLA, yang bertanggung jawab atas rudal konvensional dan nuklir, telah ditugaskan untuk memodernisasi angkatan nuklir China sebagai respons terhadap peningkatan pertahanan rudal Amerika Serikat (AS), kemampuan pengawasan yang lebih baik, dan penguatan aliansi.
Pengamat keamanan Singapura, Alexander Neill mengatakan meskipun rincian mengenai rudal yang digunakan belum jelas, uji coba ini sejalan dengan pola China yang sering terlibat dalam aktivitas militer sambil memberikan peringatan, serta mencatat peningkatan diplomasi militer antara China dan AS dalam beberapa bulan terakhir.
"Dengan mempertimbangkan skandal korupsi baru-baru ini dalam Pasukan Roket, penting bagi China untuk menunjukkan bahwa mereka tetap beroperasi secara normal di tingkat militer tertinggi," kata Neill.
"Tindakan ini bertujuan untuk menegaskan bahwa kemampuan pencegah strategis mereka tetap berfungsi dengan baik."
Kejar Ketertinggalan
Beberapa pelacak online melaporkan, peluncuran rudal terjadi di Hainan, bukan dari silo yang terletak di pedalaman, yang menunjukkan bahwa ini kemungkinan merupakan uji coba rudal jarak jauh yang terus meningkat jumlahnya.
Pengamat mengindikasikan bahwa laju pengembangan senjata nuklir China saat ini melampaui tingkat pencegahan minimum yang diperlukan untuk menghindari serangan. Meskipun China telah lama menganut kebijakan "tidak ada penggunaan pertama" dalam senjata nuklir, para pengamat mencatat PLA sedang berusaha mengejar ketertinggalan dari negara-negara dengan kekuatan nuklir besar dengan meluncurkan tiga jenis senjata baru yang dapat diluncurkan dari darat, laut, dan udara.
Militer China menegaskan bahwa Komisi Militer Pusat yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping adalah satu-satunya badan yang memiliki otoritas atas komando nuklir. China, yang sering kali mendapat kritik dari AS karena kurangnya transparansi dalam pengembangan nuklirnya, menghentikan negosiasi nuklir dengan AS pada bulan Juli terkait dengan penjualan senjata AS kepada Taiwan.
Saat ini, China memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir yang siap digunakan, sekitar 350 di antaranya merupakan ICBM. Pentagon memprediksi bahwa jumlah hulu ledak tersebut akan melebihi 1.000 pada tahun 2030. "Militer China sedang membangun ratusan silo rahasia untuk ICBM yang diluncurkan dari darat," ungkap Pentagon dalam laporannya.