CIA Kirim Mata-Mata ke Lebanon, Kumpulkan Data Intelijen Untuk Bantu Israel Perang Lawan Hizbullah
Belasan agen dikerahkan ke Beirut untuk membantu Israel.
Badan Intelijen Amerika Serikat atau CIA mengirim agen-agennya ke Lebanon dan meningkatkan komunikasinya dengan pejabat militer, keamanan, dan politik Lebanon. Tujuannya adalah mengumpulkan informasi soal Hizbullah.
Menurut laporan Al-Akhbar pada Senin (14/10), langkah CIA ini kemungkinan berperan dalam upaya pembunuhan pemimpin politik Hizbullah baru-baru ini.
- Israel Alami Kekurangan Besar Jumlah Tentara, 20.000 Prajurit Cadangan Ogah Ikut Perang
- CIA Blak-blakan Punya Banyak Mata-Mata di Rusia, Kini Rayu Warga China, Korut & Iran Jadi Informannya
- Mossad Israel Pasang 5.000 Bahan Peledak di Pager Beberapa Bulan Sebelum Serangan di Lebanon
- Intelijen AS Peringatkan Israel Tidak Akan Menang Lawan Hizbullah karena Alasan Ini
Editor Al-Akhbar, Ibrahim al-Amin menulis, tiga pejabat senior di dinas keamanan mengakui Barat, utamanya AS, melakukan komunikasi intensif dengansemua pasukan militer Lebanon dan pasukan keamanan sejak pecahnya perang Lebanin dan Israel.
Tiga pejabat tersebut mengatakan kepada Ibrahim al-Amin, tujuan komunikasi tersebut untuk mendapatkan informasi terkait perubahan struktur kepemimpinan politik dan militer Hizbullah setelah pembunuhan Sekjen Hassan Nasrallah, seperti dikutip dari The Cradle, Selasa (15/10).
Pejabat intelijen AS sangat tertarik apakah para pemimpin Hizbullah "masih berkomunikasi dengan pasukan militer, keamanan, dan eksekutif di Lebanon setelah perang, mempertanyakan bentuk dan isi komunikasi tersebut," ungkap salah seorang pejabat kepada al-Amin.
Rekrut Agen Mata-Mata
Pejabat tersebut juga mengungkapkan, tim keamanan yang terdiri dari 15 agen CIA mendarat di bandara Beirut pada Kamis (10/10) lalu, dan bergerak dalam sebuah konvoi kendaraan tanpa nomor polisi ke kedubes AS di Awkar.
Tim ini bergabung dengan tim yang sebelumnya berada di Beirut untuk merekrut agen baru, mengumpulkan informasi melalui sarana teknis, dan menganalisis data.
Pejabat lain mengatakan kepada Amin, Sherry Baker ditunjuk sebagai direktur baru stasiun CIA di Beirut. Baker sebelumnya berpartisipasi dalam pertemuan dengan pejabat keamanan Lebanon selama kunjungan ke Washington.
Pejabat itu mengatakan dia mengetahui “lima kunjungan kerja perwira Lebanon dari berbagai tingkatan ke Amerika Serikat, yang mengadakan pertemuan dengan pejabat intelijen Amerika di markas besar mereka di Langley.”
Upaya Pembunuhan Pemimpin Hizbullah
Dalam konteks ini, Amin melaporkan kontak antara CIA dan pejabat keamanan Lebanon mungkin berperan dalam upaya Israel untuk membunuh pemimpin politik Hizbullah, Wafiq Safa.
Pada 10 Oktober, Israel mengebom sebuah bangunan tempat tinggal di pusat Beirut, menewaskan 22 orang dan melukai 117 orang. Israel menyatakan serangan tersebut untuk menargetkan Safa. Namun, mereka tidak berhasil membunuhnya.
Salah satu dari tiga pejabat tersebut mengungkapkan kepada Amin, sebelum upaya pembunuhan tersebut, pimpinan Hizbullah telah meminta Safa, dalam kapasitasnya sebagai kepala Komite Penghubung dan Koordinasi gerakan perlawanan, untuk berkomunikasi dengan sejumlah pejabat keamanan Lebanon mengenai hal-hal terkait perang yang sedang berlangsung.
"Kontak tersebut terjadi meskipun faktanya kelompok perlawanan (Hizbullah) mengetahui bahwa panggilan telepon saja sudah merupakan ancaman keamanan bagi Safa," kata pejabat tersebut.
AS Terlibat
Ketakutan tersebut terbukti ketika Israel melakukan pengeboman di Beirut dan membocorkan kabar bahwa sasarannya adalah Safa.
Pejabat yang sama mengatakan Hizbullah “memperkirakan bahwa intelijen Amerika mempunyai peran langsung dalam upaya membunuh Safa” dan “operasi tersebut dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan oleh Amerika.”
Pejabat tersebut menyatakan, AS ingin membunuh Safa, yang tidak memiliki peran militer di Hizbullah, sebagai bagian dari kampanye yang diluncurkan oleh Duta Besar AS untuk Beirut, Lisa Johnson, yang baru-baru ini “meminta kekuatan politik dan non-politik Lebanon untuk mulai bekerja untuk membangun panggung “Libanon pasca-Hizbullah.”