Deretan ekspresi murka Duterte kepada Abu Sayyaf
Presiden Filipina itu sudah menegaskan akan menghancurkan kelompok militan Abu Sayyaf.
Aksi tempur antara tentara Filipina dan militan Abu Sayyaf beberapa hari lalu adalah mandat langsung dari Presiden Rodrigo Duterte. Pria terkenal kejam kepada tiap penjahat ini tidak pandang bulu dalam menghabisi nyawa mereka, termasuk militan Abu Sayyaf.
"Saya perintahkan kepada polisi dan pasukan militer untuk melawan semua musuh negara, cari tempat persembunyian mereka dan hancurkan. Abu Sayyaf, hancurkan mereka. Titik," kata dia dalam jumpa pers di Davao City, seperti dilansir Internasional Business Times, Kamis (25/8).
Hal tersebut relevan dengan janjinya dahulu saat menjabat sebagai wali kota Davao. Duterte pernah berjanji untuk menembak mati semua pelaku kejahatan.
"Apa yang bisa saya lakukan adalah mendesak Kongres untuk mengkaji ulang hukuman mati dan hukum gantung," ucapnya pada saat itu.
Dia dijuluki 'the Punisher' karena kebijakannya yang melegalkan sekaligus mendorong pembunuhan anggota geng kriminal ataupun bandar narkoba.
Berikut deretan ekspresi murka Duterte kepada Abu Sayyaf yang dirangkum merdeka.com:
-
Apa yang diharapka Terry Putri? Terry Putri & Derly Darmawan Jalin LDR Karena itu, Terry sangat mengharapkan untuk bisa tinggal bersama suaminya di Indonesia.
-
Kapan Topan Vera melanda Jepang? Topan Vera yang melanda Jepang pada 26 September 1959, merupakan salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.
-
Siapa Tessa Mariska? Tessa Mariska merupakan pedangdut senior yang populer di tahun 90an. Salah satu judul lagumya yang terkenal ialah "Usah Merajuk".
-
Kapan Manuella Aziza lahir? Seperti yang diketahui, pemilik nama lengkap Manuella Natasha Aziza Villareal merupakan gadis kelahiran Jakarta pada tanggal 15 September 2005.
-
Di mana pelempar tombak tertua ditemukan? Perkakas purba ini ditemukan di situs arkeologi Maisières-Canal di Belgia selatan.
-
Siapa yang paling gampang terlambat? "Faktor lain yang mungkin mempengaruhi keteraturan seseorang adalah seberapa cenderung mereka melakukan banyak hal sekaligus," jelas Waldum.
Ancam teroris, Duterte bilang dia bisa 10 kali lebih kejam dari ISIS
Dalam pidato di Istana Malacanang, Ibu Kota Manila, hari ini, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam kelompok ekstrem dengan mengatakan dia bisa sepuluh kali lebih brutal ketimbang ISIS.
Beberapa hari sebelumnya Duterte mengatakan sejumlah simpatisan ISIS berpura-pura sebagai misionaris mulai meradikalisasi warga di Mindanao, sebelah selatan Filipina.
"Mereka tidak bersenjata, tapi mereka datang untuk mengindoktrinasi. Itulah yang saya takutkan," kata dia seperti dikutip the Philippine Inquirer dan dilansir koran the Washington Post, Selasa (16/8).
Pria yang terkenal karena tindakan kerasnya kepada para pengedar dan pecandu narkoba itu pekan lalu menyampaikan pidato di depan para tentara di Zamboanga del Sur. Dia mengatakan dalam tiga hingga tujuh tahun Filipina akan dijangkiti 'penyakit ISIS'.
Dia memperingatkan kelompok teroris, di bawah kepemimpinannya dia tidak akan membiarkan Filipina hancur oleh terorisme, meski risikonya dia kehilangan jabatan kursi presiden.
"Kalau kalian bisa melakukannya, saya bisa sepuluh kali lebih kejam dari kalian," ujar Duterte. "Saya siap mempertaruhkan kehormatan, nyawa saya, dan jabatan presiden."
Pekan lalu kantor berita Reuters melaporkan, muncul video berdurasi 20 menit memperlihatkan militan Asia Tenggara yang mengaku anggota ISIS mengajak warga muslim bergabung dengan Abu Abdullah, pimpinan kelompok militan Abu Sayyaf.
"Kalau kalian tidak bisa pergi ke Suriah, bergabunglah ke Filipina," kata pria yang diketahui bernama Mohd Rafi Udin, militan Malaysia dalam video itu.
Penuhi janji, Duterte perintahkan militer habisi Abu Sayyaf
Presiden Filipina Rodrigo Duterte pernah berjanji akan menangani aksi-aksi penculikan Abu Sayyaf, setelah perang terhadap narkoba dan reformasi birokrasi mulai berjalan. Karena dua agenda awal sudah menunjukkan hasil setelah dua bulan menjabat, kini perhatian Duterte mulai beralih kepada para militan di selatan negaranya.
Saat mendatangi tentara di Pangkalan Militer Zamboanga, Mindanao, kemarin Duterte menyatakan Abu Sayyaf harus segera diberantas. Kawasan muslim Filipina terancam dipengaruhi paham Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) seandainya terlambat.
"Hancurkan mereka, itu adalah perintah," kata Duterte seperti dilansir Kantor Berita Reuters, Kamis (11/8).
Duterte menyatakan Abu Sayyaf berbeda dari gerakan pemberontak muslim seperti Front Pembebasan Bangsa Moro. Abu Sayyaf menurutnya bandit berkedok militan, membunuh warga sipil tanpa alasan, serta sejak awal tidak membuka ruang negosiasi.
"Jika kita membiarkan semua ini berlangsung, maka tiga sampai tujuh tahun ke depan Filipina akan mulai memiliki persoalan ISIS," kata Duterte.
Sejauh ini 11 WNI masih disekap oleh Abu Sayyaf. Selama enam bulan terakhir, belasan pelaut asal Indonesia diculik bergantian kelompok militan itu, demi mendapatkan tebusan. Abu Sayyaf tahun ini memenggal dua sandera asal Kanada karena uang tebusan tak dibayar.
Janji menghadapi Abu Sayyaf dilontarkan Duterte sebelum dilantik menjadi presiden pada Juni lalu. "Akan tiba waktunya bagi saya untuk berhadapan langsung dengan Abu Sayyaf."
Politikus 71 tahun itu sebetulnya punya hubungan cukup baik dengan Bangsa Moro, kelompok muslim yang mengelola wilayah otonomi di Pulau Mindanao. Front Pembebasan Bangsa Moro (MILF) yang dulu memberontak pada Manila menganggap Duterte sebagai sosok yang bisa dipercaya.
Pada 27 Februari lalu, Duterte berkunjung khusus ke kawasan Sultan Kudarat, markas para pejuang MILF. "Inilah calon presiden kita," kata Wakil Ketua MILF, Ghadzali Jaafar, saat memperkenalkan Duterte.
MNLF sebelumnya ikut membantu pemerintah Indonesia bernegosiasi dengan faksi Abu Sayyaf untuk penyelamatan 10 sandera asal Tanah Air yang diculik di perairan Sulu.
Duterte: Hancurkan Abu Sayyaf, titik!
Setelah mendengar kabar tawanan remaja asal Filipina dipenggal kelompok militan Abu Sayyaf dua hari lalu, Presiden Rodrigo Duterte menegaskan sikapnya.
"Saya perintahkan kepada polisi dan pasukan militer untuk melawan semua musuh negara, cari tempat persembunyian mereka dan hancurkan. Abu Sayyaf, hancurkan mereka. Titik," kata dia dalam jumpa pers di Davao City, seperti dilansir Internasional Business Times, Kamis (25/8).
Duterte mengatakan dia sudah kehilangan kepercayaan dengan Abu Sayyaf meski dikatakan dia masih satu etnis dengan kelompok militan itu.
"Saya punya hubungan darah dengan kalian, tapi saya sudah tidak percaya lagi," kata Duterte.
Menurut Duterte, anggota Abu Sayyaf masih merupakan keturunan etnis Tausug. Asal yang sama dengan Duterte dari garis keturunan ibunya yang orang Maranao.
"Meski saya bukan orang Tausug, lebih ke Maranao, saya sudah tidak percaya lagi dengan kalian," kata dia dalam campuran bahasa Inggris dan Filipina.
Patrick Almodovar, 18 tahun, dipenggal Abu Sayyaf dua hari lalu karena keluarganya tidka sanggup membayar uang tebusan sebesar satu juta peso atau setara Rp 286 juta.
Duterte: Bebaskan para sandera atau kita bertempur
Militer Filipina Juni lalu mengatakan sedikitnya tiga anggota kelompok militan Abu Sayyaf tewas dan sepuluh lainnya luka setelah terjadi baku tembak di Sulu.
Stasiun televisi CNN melaporkan, Rabu (22/6), sebanyak 16 tentara Filipina juga terluka dalam baku tembak di Kota Patikul itu.
Mayor Filemon Tan mengatakan pasukan infanteri dari Batalion ke-32 menyerbu sekitar 200 anggota Abu Sayyaf di Sitio Bud Duwa Bayho, Barangay Pansul pada Selasa sore kemarin. Baku tembak terjadi selama lebih kurang satu jam 30 menit.
Tentara yang terluka kini sudah dibawa ke rumah sakit di Busbus, Jolo.
Presiden Rodrigo Duterte kemarin mengatakan hari pembalasan telah tiba bagi Abu Sayyaf. Dia berjanji akan menghabisi kelompok yang sudah berbaiat kepada ISIS itu.
"Saya tidak bisa melakukan dalam sekejap," ujar Duterte di Davao City. "Tapi akan ada masanya hari pembalasan. Ketika saat itu datang, saya akan mengatakan 'menyerah tanpa syarat. Bebaskan para sandera atau kita bertempur."
Kelompok militan ini terkenal dengan penculikan dan permintaan uang tebusan kepada beberapa negara, termasuk Indonesia pada April lalu. Abu Sayyaf juga memenggal tawanan asal Kanada Robert Hall dan John Ridsdel karena uang tebusan mereka tidak dibayar oleh pemerintah Kanada.
Â
(mdk/pan)