Dokter di Gaza Berjuang Lawan Serangan Bakteri Mematikan, Tak Mempan Dibasmi dengan Antibiotik
Jenis bakteri ini belum pernah ditemukan dalam dunia kedokteran.
Ketika pasukan penjajah Israel melanjutkan serangan mereka terhadap rumah sakit di Gaza, para dokter dan tim medis dihadapi kesulitan besar untuk mengobati penyakit dan cedera karena kurangnya pengobatan yang tepat dan cepatnya penyebaran bakteri.
“Tim medis di Gaza sedang berjuang keras melawan bakteri, yang tidak lagi merespons terhadap sebagian besar antibiotik,” kata Izzedin Shaheen, seorang dokter di Gaza, melalui X pada 21 November.
- WHO Peringatkan Situasi di Gaza Utara Makin Darurat Akibat Serangan Israel, Satu Dokter Tangani 200 Pasien
- Kisah Pilu Dokter Spesialis Jantung Palestina, 175 Anggota Keluarganya Dibunuh Israel Selama Perang Genosida di Gaza
- Kesaksian Dokter atas Kebiadaban Israel di Gaza: 500 Korban dalam 25 Menit
- Sosok 2 Dokter Indonesia Pulang ke Tanah Air Usai Jadi Relawan di Gaza, Kesaksiannya soal Kekuatan Rakyat Palestina Bikin Takjub
“Hampir tidak ada orang yang mengalami infeksi luka yang dapat bertahan hidup, tidak peduli seberapa keras dokter berusaha. Semua kondisinya buruk – tidak ada sterilisasi dan tidak ada antibiotik yang memadai. Kami bahkan menemukan bakteri E. Coli di jaringan tulang, yang tidak ditemukan dalam buku kedokteran,” tambah Shaheen, dikutip dari The Cradle, Sabtu (23/11).
Krisis kesehatan yang semakin memburuk di Gaza bertepatan dengan penerapan "Generals Plan" atau Rencana Jenderal yang diterapkan secara tidak resmi oleh Israel di Gaza utara, yang telah dikepung selama hampir dua bulan. Tentara penjajah Israel mengusir lebih dari 100.000 warga Palestina dari wilayah utara, dengan tujuan mengubah wilayah tersebut menjadi zona militer yang terisolasi.
“Komunitas internasional memperingatkan kita akan bencana kemanusiaan di Gaza dan epidemi yang parah. Kita tidak boleh menghindar dari hal ini, betapa pun sulitnya hal itu. Bagaimanapun, epidemi yang parah di selatan Jalur Gaza akan mendekatkan kemenangan dan mengurangi korban jiwa di kalangan tentara IDF,” kata mantan jenderal Israel Giora Eiland, orang di balik Rencana Jenderal, pada 17 November.
Organisasi-organisasi internasional telah berulang kali memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa perang Israel di Gaza telah mengakibatkan krisis kesehatan yang parah dan penyebaran berbagai penyakit.
Israel Bom Rumah Sakit
Ketika Rencana Jenderal tersebut dilaksanakan, Israel memperketat pengepungannya dan meningkatkan serangan terhadap beberapa rumah sakit yang tersisa di Gaza utara. Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia dibom pada 21 November, melukai enam staf medisnya, termasuk beberapa yang berada dalam kondisi kritis. Generator utama rumah sakit hancur dan tangki airnya bocor.
Serangan itu terjadi kurang dari sehari setelah pembantaian dilakukan oleh Israel di blok perumahan di sekitar rumah sakit. Setidaknya 66 orang terbunuh dan lebih dari 100 orang terluka akibat pemboman tersebut. Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr Hussam Abu Safia mengatakan sekitar 200 orang hadir pada saat serangan itu terjadi.
“Sistem kesehatan runtuh di Gaza utara. Kami tidak bisa memberikan apa pun, dan semua permohonan kami sia-sia,” katanya.
Abu Safia telah meminta intervensi segera dari komunitas internasional. Sekitar 80 orang berisiko meninggal di dalam fasilitas tersebut, termasuk delapan orang yang berada dalam perawatan intensif.
Sebuah quadcopter Israel menargetkan staf medis di Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara pada Jumat pagi, beberapa jam setelah serangan terbaru terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan.