Duterte Tuding Ferdinand Marcos Jr Ingin Perpanjang Masa Jabatan sebagai Presiden Filipina
Duterte mengklaim penggantinya tersebut sedang merencanakan amandemen undang-undang untuk menghapus batas masa jabatan presiden.
Duterte mengklaim penggantinya tersebut sedang merencanakan amandemen undang-undang untuk menghapus batas masa jabatan presiden.
- Duterte Akui Pernah Bentuk Pasukan Khusus untuk Bunuh Para Pengedar Narkoba
- Badai Trami Mengamuk di Filipina, 130 Orang Tewas dan Hilang
- Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Mencalonkan Diri Jadi Wali Kota, Anaknya Ditunjuk Sebagai Wakil
- Ke Filipina, Jokowi Bertemu Presiden Marcos Bahas Konflik Laut China Selatan
Duterte Tuding Ferdinand Marcos Jr Ingin Perpanjang Masa Jabatan sebagai Presiden Filipina
Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menyerang penggantinya, Ferdinand Marcos Jr atau akrab disapa Bongbong, menudingnya ingin mengubah konstitusi dan menghapus masa jabatan presiden.
Dalam pidatonya pada Minggu (28/1) malam, Duterte mengatakan upaya tersebut dapat membuat Bongbong dilengserkan seperti ayahnya, diktator Ferdinan Marcos.
Duterte juga menuding Bongbong sebagai pecandu narkoba. "Kalian, militer, kalian tahun ini, kita punya seorang presiden yang seorang pecandu narkoba," kata Duterte di hadapan pendukungnya di kota Davao.
Duterte dan Bongbong sejak lama dikabarkan berseteru, kendati putri Duterte, Sara merupakan wakil presiden Marcos Bongbong setelah mereka menang telak dalam pemilu 2022.
Anggota DPR Filipina telah membahas rencana perubahan konstitusi ini. Duterte mengklaim tanpa menyodorkan bukti bahwa anggota parlemen yang mendukung Bongbong Marcos, termasuk Ketua DPR Martin Romualdez, menyuap pejabat daerah untuk mengubah konstitusi 1987 untuk menghapus batas masa jabatan sehingga mereka bisa memperluas kekuasaan mereka.
Romualdez, yang merupakan sepupu Bongbong Marcos, membantah tuduhan tersebut, mengatakan dia ingin mengubah konstitusi untuk menghapus pembatasan investasi asing.
Masa jabatan presiden Filipina ditetapkan undang-undang hanya untuk satu periode yang berlangsung selama enam tahun.
Bongbong Marcos menanggapi pernyataan Duterte dengan tertawa ketika ditanya wartawan sebelum dia terbang ke Vietnam. Marcos mengatakan dia tidak akan menanggapi tuduhan itu dengan jawaban, tetapi mengklaim Duterte menggunakan fentanyl, sejenis opioid yang keras.
"Menurut saya itu fentanyl," kata Marcos, dikutip dari Associated Press, Selasa (30/1).
"Fentanyl adalah penghilang nyeri paling keras yang bisa kalian beli. Setelah lima, enam tahun, itu mempengaruhinya, makanya menurut saya kenapa ini terjadi," lanjutnya.
Pada 2016, Duterte mengatakan dia menggunakan fentanyl di masa lalu untuk menghilangkan rasa sakit setelah dia mengalami kecelakaan sepeda motor.
Pada Senin (29/1), pengacaranya, Salvador Panelo mengatakan, Duterte berhenti mengonsumsi fentanyl sebelum dia menjadi presiden pada 2016.
Badan Pemberantasan Narkoba Filipina mengatakan pada Senin, Marcos tidak ada dalam daftar pecandu narkoba.
Pada 2021 ketika menjadi calon presiden, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyatakan Marcos negatif kokain dan methamphetamine.