Gara-gara udang, tadinya dekat, kini merenggang
"Sekarang hampir sekejap, dalam waktu semalam hubungan itu berubah," kata Marty.
Dalam beberapa tahun belakangan sebelum muncul kasus penyadapan, hubungan Indonesia dan Australia terjalin cukup erat.
Bahkan dalam lima bulan lalu Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengakui Indonesia masih punya hubungan dekat dengan Negeri Kanguru. Namun setelah muncul kasus penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pejabat lain kini semuanya tak lagi sama.
"Saya sendiri sebagai pribadi pernah mengelola hubungan Indonesia dengan Australia tahu sekali hubungan itu sangat dekat. Bahkan yang paling dekat selama ini. Sekarang hampir sekejap dalam waktu semalam hubungan itu berubah," kata Marty usai jumpa pers dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.
Marty menyayangkan hubungan baik Indonesia dan Australia kini terganggu karena adanya kasus penyadapan dilakukan pada 2009. Kasus ini diperburuk dengan munculnya laporan penyadapan lagi oleh intelijen Australia tahun lalu diungkap surat kabar the New York Times dua hari lalu.
Intelijen Australia dilaporkan menyadap komunikasi antara pejabat Indonesia dengan kantor firma hukum Mayer Brown yang sedang membantu kasus sengketa perdagangan ekspor udang dan rokok ke Amerika.
Intelijen Australia kemudian menawarkan informasi hasil sadapannya kepada intelijen Amerika (NSA). Tindakan seperti ini, kata Marty tidak sesuai dengan semangat kemitraan antara dua negara.
Belum lagi kasus para pencari suaka menggunakan kapal ke Australia yang melintasi perairan Indonesia. Pemerintah Australia mengklaim pasukan keamanan mereka sudah berhasil menjalankan tugas dengan mencegah masuknya para pencari suaka. Sudah delapan pekan ini tidak ada pencari suaka tiba di Australia. Tapi akibatnya adalah para pencari suaka itu diusir ke wilayah Indonesia dengan cara paksa dan kekerasan.
"Selamat buat mereka (Australia) jika hal ini menurut mereka patut dirayakan. Tapi masalahnya, lihat harganya. Ada konsekuensi hubungan bilateral jadi terganggu," jelas Marty.
"Indonesia," kata dia, "tidak ada maksud merusak hubungan baik dengan Australia. Tapi harus ada dua pihak yang saling menghormati."