Geng Bersenjata Paling Brutal di Haiti Mengamuk di Kota, 70 Warga Terbunuh Termasuk Anak-Anak
Geng-geng bersenjata telah menguasai sebagian besar wilayah di Haiti.
Geng bersenjata menyerang sebuah kota kecil di Haiti, menewaskan sedikitnya 70 orang termasuk anak-anak. Menurut laporan PBB, 16 orang mengalami luka parah ketika anggota geng Gran Grif melakukan kekerasan di Pont-Sond, wilayah Artibonite bagian tengah, yang berjarak sekitar 71 km barat laut dari ibu kota Port-au-Prince, seperti dilansir BBC, Sabtu (5/10).
Rekaman video memperlihatkan sekelompok orang melarikan diri dari situasi berbahaya dengan menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki. Seorang jaksa pemerintah menyebut serangan tersebut sebagai "pembantaian", seperti yang dilaporkan oleh Associated Press.
- Geger Mayat Bersimbah Darah di Sebuah Gang, Kesaksian Tetangga Bikin Terkejut
- Geger, Warga Tambun Bekasi Temukan Kerangka Manusia di Lahan Kosong
- Tragis! Anak Tega Bacok Ibunya hingga Tergeletak Bersimbah Darah di Cengkareng
- Anggota Berkumis Bertemu Jenderal Polisi Bintang Dua, Akhirnya Terungkap Cerita 15 Tahun Lalu
Geng-geng bersenjata telah menguasai sebagian besar wilayah di Haiti, dan misi kepolisian yang didukung PBB yang dipimpin oleh petugas dari Kenya telah dimulai sejak bulan Juni untuk mencoba merebut kembali kendali.
"Anggota geng dilaporkan membakar setidaknya 45 rumah dan 34 kendaraan," ungkap PBB.
Gran Grif dikenal sebagai salah satu geng paling brutal di Haiti. Pada Januari 2023, anggota geng tersebut dituduh menyerang kantor polisi di dekat Pont-Sond yang mengakibatkan enam petugas tewas.
Paksa Tutup Rumah Sakit
Geng ini juga dituduh memaksa penutupan rumah sakit yang melayani lebih dari 700.000 orang. Geng ini terdiri dari sekitar 100 anggota dan telah dituduh melakukan berbagai kejahatan seperti pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, dan penculikan, menurut laporan PBB yang dirujuk oleh AP.
Baik pendiri maupun pemimpin geng saat ini dikenakan sanksi oleh AS. Serangan geng pada hari Kamis (3/10) terjadi hampir sebulan setelah pemerintah Haiti memperpanjang keadaan darurat nasional.
Perdana Menteri Garry Conille berkomitmen untuk mengambil tindakan tegas terhadap geng-geng tersebut. PBB telah menyetujui misi kepolisian yang terdiri dari 2.500 petugas dari berbagai negara, termasuk 1.000 yang dijanjikan oleh Kenya untuk mengatasi kelompok bersenjata ini. Penempatan mereka telah disetujui untuk satu tahun, dengan evaluasi yang akan dilakukan setelah sembilan bulan.