Hikayat sendu dari Hangu
Aitizaz Hasan, 15 tahun, menyelamatkan dua ribu temannya dengan menubruk pengebom bunuh diri.
Senin pagi lalu, Aitizaz Hasan terlambat tiba di sekolahnya di Hangu, kota kecil di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, barat daya Pakistan. Dia tidak sendirian. Dua temannya juga senasib. Ketiganya lantas dihukum berdiri di luar kelas.
Dari kejauhan mereka melihat seorang lelaki dengan bahan peledak melingkar di tubuhnya berjalan mendekati gerbang sekolah. Dua rekannya ketakutan dan berlari menjauh.
Entah apa ada dalam pikiran Hasan. Dia malah menyongsong dan segera menubruk calon pengebom bunuh diri itu sebelum memasuki gerbang sekolah. Usahanya gagal. Pria itu berhasil menekan tombol peledak. Dalam sekejap mata, ledakan hebat terdengar. Tubuh pengebom bunuh diri hancur berkeping dan Hasan luka serius sempat dilarikan ke rumah sakit. Dia akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Konflik antara Syiah dan Sunni sudah berlangsung bertahun-tahun di Pakistan. Sebagian besar penduduk Hangu menganut paham Syiah, aliran dianggap sesat oleh mayoritas pemeluk Sunni di negara itu.
Boleh jadi, gurunya sebal melihat Hasan terlambat. Namun keberaniannya mencegah serangan bunuh diri dan akhirnya meninggal membuat dia dipuji sebagai pahlawan. Dia berhasil menyelamatkan nyawa dua ribu temannya saat itu berada dalam kompleks sekolah.
"Putra saya membuat ibunya menangis, tapi dia telah menghindari ratusan ibu menagisi anak mereka," kata Mujahid Ali, ayah Hasan, kepada surat kabar the Express Tribune, seperti dilansir koran the Guardian kemarin. "Ada banyak orang di dunia ini menjadi syuhada. Saya sekarang termasuk ayah yang bangga lantaran putra saya termasuk dari mereka (syuhada)."
Ribuan orang di media sosial menganggap Hasan kini pahlawan nasional Pakistan. Banyak yang mengusulkan agar pemerintah memberi medali kehormatan bagi bocah 15 tahun itu.
Cara ajal menjemput Hasan barangkali membuat banyak ibu menangis sendu.