Infeksi Corona Meningkat, 15.000 Pengungsi Rohingya Dikarantina di Bangladesh
Sedikitnya 15.000 pengungsi Rohingya dikarantina di kamp-kamp di Bangladesh, ketika angka infeksi virus corona di kamp tersebut naik menjadi 29.
Sedikitnya 15.000 pengungsi Rohingya dikarantina di kamp-kamp di Bangladesh, ketika angka infeksi virus corona di kamp tersebut naik menjadi 29. Pakar kesehatan sejak lama mengingatkan virus bisa menular cepat di area pengungsian yang menampung jutaan warga Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Pemerintah setempat juga telah membatasi pergerakan di area kamp pengungsi sejak April.
Dilansir dari Aljazeera, Rabu (27/5), kasus pertama di kawasan kamp pengungsian terdeteksi pada pertengahan Mei.
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Apa yang dilakukan warga terhadap pengungsi Rohingya? Ratusan pengungsi Rohingya yang berlabuh di Dusun Blang Ulam, Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, diangkut warga menggunakan mobil ke kantor Gubernur Aceh.
-
Di mana para pengungsi Rohingya tersebut diantar oleh warga? Ratusan pengungsi Rohingya yang berlabuh di Dusun Blang Ulam, Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, diangkut warga menggunakan mobil ke kantor Gubernur Aceh.
"Tak ada infeksi yang kritis. Paling hanya menunjukkan gejala. Tetap kami membawa mereka ke pusat isolasi dan mengkarantina keluarga mereka," jelas pejabat senior kesehatan, Toha Bhuiyan di sekitar wilayah Cox's Bazar kepada AFP pada Senin.
Bhuiyan mengatakan, jalan sempit menuju distrik tiga kamp, di mana mayoritas infeksi terdeteksi, telah ditutup pihak berwenang. Sebanyak 15.000 warga Rohingnya yang tinggal di sana dibatasi pergerakannya.
Hal ini dilakukan saat para relawan mengungkapkan ketakutan mereka terinfeksi di kamp-kamp pengungsi karena mereka bekerja tanpa perlindungan yang cukup.
Dua kawasan yang juga diisolasi berada di kamp Kutupalong, penampungan bagi 600.000 Rohingya.
"Kami berupaya meningkatkan tes secepat mungkin untuk memastikan kami bisa menelusuri semua orang yang terinfeksi dan kontak mereka," kata Bhuiyan.
Tujuh pusat isolasi dengan kapasitas 700 pasien Covid-19 telah disiapkan dan diharapkan jumlah pasien yang dirawat sampai akhir Mei di bawah 2.000.
Namun menurut salah satu pendiri Koalisi Pembebasan Rohingya, Nay San Lwin, tak tersedia cukup ranjang ICU dan ventilator untuk para pengungsi dan masyarakat lokal di wilayah Cox's Bazar.
Minim Kebersihan dan Perlindungan
Mahbubur Rahman, kepala pejabat kesehatan Cox's Bazar, mengatakan pihak berwenang berharap pekan ini jumlah tes bisa dua kali lipat setiap hari, yang biasanya 188.
Dia mengatakan pembatasan masuk lebih lanjut telah diberlakukan di kamp, dengan karantina 14 hari diberlakukan bagi siapa pun yang berkunjung dari Dhaka.
"Kami sangat khawatir karena kamp-kamp Rohingya sangat padat. Kami menduga penularan komunitas (dari virus) telah dimulai," kata Rahman kepada AFP.
Pada Senin, Bangladesh mencatat rekor lonjakan kasus dalam sehari yaitu 1.975 infeksi baru, sehingga total menjadi 35.585 kasus dan 501 kematian.
Pada awal April, pihak berwenang memberlakukan penutupan total di distrik Box Cox - rumah bagi 3,4 juta orang termasuk para pengungsi - setelah sejumlah infeksi terjadi di luar kamp.
Pekerja amal dan aktivis telah menyuarakan keprihatinan tentang kurangnya kebersihan dan perlindungan di kamp.
"Karena kamp-kamp penuh sesak, jarak sosial hampir tidak mungkin," kata Lwin kepada Aljazeera.
Dia menambahkan, terdapat rendahnya kesadaran tentang virus di tengah masyarakat, setelah pemerintah setempat memutuskan akses internet pada September untuk memerangi penyelundup narkoba dan penjahat lainnya.
"Banyak yang tidak mengetahui bagaimana penyakit ini menyebar, bagaimana mencegah dan mengendalikannya," kata Lwin.
"Tidak seperti warga dunia, penderitaan mereka sedikit lebih daripada yang lain. Yang lain dapat mengakses informasi untuk mencegah agar tidak terinfeksi, tetapi Rohingya di kamp-kamp bahkan tidak diizinkan mengakses informasi."
Baca juga:
Mimpi Buruk Virus Corona Hantui Kamp Pengungsian Rohingya di Bangladesh
Amnesty Desak Pemerintah Selamatkan Pengungsi Rohingya yang Masuk Perairan Indonesia
Kasus Covid-19 Ditemukan di Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Ancaman Virus Corona yang Mencekam di Pengungsian Rohingya
Militer Myanmar Lakukan Kejahatan Perang tapi Tidak Terbukti Genosida Rohingya
Muslim Rohignya Soal Suu Kyi: Kami Dulu Mendoakannya, Sekarang Dia Membela Pembunuh