Kucing Disebut Lebih Memahami Bahasa Manusia Daripada Seorang Bayi, Ilmuwan Beri Penjelasan
Menurut peneliti, kucing dapat memahami ucapan manusia. Apakah kucingmu mampu menangkap makna dari kata-kata yang kamu ucapkan?
Meskipun kucing hanya bisa mengeong atau diam saat manusia berbicara, penelitian menunjukkan mereka sebenarnya dapat memahami kata-kata kita. Tanpa perlu pelatihan khusus, kucing tampaknya mampu belajar bahasa dasar manusia hanya dengan mendengarkan, mirip dengan proses yang terjadi pada bayi.
Menariknya, kemampuan kucing dalam memahami bahasa bahkan lebih baik dibandingkan bayi. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports pada Kamis (17/10), kucing belajar mengaitkan gambar dengan kata-kata lebih cepat dibandingkan bayi. Hal ini menunjukkan, meskipun terlihat sebaliknya, kucing yang pendiam sebenarnya menyimak apa yang kita katakan.
-
Apa jenis kucing yang ada di Taman Safari Indonesia? Ini adalah ras kucing langka berjenis Serval. Dia memiliki warna dan motif yang sedikit mirip macan tutul namun jinak.
-
Kenapa kucing muntah cacing? Penyebab kucing muntah cacing, biasanya terjadi karena infeksi jenis cacing parasit di dalam tubuhnya. Seperti cacing gelang, cacing, tambang, cacing pita, atau cacing hati. Dari beberapa jenis ini, yang paling umum menyebabkan infeksi adalah cacing gelang.
-
Bagaimana kucing berkeringat? Kucing memiliki kelenjar keringat terletak di bagian bawah bantalan kakinya. Kelenjar ini berbeda dari manusia yang memiliki kelenjar keringat di seluruh tubuh.
-
Apa ciri khas Kucing Merah? Kucing Merah memiliki karakteristik bulu berwarna oranye kemerahan dengan corak huruf M di dahinya. Bentuk tubuhnya juga lebih berotot dibanding sesamanya.
-
Kapan kucing itu ditemukan? Bulan lalu, Benny dan Susanne Anguiano akhirnya dipertemukan kembali dengan kucing mereka, Rayne Beau.
-
Mengapa kucing mendengkur? Mereka biasanya mengamati dengkuran induknya ketika menyusui sehingga ketika dewasa, kucing akan mendengkur ketika mereka merasa bahagia dan nyaman.
Dalam lima tahun terakhir, para ilmuwan telah mengungkap banyak informasi baru mengenai bagaimana kucing merespons bahasa manusia. Sebuah tim di Tokyo pada tahun 2019 menemukan, kucing dapat "mengetahui" nama mereka dengan merespons melalui gerakan kepala dan telinga. Pada tahun 2022, peneliti yang sama menemukan kucing dapat mencocokkan foto anggota keluarga, baik manusia maupun kucing, dengan nama masing-masing.
"Saya sangat terkejut, karena itu berarti kucing dapat mendengarkan percakapan manusia dan memahami kata-kata tanpa pelatihan khusus berbasis hadiah," ungkap Saho Takagi, seorang ilmuwan kognitif komparatif dari Universitas Azabu dan anggota studi tersebut.
Penemuan ini memunculkan pertanyaan apakah kucing "terprogram" untuk mempelajari bahasa manusia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Takagi, kucing diperkenalkan pada dua kata yang dihubungkan dengan dua gambar. Menariknya, kucing-kucing tersebut mampu membedakan kedua hal tersebut.
Para peneliti menemukan, sebagian besar kucing dapat mempelajari asosiasi kata dan gambar dalam dua kali pelajaran selama sembilan detik. Sebaliknya, bayi manusia berusia 14 bulan biasanya membutuhkan empat kali pelajaran selama 15 detik, termasuk mendengar setiap kata sebanyak tujuh kali per pelajaran.
"Kucing memperhatikan apa yang kita katakan dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha memahami kita lebih dari yang kita sadari," kata Takagi.
Namun, hasil penelitian tidak selalu menunjukkan bayi manusia lebih lambat dalam mempelajari kata-kata dibandingkan kucing. Menurut Janet Werker, seorang psikolog perkembangan di University of British Columbia, meskipun tes yang dilakukan Takagi pada kucing terinspirasi oleh tes yang dirancang untuk bayi, terdapat perbedaan signifikan dalam metodologinya. Kucing dalam penelitian Takagi mendengar kata-kata tiga suku kata dengan intonasi ekspresif dari pengasuh, sedangkan bayi mendengar kata-kata satu suku kata dengan berbagai intonasi dari suara yang tidak dikenal.
Eksperimen Kucing
Untuk mengetahui apakah kucing dapat memahami kata-kata manusia, Takagi bersama beberapa mantan rekan satu timnya melakukan eksperimen terhadap 31 kucing peliharaan dewasa, termasuk 23 kucing yang siap diadopsi dari kafe kucing. Mereka merancang sebuah tes kata yang biasanya digunakan untuk bayi manusia.
Dalam percobaan ini, setiap kucing ditempatkan di depan laptop dan diperlihatkan dua gambar kartun animasi berdurasi 9 detik, sambil memutar rekaman suara pengasuh mereka yang mengucapkan dua kata buatan sebanyak empat kali. Dua kata yang digunakan dalam penelitian ini adalah "keraru" dan "parumo".
Kata "keraru" diucapkan saat seekor unicorn berwarna biru-putih muncul di layar, sementara "parumo" diucapkan ketika kartun matahari berwajah merah tampil. Kucing-kucing tersebut menyaksikan dan mendengarkan urutan ini hingga mereka mulai merasa bosan, yang ditandai dengan berkurangnya kontak mata dengan layar hingga 50 persen.
Setelah itu, tim peneliti memberikan waktu istirahat sejenak sebelum memutar gambar-gambar di layar sebanyak empat kali lagi. Namun, kali ini, setengah dari gambar tersebut disertai dengan audio yang tidak sesuai, yakni "keraru" untuk gambar matahari dan "parumo" untuk unicorn. Kucing-kucing tersebut menunjukkan kebingungan, dengan rata-rata waktu melihat layar meningkat sebesar 33 persen saat mendengar ketidakcocokan tersebut. Menurut Takagi, hal ini menunjukkan bahwa mereka telah belajar mengaitkan kata-kata dengan gambar yang tepat.
"Beberapa kucing bahkan menatap layar dengan pupil mata membesar selama kondisi 'tertukar'," kata Takagi.
"Sangat menyenangkan melihat betapa seriusnya mereka berpartisipasi dalam eksperimen ini."
Eksperimen ini menunjukkan potensi kucing dalam memahami komunikasi manusia, yang mungkin lebih dari sekadar reaksi instinktif. Penelitian ini membuka peluang untuk memahami lebih dalam tentang kemampuan kognitif hewan peliharaan kita.