Mahathir Mohamad usul Myanmar dikeluarkan dari ASEAN
Kebijakan Myanmar mendiskriminasi etnis muslim Rohingya dianggap mantan PM Malaysia itu melawan piagam ASEAN
Pandangan kontroversial diutarakan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad kepada Myanmar terkait aksi mereka terhadap warga muslim Rohingya.
Dikutip melalui situs berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (18/6) Mahathir mengatakan sudah seharusnya Myanmar dikeluarkan dari Asosiasi negara Asia Tenggara (ASEAN) karena persekusi terhadap etnis Rohingya.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Kenapa Rohingya melarikan diri dari Myanmar? Mereka telah menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penganiayaan dari pemerintah dan mayoritas Buddhisme Rakhine.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Kenapa penyelesaian konflik di Myanmar penting? "Kita berharap persoalan di Myanmar itu segera selesai karena menyangkut kemanusiaan, menyangkut rakyat Myanmar, dan pada kenyataannya memang tidak gampang, sangat kompleks, sehingga memerlukan waktu. Dan itu bisa terjadi kalau semua stakeholders yang ada di Myanmar itu mau, memiliki kemauan yang sama untuk menyelesaikan masalah itu. Kalau ndak, memang sangat sulit," ujar Presiden.
-
Dimana sebagian besar Rohingya tinggal di Myanmar? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
Pernyataan keras Mahathir terlontar akhir pekan lalu ketika mengisi konferensi internasional mengenai Rohingya di Kuala Lumpur.
Mahathir menilai apa yang dilakukan Myanmar terhadap Rohingya adalah kejahatan pembantaian masal atau genosida terhadap populasi umat muslim.
"Dahulu saya sangat keras dalam meminta dukungan negara-negara ASEAN ketika meminta Myanmar untuk bergabung menjadi anggota ASEAN, namun kini kasusnya berbeda," kritik tegas Mahathir.
"Saya sudah menyurati seorang pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, namun sangat disayangkan dia tidak memberikan respon baik," imbuh politikus 89 tahun itu.
Direktur Pemerintahan Myanmar untuk ASEAN, U Hau Khan Sum, sangat terkejut mendengar pernyataan keras Mahathir yang menilai negaranya tidak lagi pantas berada di ASEAN terkait kasus rohingya.
"Saya tidak mengerti mengapa Mahatir melontarkan pernyataan tersebut, dalam posisinya Myanmar telah bekerja sama baik dengan semua negara ASEAN, dan tidak seharusnya usulan mencabut Myanmar dari keanggotaan ASEAN menjadi solusi," ucap Khan Sum.
"Seperti diketahui ASEAN tidak akan mengabulkan sebuah putusan tanpa konsensus terlebih dulu, maka sangat mustahil untuk mengusir keberadaan Myanmar dari keanggotaan ASEAN," lanjutnya.
Pemerintah Malaysia juga menolak mengomentari pernyataan kontroversial Mahatir itu. Sejak 2012 dalam data PBB tercatat kaum Rohingya sebagai etnis minoritas tertinggi yang berusaha kabur mencari suaka ke luar negeri.
Kasus Rohingya mencuat kembali ketika pada awal Mei lalu. Kala itu, Thailand menolak lebih dari 8 ribyu pengungsi masuk ke wilayah mereka. Hidup mereka terombang-ambing di laut lepas sampai akhirnya berlabuh di perairan Indonesia dan Malaysia.
(mdk/ard)