Nelayan Myanmar dipaksa jadi budak di laut Indonesia
Mereka dipekerjakan di kapal-kapal Thailand.
Kantor berita asal Amerika Serikat the Associated Press menggelar liputan investigasi tentang industri perikanan di Asia Tenggara selama setahun. Mereka mengungkap praktik kerja paksa atau perbudakan yang terjadi di dalam industri perikanan global.
Jurnalis AP mendatangi Benjina, kota kecil di Kepulauan Maluku sebelah timur Indonesia. Mereka mewawancarai lebih dari 40 pekerja dan mantan budak yang dipekerjakan di kapal-kapal Thailand buat menangkap ikan di perairan timur Indonesia. Sebagian besar dari mereka berasal dari Myanmar. Hasil tangkapan mereka dibawa ke Thailand untuk kemudian memasuki industri perikanan global hingga dipasok ke toko-toko swalayan di Amerika Serikat seperti Wal-Mart.
Para nelayan itu mengatakan mereka dipaksa bekerja dalam tekanan dengan kondisi sangat memprihatinkan. Mereka dibayar murah atau bahkan tidak sama sekali. Mereka dipaksa menangkap ikan di perairan Indonesia selama berbulan-bulan bahkan tahunan, seperti dilansir startribune.com, Selasa (25/3).
Para nelayan itu juga hanya diberi makan sedikit dan ruang kabin yang sempit mirip kandang. Jurnalis AP menemukan sebuah sel berisi delapan budak di dalamnya.
Sebagian dari mereka memohon kepada para jurnalis AP itu buat diselamatkan.
"Saya ingin pulang. Kami semua ingin," kata seorang budak asal Myanmar di kapal ikan mereka. "Orangtua kami belum pernah mendapat kabar. Mereka pasti mengira kami sudah mati."