Pemukim Israel Ancam dan Takut-Takuti Anak-Anak Palestina dengan Boneka Berdarah
Serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat sekitar dua pekan terakhir.
Boneka ini disebar di sekolah di Tepi Barat, disertai selebaran berisi ancaman, membuat anak-anak takut.
Pemukim Israel Ancam dan Takut-Takuti Anak-Anak Palestina dengan Boneka Berdarah
Pemukim Israel di Tepi Barat menyebarkan selebaran ancaman di mobil dan meninggalkan boneka berlumuran darah di sekolah, memperingatkan warga Palestina untuk pergi atau dibunuh.
Sumber: Middle East Eye
- Militer Israel Culik dan Telanjangi Ratusan Anak, Pria Palestina di Gaza Utara
- Anak-Anak Palestina Ungkap Perlakuan Kejam Israel Saat Dipenjara, Banyak Tahanan Dianiaya Sampai Tewas
- Perempuan Palestina Ungkap Kekejaman Sipir Penjara Israel, Semprot Tahanan dengan Gas Beracun Sampai Pembatasan Makanan
- Israel Musnahkan 3.000 Pohon Zaitun Palestina, Warisan Nenek Moyang yang Telah Ditanam Selama Berabad-Abad
Boneka-boneka tersebut ditinggalkan di sebuah sekolah Badui yang dirusak, dan selebaran peringatan ‘Nakba (Bencana) besar’ adalah bagian dari serangkaian serangan pemukim Israel yang semakin meningkat sejak dimulainya perang.
Foto: Media sosial/Middle East Eye
"Demi Tuhan, kami akan segera menimpa kepala kalian dengan bencana besar. Kalian memiliki kesempatan terakhir untuk melarikan diri ke Yordania dengan cara yang terorganisir," kata salah satu selebaran yang diedarkan pada Jumat di kota Salfit, Tepi Barat.
“Setelah itu, kami akan menghancurkan setiap musuh dan dengan paksa mengusir kalian dari tanah suci kami. Segera kemasi tas kalian dan pergi dari mana pun kalian berasal. Kami akan datang.”
Selebaran tersebut juga memberikan peringatan tentang "Nakba besar" yang baru, mengacu pada pengusiran 750.000 warga Palestina dari tanah air mereka pada tahun 1948 ketika zionis membentuk negara Israel.
Di wilayah pendudukan Al-Ma'rajat dekat Jericho, boneka-boneka berwarna merah yang terlihat seperti darah ditinggalkan di pintu masuk sebuah sekolah setelah pemukim merusaknya. Hal ini untuk menakut-nakuti anak-anak di sekolah tersebut.
Sebelum serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober, para pemukim terus mengganggu dan menyerang warga Palestina setiap hari di bawah perlindungan tentara Israel. Tindakan ini semakin meningkat dalam 20 hari terakhir.
Ancam Petani Zaitun
Di kota Deir Istiya, sebelah barat Salfit, para petani zaitun telah terbiasa dengan serangan tahunan selama musim panen.
Namun tahun ini, jurnalis lokal Abdel Qader Aql mengatakan kepada Middle East Eye, para pemukim jauh lebih aktif dan tampaknya merencanakan serangan mereka sebagai balas dendam atas serangan Hamas.
“Minggu ini saja, terjadi lebih dari 10 serangan terhadap petani, ancaman, teriakan, intimidasi, dan pengusiran terhadap petani dari lahannya,” ujarnya.
Seorang petani mengalami luka setelah dipukul kepalanya oleh seorang pemukim dengan tongkat.
“Dia pingsan, dan saat bangun, dia mendapati penjaga pemukiman mengancamnya dengan pisau,” kata Aql.
Para petani zaitun di kota yang sama terkejut saat menemukan selebaran yang ditempel di jendela mobil mereka bertuliskan: “Jika kalian menginginkan perang, tunggulah hingga ada pengungsian.”
“Mereka juga menyebar foto-foto keluarga yang sedang memanen zaitun dan menghasut mereka tanpa alasan. Karena ancaman ini, masyarakat mulai berkumpul di lahan mereka secara berkelompok untuk melindungi diri sendiri,” kata Aql.
Sumber: Middle East Eye
Di daerah Al-Ma'rajat, tempat para pemukim menyerang Sekolah Arab Al-Kaabna dan meninggalkan boneka-boneka berlumuran cat mirip darah, aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa komunitas Badui sering kali menjadi sasaran serangan karena tujuan pemukim adalah untuk mengusir penduduk dan merebut tanah mereka.
Hassan Malihat dari Organisasi Al-Baidar untuk Membela Hak-Hak Badui mengungkapkan, kelompok pemukim secara berulang kali menyerang masyarakat dengan maksud mengusir mereka dan merampas tanah mereka.
Pada Kamis malam, Malihat mengatakan para pemukim melemparkan batu ke rumah-rumah penduduk di komunitas tempat tinggal 1.200 warga Palestina, dan mereka juga menyita ternak mereka.
“Serangan terhadap orang-orang Arab Kaabna sering terjadi, dan mereka telah melaporkannya kepada polisi Israel tetapi tidak ada tindak lanjut,” katanya.