Peneliti: Virus Corona Bisa Bertahan di Suhu Tinggi
Profesor Remi Charrel dan para koleganya di Universitas Aix-Marseille di selatan Prancis memanaskan virus corona hingga suhu 60 derajat Celcius selama satu jam dan menemukan sejumlah virus masih mampu menggandakan diri.
Virus corona baru SARS-Cov-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 bisa bertahan dalam waktu lama dalam suhu tinggi. Demikian menurut sebuah eksperimen dari tim ilmuwan Prancis.
Profesor Remi Charrel dan para koleganya di Universitas Aix-Marseille di selatan Prancis memanaskan virus corona hingga suhu 60 derajat Celcius selama satu jam dan menemukan sejumlah virus masih mampu menggandakan diri.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa Situ Cipanten viral di media sosial? Tak ayal, lokasi wisata ini sempat viral di media sosial karena keindahannya, dan didatangi pengunjung dari berbagai daerah.
-
Mengapa Cromboloni viral? Jajanan yang tengah naik daun ini berasal dari gabungan dua kata, yaitu "Croisant" dan "Bomboloni".
Para ilmuwan sampai harus memanaskan hingga suhu mendidih untuk benar-benar membunuh virus corona, menurut kajian mereka yang dirilis di bioRxiv.org Sabtu lalu. Hasil ini mempunyai dampak serius terhadap keselamatan para teknisi laboratorium yang bekerja meneliti virus ini.
Tim Prancis ini mengujicoba sel ginjal monyet hijau Afrika, materi inang standar untuk ujicoba, dengan virus yang didapat dari seorang pasien di Berlin, Jerman. Sel itu dimasukkan ke dalam tabung dan mewakili dua tipe lingkungan, satu yang "bersih dari protein" dan satu lagi yang "kotor/mengandung protein" untuk memperlihatkan simulasi efek kontaminasi dalam kehidupan nyata, misalnya ketika tes swab dilakukan.
Setelah dipanaskan, virus yang berada di lingkungan bersih dari protein benar-benar mati. Sementara di tabung yang mengandung protein virus itu bertahan.
Proses pemanasan ini memang cukup membuat virus tersebut sempat tidak efektif namun di lingkungan semacam itu virus ini masih bisa memulai lagi aktivitasnya, kata makalah para ilmuwan.
Dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (15/4), uji coba dengan memanaskan hingga 60 derajat Celcius selama satu jam ini adalah protokol standar yang diberlakukan di banyak laboratorium pengujian untuk menekan penyebaran virus mematikan, termasuk Ebola.
Bagi virus corona baru, suhu tinggi ini mungkin cukup untuk membunuh sampel yang kandungan virusnya sedikit. Namun pada sampel yang kandungan virusnya banyak, sebagian virus ini masih bisa bertahan.
Tim peneliti Prancis kemudian mengungkapkan, suhu yang lebih tinggi berpeluang membunuh virus itu. Misalnya sampel dipanaskan hingga suhu 92 derajat Celcisu selama 15 menit mampu benar-benar membuat virus itu mati.
Namun dalam suhu tinggi semacam itu RNA virus juga bisa rusak dan mengurangi sensitivitas uji coba. Karena itulah para peneliti menyarankan memakai kandungan kimia, bukannya memanaskan, untuk membunuh virus itu dan itu bisa menentukan keselamatan para teknisi laboratorium.
"Hasil yang diperlihatkan dalam penelitian ini bisa membantu memilih protokol mana yang terbaik untuk diambil guna mencegah personel laboratorium terpapar, baik secara langsung maupun tidak ketika meneliti Sars-Cov-2," tulis para peneliti.
Studi mikrobiologi terhadap virus corona di Akademi Sains China di Beijing mengatakan mereka sangat sadar akan risiko terhadap para pekerja di laboratorium dan mengambil langkah pencegahan.
Semua personel laboratorium harus memakai pakaian pelindung lengkap ketika menangani sampel virus.
Eksperimen tim Prancis ini, kata para ahli, memberikan informasi berharga namun di kehidupan nyata situasinya jauh lebih kompleks dari simulasi di lab.
"Respons virus ini terhadap perubahan lingkungan bermacam-macam. Berbagai proyek penelitian saat ini masih berjalan untuk memecahkan misteri ini," kata ahli.
Dalam laporan penelitian yang dirilis di jurnal JAMA Network Open awal bulan ini, tim peneliti China melaporkan terjadi klaster baru di pemandian umum di Huian, provinsi sebelah timur Jiangsu.
Seorang pasien mengunjungi pusat pemandian umum pada 18 Januari untuk mandi dan sauna. Delapan orang, termasuk staf di sana terinfeksi corona dua pekan kemudian.
Pemandian itu punya suhu lebih tinggi dari 40 derajat dan kelembapan rata-rata 60 persen.
Namun penelitian ini juga punya keterbatasan. Tanpa kamera pengawas di pemandian, sulit menentukan apakan penularan terjadi karena tetesan atau percikan yang melayang di udara atau di permukaan terkontaminasi. Namun para peneliti mengatakan klaster ini memberi peringatan penting.
"Penularan SAR-Cov-2 tidak melemah dalam kondisi yang hangat dan lembap," kata penelitian itu.
(mdk/pan)