Penelitian: Sepertiga Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Mental
Satu dari tiga penyintas Covid-19 dalam sebuah penelitian pada lebih dari 230.000 orang, terbanyak pasien Amerika, didiagnosis dengan gangguan otak atau kejiwaan dalam enam bulan, memperkirakan pandemi bisa menyebabkan gelombang masalah mental dan neurologis.
Satu dari tiga penyintas Covid-19 dalam sebuah penelitian pada lebih dari 230.000 orang, terbanyak pasien Amerika, didiagnosis dengan gangguan otak atau kejiwaan dalam enam bulan, memperkirakan pandemi bisa menyebabkan gelombang masalah mental dan neurologis. Demikian disampaikan para ilmuwan pada Selasa (6/4).
Para peneliti yang melakukan analisis menyampaikan, belum jelas bagaimana kaitan virus dengan kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan depresi, tapi ini merupakan diagnosis paling umum di antara 14 gangguan yang mereka teliti.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kenapa hidung bengkak saat flu? Virus merusak sel-sel hidung, menyebabkan peradangan dan respons tubuh yang dapat menyebabkan pembengkakan.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
Kasus pasca Covid seperti stroke, demensia, dan gangguan neurologis lainnya lebih langka, menurut para peneliti, tapi masih signifikan, khususnya pada mereka yang mengalami Covid-19 parah.
“Hasil kami mengindikasikan bahwa penyakit mental dan gangguan kejiwaan lebih umum setelah Covid-19 daripada setelah flu atau infeksi pernapasan lain,” jelas seorang pakar kejiwaan di Universitas Oxford, Max Taquet, yang memimpin penelitian, dilansir Reuters, Rabu (7/4).
Taquet menyampaikan, penelitian tersebut tidak bisa memastikan mekanisme biologis atau psikologis yang terlibat, tetapi penelitian mendesak diperlukan untuk mengidentifikasi hal ini “dengan tujuan untuk mencegah atau mengobatinya”.
Pakar kesehatan semakin prihatin dengan bukti risiko gangguan otak dan kesehatan mental yang lebih tinggi di antara para penyintas Covid-19. Penelitian tahun lalu oleh peneliti yang sama menemukan 20 persen penyintas Covid-19 didiagnosis dengan gangguan kejiwaan dalam waktu tiga bulan.
Temuan baru, yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, menganalisis catatan kesehatan dari 236.379 pasien Covid-19, sebagian besar dari Amerika Serikat, dan menemukan 34 persen telah didiagnosis dengan penyakit neurologis atau kejiwaan dalam waktu enam bulan.
Gangguan ini secara signifikan lebih umum pada pasien Covid-19 dibandingkan dengan kelompok orang yang sembuh dari flu atau infeksi pernapasan lainnya selama periode yang sama, memperkirakan bahwa Covid-19 memiliki dampak yang spesifik.
Kecemasan (17 persen) dan gangguan suasana hati atau mood (14 persen) adalah paling umum dan tampaknya tidak berkaitan dengan seberapa ringan atau parah infeksi Covid-19 yang dialami pasien.
Di antara mereka yang dibawa ke ICU dengan Covid-19 yang parah, 7 persen mengalami stroke dalam enam bulan, dan hampir 2 persen didiagnosis dengan demensia.
“Meskipun risikonya kecil orang mengalami gangguan ini, efeknya di seluruh populasi mungkin besar,” jelas kata Paul Harrison, seorang profesor psikiatri Oxford yang ikut memimpin penelitian tersebut.
Baca juga:
PSK di Brasil Mogok Sepekan, Tuntut Jadi Penerima Vaksin Prioritas
Makan Malam di Restoran, Menteri Prancis Diselidiki karena Langgar Pembatasan Covid
Inggris Pertimbangkan Larang Vaksin AstraZeneca bagi Kalangan Muda
Korea Utara Batal Ikut Olimpiade Tokyo karena Takut Atletnya Kena Covid-19
Dihukum Squat Jump 300 Kali karena Langgar Lockdown, Pria Filipina Meninggal