Peretas China Gunakan Facebook Untuk Awasi Muslim Uighur di Luar Negeri
Facebook Inc menyampaikan pihaknya telah memblokir sekelompok peretas di China yang menggunakan platformnya untuk menargetkan warga Uighur yang tinggal di luar negeri dengan tautan malware yang bisa merusak perangkat mereka dan bisa melakukan pengawasan.
Pada Rabu (24/3), Facebook Inc menyampaikan pihaknya telah memblokir sekelompok peretas di China yang menggunakan platformnya untuk menargetkan warga Uighur yang tinggal di luar negeri dengan tautan malware yang bisa merusak perangkat mereka dan bisa melakukan pengawasan.
Perusahaan media sosial ini mengatakan, para peretas yang dikenal sebagai Earth Empusa atau Evil Eye dalam industry keamanan, menargetkan para aktivis, jurnalis, dan pembelot terutama warga Uighur, kelompok etnis Muslim terbesar yang menghadapi penindasan di China.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Mengapa Masjid Perahu di Tebet didesain menyerupai perahu? Bentuk perahu ini dibuat bukan tanpa alasan. Menurut kisahnya, si empunya dahulu sangat mengagumi sosok Nabi Nuh AS.
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Kapan Masjid Perahu di Tebet dibangun? Mengutip majalah digital Pemprov DKI Jakarta, Masjid Perahu ini rupanya sudah ada sejak sejak 1963.
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
Dikutip dari France 24, Kamis (25/3), Facebook menyampaikan target para peretas ini kurang dari 500, yang kebanyakan berasal dari wilayah Xinjiang tapi tinggal di luar negeri seperti di Turki, Kazakhstan, Amerika Serikat, Suriah, Australia, dan Kanada.
Sebagian besar aktivitas peretas terjadi jauh dari Facebook dan mereka menggunakan situs tersebut untuk berbagi tautan ke situs web berbahaya daripada langsung membagikan malware di platform tersebut.
“Kegiatan ini memiliki ciri khas operasi dengan sumber daya yang baik dan persisten, sambil mengaburkan siapa di belakangnya,” jelas penyelidik keamanan siber Facebook dalam sebuah unggahan blog.
Facebook mengatakan kelompok peretas menggunakan akun Facebook palsu untuk menyamar sebagai jurnalis fiktif, pelajar, pembela hak asasi manusia atau anggota komunitas Uighur untuk membangun kepercayaan dengan target mereka dan mengelabui mereka agar mengklik tautan berbahaya.
Peretas membuat situs web berbahaya menggunakan domain yang mirip situs berita Uighur dan Turki ternama dan membobol situs web sah yang dikunjungi oleh target. Facebook juga menemukan situs web yang dibuat oleh grup tersebut meniru toko aplikasi Android pihak ketiga dengan aplikasi bertema Uighur, seperti aplikasi doa dan aplikasi kamus, yang berisi malware.
Facebook mengatakan penyelidikannya menemukan dua perusahaan China, Beijing Best United Technology Co Ltd (Best Lh) dan Dalian 9Rush Technology Co Ltd (9Rush) telah mengembangkan perangkat Android yang digunakan oleh grup tersebut.
Kedutaan Besar China di Washington tidak segera membalas pesan permintaan komentar atas laporan Facebook ini. Beijing kerap membantah tuduhan spionase dunia maya.
Reuters tidak dapat segera menemukan informasi kontak Dalian 9Rush Technology Co Ltd. Seorang pria yang menjawab nomor yang terdaftar untuk Beijing Best United Technology Co Ltd menutup telepon.
Facebook mengatakan telah menghapus akun grup tersebut, yang jumlahnya kurang dari 100, dan telah memblokir berbagi domain berbahaya dan menginformasikan orang-orang yang diyakini sebagai target.
Baca juga:
Netizen China Serang Akun Medsos Nike karena Isu Kerja Paksa Uighur di Xinjiang
Menlu China Sebut Klaim Genosida di Xinjiang Adalah Berita Bohong
Laporan Independen Genosida Xinjiang Klaim Ada Bukti China 'Berniat Hancurkan' Uighur
Amerika Minta Sekutunya Jangan Bungkam Soal Penindasan China terhadap Muslim
Bantah Tuduhan Genosida Terhadap Uighur, China Undang PBB Kunjungi Daerah Xinjiang