Perusahaan Saudi Gandeng Ilmuwan AS Kembangkan Obat Covid-19, Tahun Depan Tersedia
Obat tersebut, sebuah suntikan antibodi yang mengikat virus corona baru untuk menetralkannya, dapat bekerja sebagai pencegahan jangka pendek, dan pengobatan Covid-19.
Sebuah perusahaan Arab Saudi mengembangkan obat pencegahan virus corona yang dijadwalkan keluar tahun depan, bekerja sama dengan ilmuwan Amerika di Universitas Pittsburgh di Pennsylvania.
Obat tersebut, sebuah suntikan antibodi yang mengikat virus corona baru untuk menetralkannya, dapat bekerja sebagai pencegahan jangka pendek, dan pengobatan Covid-19.
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Arab Saudi? Maarten Paes akhirnya melakukan debutnya bersama Timnas Indonesia dan hasilnya cukup mengejutkan. Sebelumnya, Paes diperkirakan tidak akan tampil saat Timnas Indonesia bertandang ke markas Timnas Arab Saudi pada matchday 1 Grup C ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang berlangsung pada Jumat (06/09/2024).
-
Mengapa Arab Saudi dianggap lebih diunggulkan saat melawan Indonesia? Selain sebagai tuan rumah, tim yang dilatih oleh Roberto Mancini juga memiliki kualitas pemain dan pengalaman yang lebih baik dibandingkan Indonesia.
-
Kenapa Timnas Indonesia ke Arab Saudi? Sebagian anggota Timnas Indonesia telah tiba di Arab Saudi menjelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia pada Senin pagi, 2 September 2024, waktu setempat.
-
Kapan patung unta di Arab Saudi ditemukan? Sederet patung unta berukuran sesuai aslinya ditemukan pada 2018 lalu di Arab Saudi utara.
-
Kapan Timnas Indonesia main lawan Arab Saudi? Timnas Indonesia akan menghadapi Arab Saudi dalam laga pertama putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, pada Jumat (6/9/2024) dini hari WIB.
Satu dosis antibodi yang sangat spesifik akan mencegah seseorang terinfeksi virus tersebut selama setidaknya beberapa bulan, menurut Donald Gerson, salah satu pendiri perusahaan Arab Saudi tersebut, SaudiVax.
“Jika antibodi ada di sistem Anda dan virus menyerang Anda, obat itu akan membunuhnya. Obat ini dapat bertahan dalam sistem selama beberapa bulan, bekerja sebagai pencegahan dan terapi untuk Covid-19," jelas Gerson, yang telah bekerja di industri pengembangan vaksin selama lebih dari 30 tahun, dalam sebuah wawancara dengan Alarabiya, dilansir Senin (29/6).
Obat ini akan menjadi pengobatan Covid-19 baru pertama yang tersedia secara bersamaan di AS dan Timur Tengah.
SaudiVax, perusahaan bioteknologi vaksin pertama di Arab Saudi, bekerja sama dengan Pusat Terapi Antibodi Universitas Pittsburgh pada Februari untuk menemukan antibodi dan telah melisensikan obat untuk kawasan Timur Tengah, menurut Gerson.
“Kami siap untuk mulai produksi dan menjalani uji klinis. Itu akan terlaksana secepat mungkin," ujarnya.
Sebanyak 20 orang tim SaudiVax memainkan peran penting dalam pengembangan industri obat.
Direktur Pelaksana SaudiVax dan seorang profesor di Fakultas Kedokteran Universitas King Saud Arab Saudi, Mazen Hassanain, menyampaikan kolaborasi ini muncul karena jaringan yang sudah ada di antara para ilmuwan di kedua negara anggota G20.
"Sangat mudah bagi kami untuk bekerja dengan para ilmuwan Amerika karena sebagian besar ilmuwan kami telah dilatih di AS, sehingga membantu dengan kolaborasi ilmiah," jelasnya, menambahkan lebih dari setengah tim SaudiVax adalah lulusan universitas di Amerika Utara.
Arab Saudi adalah salah satu negara dengan mahasiswa terbanyak di AS, peringkat keempat setelah China, India, dan Korea Selatan.
Obat itu dijadwalkan akan tersedia di AS dan Arab Saudi pada akhir tahun depan. Hassanain juga mengatakan hubungan kedua negara lebih kolaboratif daripada kompetitif.
“Obat ini akan tersedia untuk wilayah AS dan MENA (Timur Tengah) pada hari yang sama, untuk pertama kalinya. Biasanya ada jeda antara pendaftaran obat di AS dan wilayah MENA," jelasnya.
Industri Vaksin Arab Saudi
SaudiVax juga bekerja sama dengan universitas lain di Arab Saudi untuk mengembangkan vaksin Covid-19, sebuah inisiatif terobosan untuk Timur Tengah, di mana negara-negara di kawasan ini sebelumnya tidak memiliki pengembangan industri vaksin sendiri dan tetap bergantung pada entitas luar untuk vaksin, menurut mantan Utusan Sains AS, Dr Peter Hotez.
“Hampir tidak ada vaksin yang diproduksi di Timur Tengah dari awal sampai akhir. Itu kerentanan besar karena ada begitu banyak penyakit," jelasnya dalam wawancara dengan Alarabiya.
Industri vaksin di Timur Tengah tidak memiliki komponen pengembangan dan produksi - dua langkah dari proses vaksin yang mengikuti fase penemuan awal.
Tetapi sejak didirikan pada 2016, SaudiVax telah berusaha untuk memperkuat pengembangan vaksin dan industri manufaktur di kawasan itu.
Hassanain mengatakan, SaudiVax "bekerja sangat keras untuk mengisi kesenjangan," dengan membangun fasilitas pengembangan dan pembuatan vaksin yang kemungkinan akan beroperasi penuh dalam dua tahun.
Didukung oleh berbagai sektor pemerintah, fasilitas ini dimiliki oleh King Abdulaziz City untuk Sains dan Teknologi dan bermaksud untuk melatih para ilmuwan Saudi untuk bekerja dalam pengembangan vaksin dan sektor manufaktur di negara kerajaan tersebut.
Hassanain mengatakan, misi SaudiVax selaras dengan tujuan rencana reformasi Saudi Vision 2030, yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi dan mengembangkan program-program yang bermanfaat bagi warganya.
Tujuan bersama antara SaudiVax dan Saudi Vision 2030 termasuk melokalisasi industri baru, meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan, dan meningkatkan layanan kesehatan.
"Tim kami adalah 60 persen perempuan - sangat berbeda dari semua perusahaan farmasi regional," kata Hassanain.
“Dan kami bertujuan untuk mewujudkan keamanan kesehatan nasional - sesuatu yang menjadi prioritas wabah Covid,” pungkasnya.
(mdk/pan)