Pidato Ujaran Kebencian dari Tokoh Hindu India Picu Kemarahan
Video ujaran kebencian terhadap Muslim yang dilontarkan tokoh agama Hindu di India memicu kemarahan dan tuntutan tindakan tegas.
Video ujaran kebencian terhadap Muslim yang dilontarkan tokoh agama Hindu di India memicu kemarahan dan tuntutan tindakan tegas.
Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (25/12), kepolisian India menyampaikan pada Jumat, mereka telah melakukan penyelidikan atas ujaran kebencian yang dilontarkan di sebuah acara pekan lalu di Haridwar, negara bagian Uttarakhand, di mana peserta yang hadir menyerukan pembunuhan massal dan penggunaan senjata terhadap warga Muslim.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Di mana pemukiman padat penduduk yang dimaksud? Pemukiman di daerah Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebun Jeruk ini misalnya. Saat malam sekalipun, suasananya nampak masih begitu ramai warga.
-
Apa yang dipalsukan oleh sindikat ini? Polda Metro Jaya mengungkap sindikat pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Pelat nomor rahasia.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Kapan sindikat ini terungkap? Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Samian dalam keterangannya, Rabu (20/12).
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
Seorang perempuan yang menjadi pembicara dalam acara tersebut menyampaikan kepada massa yang hadir, mereka seharusnya tidak perlu khawatir bakal dijebloskan ke penjara karena membunuh warga Muslim, menurut video yang viral tersebut.
"Jika 100 orang dari kita siap membunuh 2 juta dari mereka, kita akan menang dan menjadikan India negara Hindu," kata Pooja Shakun Pandey, seorang pemimpin kelompok Hindu sayap kanan, Hindu Mahasabha.
"Siap membunuh dan dipenjara," lanjutnya, dikutip dari The Straits Times.
Acara tersebut juga dihadiri tokoh agama berpengaruh yang dekat dengan partai pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi dan beberapa anggota partainya, Bharatiya Jannata (BJP).
Video tersebut menyebar luas di media sosial di India pekan ini. Namun Modi tetap bungkam. Polisi lamban mengambil tindakan.
Pada Jumat (24/12), empat hari setelah acara tersebut dan video ujaran kebencian itu menyebar luas, polisi di Uttarakhand mengumumkan mereka telah membuka penyelidikan tapi tidak ada penangkapan.
Pejabat kepolisian mengatakan mereka melaporkan penyelenggara konferensi tersebut karena "permusuhan antara kelompok agama berbeda", dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
"Kami akan melakukan penyelidikan berdasarkan hukum, dan insiden semacam itu tidak akan ditolerir," kata pejabat tinggi kepolisian negara bagian Uttarakhand, Ashok Kumar.
Negara Hindu
Selama konferensi tersebut, kepala kelompok organisasi Hindu sayap kanan Uttarakhand,
Swami Prabodhanand Giri, mengatakan India milik orang Hindu.
"Inilah mengapa, seperti di Myanmar, polisi di sini, politikus di sini, tentara dan setiap orang Hindu harus angkat senjata, dan kita harus laksanakan pembersihan ini," jelasnya mengacu ke Muslim.
"Tidak ada solusi dari hal ini," lanjutnya.
Ajudan Swami Prabodhanand Giri menolak mengomentari hal ini.
Video dari konferensi tersebut juga menunjukkan Suresh Chavhanke, yang mengepalai sebuah saluran berita, berikrar menjadikan India sebagai negara Hindu pertama.
"Kita membuat resolusi sampai napas terakhir kita: Kita akan menjadikan India sebuah negara Hindu dan menjaganya tetap menjadi negara Hindu saja," ujarnya.
"Kita akan berjuang dan mati jika harus; kita juga akan membunuh."
Dia kemudian mengunggah video ikrarnya tersebut di Twitter kepada setengah juta pengikutnya.
Pengamat politik mengatakan pemerintah mengizinkan ujaran kebencian semacam ini dengan tetap bungkam di hadapan seruan kekerasan.
Pembicara lainnya dalam konferensi itu juga mengatakan dia berharap dia membunuh pendahulu Modi, Manmohan Singh, yang menjadi perdana menteri Sikh pertama India,
Pembicara lain juga mengatakan dia telah meminta hotel-hotel di negara bagiannya agar jangan mengizinkan perayaan Natal. Pernyataan tersebut disambut sorak sorai peserta yang hadir.
Pemerintah tutup mata
Sementara itu, dikutip dari Al Jazeera, anggota parlemen Muslim ternama India, Asaduddin Owaisi menyampaikan di Twitter, ujaran kebencian dalam video itu jelas merupakan sebuah kasus yang menghasut genosida.
Pemerintahan Modi sampai saat ini belum mengomentari hal tersebut.
Sejumlah warga dari komunitas Muslim mengatakan semakin sering dijadikan target serangan dan ancaman sejak Modi berkuasa.
Presiden Jamiat Ulama-i-Hind (organisasi Muslim terbesar di India), Maulana Mahmood Madni, menuding pemerintah menutup mata terhadap ujaran kebencian terhadap komunitas Muslim.
Dalam suratnya ke berbagai pejabat pemerintah, Madni meminta tindakan tegas terhadap para pelaku ujaran kebencian.
"Mereka mengancam kedamaian dan keharmonisan komunal negara ini," ujarnya.
(mdk/pan)