Pria Yahudi korban Bom Brussels minta publik tak membenci Islam
Walter Benjamin (47), kehilangan kakinya dalam tragedi di Belgia itu, ditolong seorang muslim pegawai bandara
Walter Benjamin, 47 tahun, adalah salah satu penyintas tragedi Bom Brussels, Belgia, bulan lalu. Pria berdarah Yahudi ini saat kejadian berada di ruang tunggu, menanti pesawat menuju Israel, ketika bom bunuh diri meledak. Ledakan itu membunuh belasan orang dan melukai 270 lainnya, termasuk Benjamin.
Di tengah kesadaran antara ada dan tiada, Benjamin ditemukan oleh Hassan Elouafi. Hassan adalah pegawai bandara Zaventem.
-
Apa yang terjadi saat umat Islam berjuang melawan Belanda? Malahan, umat Islam mengumandangkan takbir dan bacaan tahlil sembari dihujani timah panas dan bom.
-
Bagaimana Umat Islam di Jawa Timur merespon Agresi Militer Belanda? Para ulama setempat sudah mendeteksi adanya serangan susulan dari pihak Belanda saat bulan puasa.Mereka pun menggelar musyawarah di Pamekasan dan menyatakan perang dengan Jihad fi Sabilillah untuk mempertahankan kedaulatan negara.
-
Mengapa Belgia masih merasa terdampak secara emosional? Domenico Tedesco menyatakan bahwa Belgia masih merasakan dampak emosional setelah eliminasi mereka dari Euro 2024 oleh Prancis, sementara mereka bersiap untuk pertandingan di UEFA Nations League.
-
Apa yang menjadi tantangan berat bagi Belgia dalam pertandingan melawan Prancis? Menghadapi Prancis menjadi tantangan berat bagi Belgia. Di atas kertas Belgia tak diunggulkan di laga ini. Namun mereka bukan tanpa peluang jika mampu memanfaatkan situasi tertentu.
-
Kapan Prancis akan bermain melawan Belgia? Pertandingan yang dinanti-nanti ini dijadwalkan berlangsung di Groupama Stadium pada Selasa (10/9/2024) dini hari WIB.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I terjadi? Mengutip dari beberapa sumber, berlangsungnya Agresi Militer Belanda I ini tepat di hari ketiga puasa. Di Sumatera Selatan, aksi tersebut dimulai setelah umat Islam menyantap makan sahur.
Dalam kesaksikan yang dilansir ulang Times of Israel, Rabu (6/4), Benjamin mengatakan Hassan sangat gembira melihatnya masih hidup. Imigran muslim yang sudah lama tinggal di Belgia itu memeluknya begitu erat sambil menangis.
"Hassan mengaku bahagia melihat saya masih hidup di tengah tumpukan jasad. Hassan yang meminjami saya telepon, supaya bisa menghubungi keluarga bahwa saya masih hidup," kata Benjamin.
Dari sana, persahabatan Benjamin dan Hassan terbangun. Benjamin perlahan mengetahui kalau Hassan adalah ayah empat orang anak dan sudah lama bermukim di Belgia. Karenanya, dia sedih melihat banyak warga Belgia beberapa pekan terakhir menunjukkan kebencian pada imigran muslim karena dianggap pendukung terorisme.
"Hassan tidak pantas dikaitkan dengan teroris," imbuh Benjamin. "Dia adalah manusia biasa. Saya berencana menanam pohon di Israel untuk mengenang jasa Hassan dan keluarganya."
Saat ini, Benjamin masih menjalani pemulihan di RS Brussels. Dokter mengatakan kakinya mengalami luka berat, sehingga amputasi adalah solusi satu-satunya. Kisah perjuangannya bangkit dari teror itu dia tuliskan di laman Facebook.
Benjamin mengaku masih sulit menerima kenyataan bahwa dia akan cacat seumur hidup. Namun, dalam situasi seperti itu, dia pun tak mau umat muslim dipersalahkan atas apa yang dia alami.
Benjamin mengaku sempat beradu argumen dengan keluarganya yang kecewa karena dia justru gigih membela warga muslim di Belgia. "Saya sangat yakin 99,9 persen muslim adalah orang baik, orang-orang hebat. Sama seperti kita semua, mereka bukan teroris."
Selain Benjamin, masih ada 66 orang lainnya korban ledakan bom di Bandara Zaventem yang belum pulih. Ditambah bom bunuh diri di stasiun kereta yang terjadi bersamaan, insiden Brussels menewaskan 32 orang.
(mdk/ard)