Ribuan Warga Selandia Baru Unjuk Rasa Menentang RUU Hak Masyarakat Adat
Lebih dari 42.000 orang protes di Wellington menolak RUU yang dianggap mengancam hak masyarakat adat.
Protes Besar di Wellington
Pada hari Selasa, ribuan warga Selandia Baru berkumpul di depan Parlemen di Wellington untuk menunjukkan ketidakpuasan terhadap sebuah RUU yang mereka anggap akan mengurangi hak masyarakat adat. Sekitar 42.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi ini, menjadikannya salah satu protes terbesar dalam sejarah negara tersebut.
Protes ini dipicu oleh pengenalan RUU Prinsip Perjanjian, yang bertujuan untuk menafsirkan kembali perjanjian berusia 184 tahun antara Inggris dan suku Maori. RUU ini didukung oleh partai ACT Selandia Baru, yang percaya bahwa interpretasi saat ini dari perjanjian tersebut mendiskriminasi warga non-pribumi.
- Wamendagri Ribka Tegaskan Otsus Papua Bentuk Upaya Pemerintah Wujudkan Kesejahteraan di Tanah Papua
- RK Jawab Keresahan Warga Pulo Gadung soal Penggusuran: Saya Menang Dulu, Kalau Menang Orang Lain Nanti Digusur
- Disambut Heboh Sekampung, Pria Turki Rela Naik Perahu Datang ke Maluku Utara Demi Temui Kekasih
- Ribuan Orang Kumpul di Konser Pesta Rakyat Deklarasi Dukung Ganjar-Mahfud
Mengapa Protes Ini Penting
Lebih dari 203.650 orang telah menandatangani petisi menolak RUU tersebut, yang telah disampaikan kepada Parlemen. Bahkan, walikota Wellington ikut serta dalam protes ini, menunjukkan dukungan luas terhadap isu ini.
Shanell Bob, salah satu peserta protes, menyatakan, "Ini berbeda dari saat saya masih kecil. Kami lebih kuat sekarang, anak-anak kami lebih kuat sekarang, mereka tahu siapa mereka, mereka bangga akan diri mereka sendiri." Pernyataan ini mencerminkan semangat masyarakat Maori yang semakin kuat.
Sejarah dan Kontroversi RUU
RUU Prinsip Perjanjian diperkenalkan oleh legislator yang ingin mengubah cara perjanjian tersebut diinterpretasikan. Meskipun RUU ini tidak memiliki dukungan yang cukup untuk menjadi undang-undang, para demonstran merasa penting untuk mengungkapkan suara mereka terhadap sentimen yang berkembang.
Partai-partai koalisi ACT, yaitu Partai Nasional dan Partai Selandia Baru Pertama, awalnya setuju untuk mendukung RUU tersebut, namun kini telah menarik dukungan mereka. Beberapa pengacara terkemuka di negara ini juga memperingatkan bahwa RUU ini dapat merusak hubungan antar ras selama beberapa dekade.
Aksi dan Suasana Protes
Di lokasi protes, terlihat pria-pria tanpa baju mengenakan jubah bulu tradisional, sementara para penunggang kuda mengibarkan bendera Maori berwarna merah, putih, dan hitam. Para pengunjuk rasa berkumpul di halaman Parlemen, memainkan musik reggae dan menyampaikan pidato yang menantang pemerintah untuk menghadapi mereka.
Pemimpin ACT, David Seymour, yang merupakan penulis RUU dan juga seorang Maori, hadir di depan Parlemen. Di tengah kehadirannya, ribuan orang mulai meneriakkan "Hancurkan RUU ini," diikuti dengan tarian perang Maori, haka.
Pesan dari Peserta Protes
Hoana Hadfield, seorang peserta dari Wellington, mengungkapkan, "Saya di sini untuk cucu-cucu saya, anak-anak saya, dan untuk anak-anak mereka." Ini adalah pertama kalinya dia ikut serta dalam protes, menunjukkan betapa pentingnya isu ini bagi generasi mendatang.
Protes ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengekspresikan ketidakpuasan, tetapi juga sebagai simbol persatuan bagi masyarakat Maori dan pendukung hak-hak masyarakat adat di Selandia Baru.
Sumber: Deutsche Welle