Saksi Mata Ungkap Kengerian dan Kebrutalan Pasukan Israel Ketika Serang RS Al-Shifa, Pasien Ditangkap dan Ditelanjangi
Para ahli medis yang bertugas di RS-Al Shifa mengungkap kebrutalan pasukan penjajah Israel saat menyerbu fasilitas kesehatan tersebut.
RS Al-Shifa tidak hanya menampung pasien korban luka akibat serangan brutal Israel, tapi juga para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal.
Saksi Mata Ungkap Kengerian dan Kebrutalan Pasukan Israel Ketika Serang RS Al-Shifa, Pasien Ditangkap dan Ditelanjangi
Serangan pasukan Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza, Palestina membawa "ketakutan dan kematian" bagi ribuan orang yang terjebak di dalamnya, demikian diungkapkan para saksi.
Sumber: Al Jazeera
- Batu Akik Kuno yang Ditemukan di Israel Ini, Diyakini Obat Mujarab Penangkal Mabuk
- Israel Bom Daerah Dekat RS Al-Quds di Gaza, Ancam Petugas Medis, Pasien, dan Pengungsi Agar Segera Evakuasi
- "Israel Akan Membunuh Kami, Entah Kami Melawan atau Tidak"
- Israel Pakai Bom Fosfor Putih di Gaza dan Libanon, Bisa Membakar Kulit Sampai Tulang
Pasukan Israel bertindak dengan kejam selama serangannya kemarin, dengan melakukan kekerasan dan penghinaan kepada pasien, staf, dan pengungsi yang terperangkap di dalam rumah sakit terbesar di Gaza, seperti yang diungkapkan oleh mereka yang berada di dalamnya kepada Al Jazeera.
Foto: Reuters
Ribuan orang terjebak di RS Al-Shifa selama berhari-hari karena pasukan Israel memusatkan serangannya di sekitar kompleks tersebut. Pasukan zionis mengklaim di dalam kompleks tersebut ada markas Hamas yang tersembunyi. Laporan juga menyebutkan makanan dan air sangat langka sementara mayat-mayat yang membusuk terus menumpuk.
Omar Zaqout, petugas ruang gawat darurat di RS Al-Shifa, mengungkapkan tentara Israel "menangkap dan secara brutal menyerang beberapa orang yang mengungsi di rumah sakit".
"Tentara Israel membawa orang-orang yang ditahan dalam keadaan tanpa busana dan mata tertutup. (Mereka) tidak membawa bantuan atau perbekalan apapun, mereka hanya membawa ketakutan dan kematian," jelasnya, sambil menambahkan bahwa tentara telah mengepung setiap bangunan di dalam kompleks rumah sakit.
"Lebih dari 180 mayat yang membusuk masih tergeletak di halaman rumah sakit," ujarnya.
"Situasinya sangat mengerikan, suara tembakan terdengar di mana-mana di sekeliling rumah sakit," sambungnya.
Ahmed El Mokhallalati, seorang ahli bedah, mengatakan kepada Al Jazeera dari dalam rumah sakit bahwa pasukan pendudukan membawa tank ke dalam rumah sakit setelah "tembakan, pengeboman, dan serangan yang terus-menerus dan agresif sejak kemarin malam".
"Ini adalah saat yang sangat menakutkan; ini menjadi saat yang mengerikan bagi keluarga, warga sipil yang berlindung di rumah sakit bersama anak-anak mereka. Ini sangat buruk bagi staf yang merawat pasien mereka dan pasien itu sendiri," ungkapnya.
"Bayangkan berada di rumah sakit di mana tidak ada air, kebersihan dasar orang-orang yang pergi ke toilet adalah sebuah tantangan. Makanan dan air minum belum datang ke rumah sakit selama enam hari ini, tidak ada cara untuk mendapatkan apapun di rumah sakit," tambah El Mokhallalati.
Dia juga mengatakan, stasiun oksigen tidak berfungsi, dan secara umum staf tidak mampu merawat pasien mereka.
Ahli bedah ini mengungkapkan keheranannya karena "seluruh dunia menyaksikan kejahatan ini dan melihat segala sesuatu yang terjadi namun tidak ada seorang pun yang bisa menghentikannya. Tidak ada seorang pun yang berkata dengan lantang bahwa semua ini tidak diperbolehkan."
"Di mana komunitas internasional? Di manakah organisasi internasional yang dibentuk untuk membantu dan mendukung sistem kesehatan di wilayah perang untuk memastikan kebutuhan kemanusiaan terpenuhi di wilayah perang pada masa perang?" serunya.
"Kami semua berada di dalam bangunan sekarang. Kami bahkan tidak bisa melihat keluar jendela, memeriksa apa yang terjadi di luar. Kami tidak bisa mendapatkan makanan atau minuman, kami tidak bisa memberikan apapun kepada pasien kami, dan kami tidak bisa berpindah antar gedung sama sekali," ujarnya.
Serbuan ke fasilitas medis terbesar di Gaza ini terjadi setelah lima hari serangan.
Kompleks ini menjadi pusat perang Israel di Gaza ketika pasukan penjajah, bersama dengan Amerika Serikat, mengklaim Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut, menyembunyikan pusat komando militer di bawahnya.
Hamas dan staf medis di dalam Al-Shifa membantah tudingan ini dan mengecapnya sebagai "kebohongan besar".
Hingga hari ini, Israel sudah membunuh lebih dari 11.300 orang di Gaza sejak 7 Oktober setelah Hamas menembakkan roket ke Israel selatan. Sementara Israel mengatakan serangan Hamas menewaskan setidaknya 1.200 orang.
Tonton video penyerangan RS Al-Shifa di slide berikutnya: