Sekilas Perbandingan Ketatnya Pengamanan Pelantikan Jokowi dan Donald Trump
Pengamanan pelantikan seorang presiden memang menjadi pekerjaan besar bagi personel keamanan, termasuk di negara adikuasa seperti Amerika Serikat ketika Presiden Donald Trump dilantik pada Januari 2017.
Pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin kemarin di Ibu Kota Jakarta menjadi sorotan sejumlah media nasional dan internasional dari segi pengamanan. Pelantikan Jokowi kemarin terlihat lebih ketat dibanding ketika 2014 saat periode pertama.
Tidak kurang dari 30.000 personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan hari pelantikan Jokowi kemarin, termasuk pesawat tanpa awak (drone) CH4 yang memantau segala pergerakan yang dinilai rawan keamanan. Sejumlah jalan protokol di Jakarta juga ditutup.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Dimana peristiwa penembakan terhadap Donald Trump terjadi? Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Kapan Wapres Ma'ruf menjadi Plt Presiden? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 tahun 2024 tentang penugasan Wakil Presiden untuk melaksanakan tugas presiden hingga 6 Maret 2024.
Pengamanan pelantikan seorang presiden memang menjadi pekerjaan besar bagi personel keamanan, termasuk di negara adikuasa seperti Amerika Serikat ketika Presiden Donald Trump dilantik pada Januari 2017.
Sederet pasukan keamanan disiapkan dari mulai FBI, ARF, Polisi Taman, Keamanan Bea Cukai dan Perbatasan (CBP), Penjaga Pantai, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit serta Departemen Energi.
Dilansir dari laman ABC News, Januari 2017, Departemen Kepolisian Ibu Kota bertanggung jawab untuk mengamankan Washingotn dan Departemen Kepolisian Metropolitan bertanggung jawab mengamankan rute parade Trump sekaligus keseluruhan acara pelantikan.
Lebih dari 3.000 petugas kepolisian dan garda Nasional juga bersiaga dan berpatroli.
Secret Service menjalani pelatihan untuk mengamankan setiap rombongan orang penting. Dalam sebuah latihan agen Secret Service terlihat berlatih menghadapi drone yang menyebarkan gas berbahaya ke arah presiden dan kerumunan orang.
"Prioritas pertama kami adalah melindungi presiden dan tokoh publik serta mengamankan seluruh proses pelantikan," kata Brian Ebert, agen Secret Service yang bertanggung jawab atas pasukannya.
Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan juga mengamankan wilayah udara sejak sepekan sebelum pelantikan Trump untuk memastikan keamanan sistem komunikasi.
"Kami hanya ingin melakukan apa yang kami mampu untuk menghentikan segala ancaman keamanan," kata pilot CBP kepada ABC News.
Ancaman Serangan lone-wolf
Sumber keamanan juga mengatakan mereka menerapkan sistem pengamanan berlapis untuk mengamankan pelantikan Trump, seperti barikade fisik, pos pemeriksaan dengan magnetometer, penggeledahan tas, patroli petugas berpakaian preman, termasuk deteksi radiasi dan kamera pengawas.
Jalan-jalan utama, terowongan dan jembatan yang mengarah ke ibu kota dan pusat kota juga ditutup.
Untuk melindungi kemungkinan serangan kendaraan seperti yang pernah terjadi di Jerman dan Prancis, aparat keamanan AS juga menempatkan sejumlah truk berisi pasir untuk memblokir kawasan pelantikan.
Di perairan, Pasukan Penjaga Pantai juga berpatroli.
"Ancaman serangan individu (lone-wolf) termasuk yang paling menjadi perhatian kami," ujar Asisten Direktur Kantor FBI Washington Paul Abbate.
Orang-orang ini adalah mereka yang beroperasi sendiri dan sering kali tidak terdeteksi radar aparat keamanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah serangan teror lone-wolf terjadi di beberapa negara seperti di Eropa, seperti yang sering diklaim kelompok ISIS.
(mdk/pan)