Thailand Panik, Serbuan Ikan 'Alien' Rusak Lingkungan dan Ekonomi, Sudah Menyebar di 17 Provinsi
Pemerintah Thailand kini tengah kewalahan dengan penyebaran ikan ini.
Thailand kini tengah menghadapi krisis ekologi akibat serbuan ikan mujair. Spesies yang paling cepat menyebar ini berasal dari Afrika Barat. Ikan ini menyebar cepat lewat saluran air.
Meski sudah berusaha dikendalikan populasinya, ikan mujair ini terus merajalela mengancam lingkungan dan ekonomi. Saat ini ikan itu sudah menyebar hingga ke 17 provinsi di Negeri Gajah Putih. Demikian dilaporkan BBC.
- Indonesia Masih Unggul, Pertumbuhan Ekonomi Negara Tetangga Ini Hanya 3 Persen
- Bukan Negara Muslim, Thailand Jadi Eksportir Terbesar Makanan Halal buat Hewan Peliharaan
- Ternyata, Ini Penyebab Ikan Indonesia Susah Masuk Pasar Uni Eropa
- Pemerintah Minta Jumlah Tangkapan Ikan Dikurangi, Nelayan Bisa Lakukan Cara Ini
Penyelidikan dari anggota parlemen kini tengah dilakukan untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab.
Anggota parlemen dari Bangkok Nattacha Boonchaiinsawat mengatakan, "Kami tidak akan mewariskan ekosistem yang rusak kepada generasi masa depan."
Dia memperkirakan dampak dari menyebarnya ikan mujair ini akan merugikan ekonomi Thailand hingga sedikitnya 10 juta baht atau sekitar Rp 4,5 miliar.
Melepaskan predator
Ikan mujair hitam ini menimbulkan ancaman besar bagi industri akuakultur Thailand karena memangsa spesies berharga seperti udang dan larva siput.
Spesies invasif ini mampu berkembang biak dengan sangat cepat sehingga sulit diberantas.
Dilansir Malay Mail, Ahad (1/9), pemerintah Thailand menerapkan berbagai strategi untuk mengatasi masalah ini, termasuk mendorong partisipasi publik dalam kampanye penangkapan ikan, melepaskan predator, dan bahkan mengembangkan ikan steril yang dimodifikasi secara genetik.
Namun ahli memperingatkan semua upaya itu kemungkinan tidak cukup untuk menghentikan penyebaran ikan mujair.
Salah satu yang jadi masalah adalah asal usul dari ikan mujari itu.
Habitatnya luas
Pemerintah menduga eksperimen dari laboratorium Charoen Pokphand Food (CPF) sebagai penyebab namun pihak perusahaan membantah dan mengancam akan mengambil tindakan hukum.
Di tengah penyelidikan ini, masih belum diketahui bagaimana ikan itu bisa masuk ke saluran air di Thailand.
Apa pun penyebabnya, entah itu dari laboratorium atau diselundupkan ke Thailand, dampak dari ikan ini cukup besar.
Ahli meyakini ikan mujair ini tidak bisa diberantas karena perkembangbiakannya yang sangat cepat dan habitatnya yang luas.
Fokus penanganan kini diarahkan kepada pengelolaan dampak dan mencegah kerusakan ekosistem lebih jauh.
Pihwak berwenang menganjurkan predator alami ikan mujair ini seperti ikan kerapu asia dan ikan lele berkumis panjang untuk mengendalikan populasi mereka.
Namun upaya ini terkendalam reproduksi mujair yang cepat. Ikan betina mujair bisa menghasilkan 500 benih sekaligus.
Untuk mengatasi masalah ini lebih lanjut, pihak berwenang kini tengah mengembangkan ikan mujair yang dimodifikasi secara genetika hingga menghasilkan keturunan mandul. Pemerintah berencana melepaskannya akhir tahun ini untuk mengekang populasi.