Tiga Desa Ini Terkenal karena Ajarkan Anak-Anak Jadi Pencuri, Sampai Ada Sekolahnya Gratis
Tiga desa di negara ini terkenal ldi media sosial karena ajarkan anak-anak jadi pencuri.
Tiga desa terpencil di Madhya Pradesh, India, kini menjadi sorotan karena keberadaan 'sekolah pencuri' di mana anak-anak berusia 12 tahun dilatih untuk mencopet, mencuri, dan merampok oleh para penjahat berpengalaman.
Ketiga desa tersebut, yaitu Kadia, Gulkhedi, dan Hulkhedi, berlokasi sekitar 120 km dari Bhopal, ibu kota negara bagian itu. Menurut laporan, tempat ini berfungsi sebagai pusat pelatihan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, di mana orang tua mereka rela membayar 'biaya pendidikan' antara 200.000 hingga 300.000 rupee (setara dengan USD 2.400 hingga USD 3.600) untuk mengajarkan keterampilan mencopet dan merampas tas di keramaian.
-
Apa yang dilakukan pemerintah India terkait larangan sekolah madrasah? Pemerintah negara bagian juga harus memastikan anak-anak berusia antara 6 hingga 14 tahun tidak dibiarkan masuk tanpa izin ke lembaga-lembaga yang diakui,” tulis Hakim Subhash Vidyarthi dan Vivek Chaudhary dalam perintah mereka, yang dibuat berdasarkan permohonan banding dari pengacara Anshuman Singh Rathore.
-
Apa yang menjadi siksaan bagi tunawisma di India saat musim dingin? Serangan musim dingin yang membuat suhu lebih rendah dari biasanya mengawali tahun 2024 di India. Bagi tunawisma, fenomena ini menjadi sebuah siksaan.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Mengapa sekolah madrasah di Uttar Pradesh dilarang? Pengadilan menyatakan undang-undang tersebut melanggar prinsip sekularisme konstitusional India dan memerintahkan agar siswa dipindahkan ke sekolah konvensional.
-
Di mana Laskar Pelangi bersekolah? Novel Laskar Pelangimenceritakan tentang kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
Mereka bahkan dilaporkan terlibat dalam perampokan, pencurian rekening bank, menghindari penangkapan oleh polisi, dan bersiap menghadapi risiko jika tertangkap, seperti yang dikutip dari Oddity Central pada Minggu (1/9/2024).
Sekolah yang dikenal sebagai sekolah pencuri ini telah melahirkan sejumlah penjahat terkenal dalam sejarah India, sehingga menarik perhatian keluarga-keluarga miskin dan kurang berpendidikan yang tidak mampu memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka.
Setelah melakukan pertemuan dengan pemimpin geng dan membayar biaya yang ditetapkan, orang tua mengirim anak-anak mereka untuk belajar kejahatan selama satu tahun guna memperoleh berbagai keterampilan dan mempersiapkan diri untuk hidup dalam dunia kriminal.
Setelah menyelesaikan pelatihan dan bergabung dengan geng, keluarga siswa akan menerima pembayaran tahunan antara 300.000 hingga 500.000 rupee dari pemimpin geng sebagai imbalan atas kontribusi mereka.
Diduga masyarakat turut memberikan perlindungan
Kejahatan memiliki akar yang dalam di desa-desa terpencil ini, dan meskipun pihak kepolisian menyadari aktivitas yang terjadi, mereka tidak memiliki banyak opsi untuk bertindak. Hal ini disebabkan oleh sikap masyarakat yang selalu melindungi kelompok-kelompok tersebut. Mereka cenderung curiga terhadap orang luar dan akan menghadapi petugas kepolisian jika ada upaya untuk menangkap salah satu dari anggota mereka.
- Kampungnya Digeruduk TNI, Anak-Anak Desa Selamat Deli Serdang Kini Trauma dan Takut Berangkat Sekolah
- Anak Anggota TNI Tulis Pesan ke Polisi Minta Dijemput Sekolah, Kisah Hidupnya Sangat Mengharukan
- VIDEO: Pedas! Anggota DPR Keras Ke Pak Bas: Ganti Makan Siang Gratis, Sentil Potongan Gaji Tapera
- SMK Gratis untuk Anak Yatim Piatu Berdiri Megah di Pasuruan, Muridnya Didorong Jadi Pengusaha
"Saat kami perlu mengunjungi desa-desa ini, kami mengerahkan tim dari beberapa kantor polisi untuk menangkap para pelaku," ungkap Ramkumar Bhagat, Inspektur dari kantor polisi Boda, kepada NDTV. "Para pelaku kejahatan ini sangat terampil dalam pencurian tas, perampokan bank, dan berbagai kejahatan lainnya, sering kali melibatkan anak-anak di bawah usia 17 tahun untuk melaksanakan aksi mereka.
Sebagian besar tindakan pencurian dilakukan oleh anak-anak, sehingga semakin sulit untuk memberantas budaya kriminal yang sudah mengakar ini." Anak-anak yang dilatih di sekolah pencuri di desa-desa tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu, tetapi mereka diajarkan untuk berbaur dengan keluarga kaya agar dapat melancarkan aksi pencurian. Mereka sering kali menyusup ke acara-acara khusus seperti pernikahan, di mana mereka bisa dengan mudah mencopet tamu, mencuri perhiasan, atau bahkan melakukan perampokan besar.