Jelang Pemilu, India Larang Sekolah Madrasah, Siswa Diminta Pindah Sekolah dan Ribuan Guru Terancam Menganggur
Jelang Pemilu, India Larang Sekolah Madrasah, Siswa Diminta Pindah ke Sekolah dan Ribuan Guru Terancam Menganggur
Keputusan yang diambil pekan lalu ini membatalkan undang-undang tahun 2004 yang mengatur sekolah-sekolah agama Islam di Uttar Pradesh.
-
Siapa yang terancam dikeluarkan dari sekolah? Akibatnya, anak laki-laki berusia 12 tahun itu telah beberapa kali dikenai sanksi karena melanggar aturan panjang rambut, dan mungkin akan dikeluarkan dari sekolah.
-
Apa dampaknya jika anak dipaksa sekolah sebelum siap? Saat memaksakan anak untuk belajar dan menitipkan sekolah sebelum cukup umurnya, akan memiliki dampak pada psikologis anak.
-
Kenapa anak sekolah menolak sekolah? Menolak bersekolah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kecemasan, kelelahan, hingga masalah sosial atau emosional seperti bullying.
-
Kenapa Kemenhub merombak kurikulum sekolah kedinasan? Staf Khusus Menteri Perhubungan, Prof Wihana Kirana Jaya mengatakan, kurikulum baru nantinya akan membuat siswa lebih sibuk melakukan kegiatan kemanusiaan. 'Kami tahu kebutuhan milenial dan kelompok Z sekarang sudah tidak boleh seperti pendidikan masa lalu, adik-adik nanti berubah lebih tolong menolong, nilai-nilai itu akan ada di dalam kurikulum, dan sifatnya softskill kebutuhan tentang penyelesaian masalah, komunikasi, dan digitalisasi,' kata Prof Wihana saat mendampingi Menhub mendatangi rumah duka Putu di Bali.
-
Kenapa sekolah di lockdown? Menanggapi situasi ini, pihak sekolah segera mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown selama 14 hari.
-
Bagaimana cara Kemenhub merombak kurikulum sekolah kedinasan? Perombakan di sekolah kedinasan Kemenhub ini nantinya akan dimulai dari perubahan sistem rekrutmen peserta didik. Kemudian berikutnya cara mengajar, seperti menggunakan gaya bahasa kekinian sehingga mahasiswa berubah. 'Dosen, pengelola, dan mahasiswa akan dibuat semakin sibuk untuk tingkatkan sesuatu yang lebih produktif, lebih humanis dan itu masuk kurikulum,' kata Prof Wihana.
Jelang Pemilu, India Larang Sekolah Madrasah, Siswa Diminta Pindah Sekolah dan Ribuan Guru Terancam Menganggur
Pengadilan India mengeluarkan larangan efektif terhadap sekolah-sekolah madrasah agama Islam di Negara Bagian Uttar Pradesh yang merupakan salah satu negara bagian dengan populasi terpadat di India.
Keputusan yang diambil pekan lalu ini membatalkan undang-undang tahun 2004 yang mengatur sekolah-sekolah agama Islam di Uttar Pradesh.
Pengadilan menyatakan undang-undang tersebut melanggar prinsip sekularisme konstitusional India dan memerintahkan agar siswa dipindahkan ke sekolah konvensional.
Dilansir laman TRT World, keputusan Pengadilan Tinggi Allahabad ini berdampak pada sekitar 2,7 juta siswa dan 10.000 guru di 25.000 sekolah madrasah.
Hal ini disampaikan oleh Iftikhar Ahmed Javed, ketua dewan pendidikan agama tradisional di Uttar Pradesh, di mana sekitar seperlima dari total penduduk 240 juta adalah muslim.
“Pemerintah negara bagian juga harus memastikan anak-anak berusia antara 6 hingga 14 tahun tidak dibiarkan masuk tanpa izin ke lembaga-lembaga yang diakui,” tulis Hakim Subhash Vidyarthi dan Vivek Chaudhary dalam perintah mereka, yang dibuat berdasarkan permohonan banding dari pengacara Anshuman Singh Rathore.
Rathore sendiri tidak dapat dihubungi untuk memberikan tanggapan apakah ia terkait dengan kelompok politik tertentu.
Praktik diskriminatif ini dianggap mendorong terjadinya kontroversi di tengah persiapan pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung antara April dan Juni.
Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin oleh Modi diprediksi akan memenangkan pemilu.
Sejumlah kelompok muslim dan hak asasi manusia menuding beberapa anggota BJP dan afiliasinya dalam mempromosikan ujaran kebencian anti-muslim serta melakukan tindakan diskriminatif dan penghancuran properti warga muslim. Namun, Modi sendiri telah membantah adanya diskriminasi agama di India.
Rakesh Tripathi, juru bicara BJP Uttar Pradesh, menegaskan partainya tidak menentang sekolah agama Islam dan juga memperhatikan pendidikan bagi siswa muslim. Menurutnya, pemerintah negara bagian akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut setelah meninjau perintah pengadilan terkait hal ini.
“Kami tidak menentang madrasah manapun, namun kami menentang praktik diskriminatif. Kami menentang pendanaan ilegal, dan pemerintah akan memutuskan tindakan lebih lanjut setelah melalui perintah pengadilan.”
Kantor Perdana Menteri Modi belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait keputusan pengadilan ini.
Dalam upaya untuk menyeimbangkan situasi, pejabat sekolah agama Javed, yang juga sekretaris nasional sayap minoritas BJP, mengungkapkan bahwa sebagai seorang muslim, dia sering merasa terjebak di antara prioritas partainya dan anggota komunitasnya.
Sebelumnya, pemerintah Uttar Pradesh telah menghentikan program pendanaan untuk sekolah-sekolah agama Islam pada bulan Januari, menyebabkan 21.000 guru kehilangan pekerjaan.
Perintah pengadilan hari Jumat ini berlaku untuk semua sekolah agama Islam di negara bagian tersebut, baik yang didanai swasta maupun pemerintah.
Meskipun tidak ada batas waktu yang ditetapkan oleh pengadilan terkait pelaksanaan perintah ini, Javed memprediksi sekolah-sekolah madrasah Islam kemungkinan besar tidak akan ditutup dengan segera.