Wabah Mpox Melanda Afrika, Penyakit Menular Mematikan Ini Sudah Merenggut 1.456 Jiwa, Catat Gejalanya
Penyakit ini sebelumnya disebut monkeypox dan hingga kini sudah ada 38.465 kasus di benua Afrika.
Badan pengawas kesehatan Serikat Afrika menyatakan kondisi kesehatan masyarakat dalam keadaan darurat menyusul wabah mpox di benua itu.
Mpox, penyakit menular yang sebelumnya disebut monkeypox dinyatakan tengah mengancam kondisi kesehatan masyrakat di Afrika.
- Cegah Mpox Mewabah, Parlemen Indonesia-Afrika Minta Pemerintah Lakukan Langkah Kongkret
- Pembesaran Kelenjar Getah Bening Jadi Ciri Khas Bedakan Mpox dengan Penyakit Lainnya
- Waspada Cacar Monyet, Jokowi Minta Upaya Preventif Bagi Delegasi Afrika dalam Acara IAF di Bali
- Darurat Virus Monkeypox di Indonesia, Kemenkes Siapkan 4.450 Dosis Vaksin pada 2024
"Saya nyatakan dengan berat hati namun dengan komitmen yang teguh kepada rakyat kami, kepada warga negara Afrika kami, kami nyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang mengancam keamanan benua ini,” kata Jean Kaseya, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC), dalam jumpa pers daring kemarin, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (14/8).
Sejak awal tahun ini sudah ada lebih dari 13.700 kasus dan 450 kematian yang tercatat di Republik Demokratik Kongo.
Gejala mirip flu
Virus ini, yang dapat menyebabkan lesi di seluruh tubuh, telah menyebar ke negara-negara Afrika lainnya, termasuk Burundi, Republik Afrika Tengah (CAR), Kenya, dan Rwanda.
"Mpox kini sudah melintasi batas negara, menjangkiti ribuan orang di benua kita, keluarga kacau balau dan penderitaan sudah melanda setiap sudut benua kita," kata dia.
Menurut CDC Afrika, hingga 4 Agustus sudah ada 38.465 kasus mpox dan 1.456 kematian di Afrika sejak Januari 2022.
"Pengumuman ini bukan sekadar formalitas, melainkan seruan untuk bertindak. Ini adalah pengakuan bahwa kita tidak bisa lagi bersikap reaktif. Kita harus proaktif dan agresif untuk menahan dan menghilangkan ancaman ini,” kata Kaseya.
Mpox ditularkan melalui kontak dekat dan menyebabkan ruam, gejala mirip flu, dan lesi berisi nanah. Sebagian besar kasus bersifat ringan tetapi dapat mematikan. Penyakit ini dapat berbahaya bagi anak-anak, wanita hamil, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pertama kali 1970
Wabah ini telah melanda beberapa negara Afrika, khususnya Republik Demokratik Kongo (DRC), tempat virus ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970.
Wabah ini, yang kemudian menyebar ke negara-negara tetangga, dimulai dengan penyebaran strain endemik, yang dikenal sebagai klade 1. Namun, varian baru, yang dikenal sebagai klade 1b, tampaknya menyebar lebih mudah melalui kontak dekat yang rutin.
CDC Afrika pekan lalu memperingatkan tingkat penyebaran infeksi virus ini mengkhawatirkan.
Dikatakan lebih dari 15.000 kasus mpox dan 461 kematian dilaporkan di benua itu tahun in,i yang merupakan peningkatan 160 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Versi virus yang lebih ringan menyebar ke lebih dari 100 negara pada 2022, sebagian besar melalui hubungan seksual, yang mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tingkat kewaspadaan tertinggi.
WHO mengakhiri keadaan darurat tersebut 10 bulan kemudian, dengan mengatakan krisis kesehatan telah terkendali.
Kemarin WHO mengatakan komite darurat akan membahas penyebaran klade atau varian baru Rabu saat mereka membahas apakah Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) harus diumumkan.