Dari Papua Hingga Afrika, Mengapa Banyak Negara di Dunia Bernama Guinea?
Laga antara Timnas Indonesia U-23 melawan Timnas Guinea U-23 membuat banyak orang di Indonesia kini mengenali nama salah satu negara di Afrika ini.
Laga playoff Olimpiade 2024 antara Timnas Indonesia U-23 melawan Timnas Guinea U-23 membuat banyak orang di Indonesia kini mengenali nama salah satu negara di Afrika ini.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Papua Nugini? Hasil penelitian menunjukkan, tengkorak manusia yang ditemukan di pantai utara Papua Nugini pada 1929 diperkirakan merupakan korban tsunami tertua di dunia.
-
Kapan Timnas U-23 Indonesia bertanding melawan Guinea? Timnas Indonesia akan bertanding melawan Guinea di Clairefontaine, pada Kamis (9/5) malam setempat.
-
Dimana cacing Guinea biasanya ditemukan? Selain itu, cacing Guinea hidup di krustasea siklopoid, yang sering ditemukan di sumur minum.
-
Kapan Hari Afro Sedunia diperingati? Tepat pada hari ini, menarik untuk dibahas lebih jauh sejarah Hari Afro Sedunia dan berbagai fakta menarik dari rambut afro.
-
Apa yang ditemukan oleh petani di Afrika Selatan? Seorang petani di Northern Cape, Afrika Selatan bernama Gideon Lombaard menemukan dua pecahan meteorit pertama dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
-
Di mana suku Afri yang memberi nama benua Afrika tinggal? Suku Afri tinggal di gua-gua di dekat kota Carthage (juga disebut Karthago), di wilayah Tunisia hari ini.
Dari Papua Hingga Afrika, Mengapa Banyak Negara di Dunia Bernama Guinea?
Ketika kita mencari nama Guinea di internet, bisa jadi kita akan menemukan bahwa ternyata terdapat empat negara dengan nama tersebut. Bahkan negara tetangga kita yaitu Papua Nugini juga menyandang nama Guinea.
Bahkan terdapat istilah Guinea Pig yang mengacu kepada marmut. Istilah guinea pig pada Bahasa Indonesia bisa disetarakan dengan kelinci percobaan sebagai hewan sarana uji coba.
Terdapat Guinea, Papua Nugini atau Papua New Guinea, Guinea-Bissau, serta Equatorial Guinea sebagai negara-negara penyandang nama ini. Menariknya, berbeda dari tiga negara lain yang berada di Afrika Barat, Papua Nugini terdapat di wilayah Pasifik yang sangat jauh.
- Siap Tampil Lawan Guinea, Ini Momen Latihan Perdana Alfeandra Dewangga Bersama Timnas Indonesia U-23
- Tanggapan Jokowi, Timnas U23 Bakal Lawan Tim Kuat Guinea
- Dianggap Lebih Kuat dari Irak, Ini Keunggulan Guinea yang Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia U-23
- Menakar Kekuatan Guinea, Calon Lawan Timnas Indonesia U-23 di Play-Off Olimpiade Paris 2024
Keempat negara Guinea memiliki nama yang sama, namun memiliki sejarah penjajahan yang berbeda-beda. Guinea dan Guinea-Bissau dijajah oleh Portugis dan Prancis, Guinea Khatulistiwa dijajah oleh Portugis dan Spanyol, sedangkan Papua Nugini dijajah oleh Jerman, Inggris, dan Australia.
Lalu mengapa semuanya memiliki nama Guinea?
Dilansir dari World Atlas, akar kata "Guinea" dapat dilacak kembali ke bahasa Portugis Kuno, yaitu "Guine." Kata ini merujuk pada wilayah di Afrika Barat yang menjadi pusat perdagangan budak trans-Atlantik antara abad ke-15 hingga ke-19.
Orang Eropa menyebut penduduk wilayah ini sebagai "Guineus," yang kemudian berevolusi menjadi nama "Guinea" untuk merujuk pada wilayah geografis yang luas di Afrika Barat. Teori lain menyebut bahwa istilah Guinea berasal dari Djenné, sebuah kota di Mali modern yang sangat penting dalam perdagangan lintas Sahara dari abad ke-15 hingga ke-17. Periode dominasi Djenné menampilkan penggunaan istilah "Genawah" yang merupakan kata Arabisasi untuk "Ghinawen", yang berarti "orang kulit hitam".
Di Masa Lalu Lebih Banyak Wilayah Bernama Guinea
Pada masa lalu, banyak penjajah Eropa yang tiba di wilayah Guinea di Afrika Barat memberikan nama seperti "German Guinea", "Spanish Guinea", "French Guinea", atau "Portuguese Guinea". Beberapa negara mempertahankan bagian-bagian dari nama-nama ini setelah merdeka.
French Guinea menjadi Guinea, Spanish Guinea menjadi Equator Guinea, dan Portuguese Guinea menjadi Guinea-Bissau. Namun, German Guinea sepenuhnya menghilangkan Guinea dari namanya untuk menjadi Kamerun dan Togo.
Meskipun memiliki nama yang sama, keempat negara Guinea memiliki sejarah, budaya, dan bahasa yang unik dan beragam. Penggunaan nama "Guinea" mencerminkan kompleksitas interaksi antar budaya dan pengaruh kolonialisme Eropa di masa lampau.
Di Guinea dan Guinea-Bissau, mayoritas penduduknya adalah suku Mandé dan Fulani, dengan bahasa utama seperti Malinke, Fula, dan Susu. Equator Guinea memiliki populasi yang lebih beragam, dengan kelompok etnis utama seperti Fang, Bubi, dan Ndowe, dan bahasa resmi Spanyol dan Prancis. Di Papua Nugini, terdapat lebih dari 800 bahasa asli yang diucapkan oleh berbagai suku, dengan bahasa Inggris dan Tok Pisin sebagai bahasa resmi.
Pada abad ke-16, penjelajah Spanyol menggunakan istilah "Nueva Guinea" untuk merujuk pada pulau di Pasifik yang sekarang dikenal sebagai Papua Nugini. Hal ini didasari pada kemiripan geografis dan etnis dengan wilayah Guinea di Afrika.
Kondisi kemiripan ini yang menyebabkan Papua Nugini tetap menyandang nama Guinea walau berada jauh dari Afrika. Hal ini membuat saat ini terdapat empat negara Guinea dengan latar belakang yang berbeda walau dengan satu penyebab yang sama yaitu kolonialisme Eropa.