Dianggap Produktif yang Berlebihan, Begini 4 Cara Jitu untuk Atasi Hustle Culture
Tren bekerja tanpa henti sering dianggap prestasi luar biasa.
Dianggap Produktif yang Berlebihan, Begini 4 Cara Jitu untuk Atasi Hustle Culture
Di era modern yang penuh tekanan, tren bekerja tanpa henti sering dianggap prestasi luar biasa.
Orang-orang yang selalu sibuk sering dihargai dan dianggap Berdedikasi terhadap pekerjaan.
-
Mengapa orang menjadi workaholic? Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi workaholic, seperti dorongan kuat akan kesuksesan dan pengakuan, rasa takut akan kegagalan, tekanan dari luar atau harapan orang lain, kebutuhan akan kontrol, dorongan untuk mencapai kesempurnaan, dan penggunaan pekerjaan sebagai pelarian dari stres atau masalah pribadi.
-
Apa yang dimaksud dengan kata kerja aktif? Kata Kerja Aktif adalah kata kerja yang menunjukkan bahwa subyek dalam kalimat melakukan aksi atau menjadi pelaku dari suatu perbuatan.
-
Bagaimana haji plus bekerja? Haji plus diorganisir oleh penyelenggara haji khusus yang memanfaatkan alokasi visa dari kuota haji yang ditentukan oleh pemerintah. Aturan ini diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2019, yang menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan haji plus.
-
Kenapa kebiasaan menunda pekerjaan menjadi masalah? Kebiasaan menunda-nunda ini jika dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan dampak buruk, seperti tertinggal dalam karir, kehilangan waktu secara sia-sia, dan target pekerjaan yang tidak tercapai.
-
Apa saja kata-kata motivasi tentang mencintai pekerjaan? “Jika kamu peduli dengan apa yang kamu lakukan dan bekerja keras untuk itu, tidak ada yang tidak dapat kamu lakukan jika kamu mau.” - Jim Henson
-
Apa yang dimaksud dengan motivasi kerja? Mengutip Oxford Research Encyclopedias, motivasi kerja mengacu pada arah, intensitas, dan ketekunan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan. Konsep tujuan sangat penting untuk memahami motivasi karena tujuan mewakili keadaan akhir yang diinginkan ke arah mana upaya dan ketekunan yang termotivasi diarahkan.
Bisa Burnout
Ironisnya hustle culture akan memberikan dampak negatif jika dilakukan secara terus menerus.
Salah satunya adalah bisa mengakibatkan burnout dan kehilangan keseimbangan dalam kehidupan.
Terjebak dalam siklus kerja yang tak berkesudahan bisa merugikan kesehatan fisik dan mental seseorang.
Apalagi jika sudah di tahap mengorbankan aspek-aspek penting dalam hidup.
1. Stop Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Mengatasi hustle culture bisa dimulai dengan menghentikan kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain.
Perlu diingat bahwa setiap individu memiliki ritme, tujuan, dan perjalanan hidupnya sendiri.
Sedangkan membandingkan diri dengan kesuksesan atau produktivitas orang lain hanya menimbulkan tekanan yang tidak perlu.
Hal tersebut sekaligus mengaburkan pemahaman tentang nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam kehidupan.
2. Harus Memiliki Time Management yang Baik
Manajemen waktu yang baik menjadi salah satu kunci utama untuk mengatasi hustle culture.
Hal ini melibatkan kemampuan untuk menetapkan prioritas, membuat jadwal yang realistis, dan belajar untuk mengatakan tidak pada pekerjaan yang kurang sesuai.
Dengan begitu, seseorang dapat menghindari tekanan berlebihan dan mengalokasikan waktu yang dimilikinya dengan bijak.
3. Jangan Merasa Bersalah untuk Beristirahat
Mereka yang sudah terlelap di hustle culture seringkali merasa bersalah jika menghabiskan waktu untuk bersantai atau istirahat.
Jadi Bagian Penting
Istirahat jadi salah satu bagian penting dari produktivitas jangka panjang. Hal ini tetap harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan hidup, meningkatkan kreativitas, serta mengurangi risiko burnout.
4. Mengetahui Batasan Diri
Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengatakan tidak pada tugas yang melebihi kapasitas. Sehingga dapat menghindari penumpukan pekerjaan yang berlebihan dan tidak sesuai.
Mengatasi hustle culture bukan hanya tentang menghindari kesibukan tanpa henti.
Akan tetapi tentang merangkul kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.
Upaya-upaya tersebut dapat membuktikan bahwa keberhasilan tidak hanya diukur dari kesibukannya.
Melainkan sejauh mana seseorang menjalani hidup dengan makna dan kebahagiaan.