Survei: Banyak Gen Z Tidak Siap Ritme Kerja Formal
Sejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.
Di tengah transformasi dunia kerja, banyak perusahaan yang melakukan pemangkasan terhadap pekerja muda, dan generasi Z menjadi salah satu kelompok yang paling merasakan dampaknya.
Fenomena ini telah menciptakan perdebatan yang hangat tentang bagaimana perusahaan menangani pekerja muda dan pengaruh terhadap budaya kerja yang lebih luas.
Gen Z terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka kini mulai memasuki dunia kerja dan menjadi bagian penting dari angkatan kerja global.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih cenderung mengutamakan keseimbangan antara kerja dan hidup, fleksibilitas, dan kepuasan dalam pekerjaan.
Namun, di tengah tantangan ekonomi pasca pandemi, banyak perusahaan mengadopsi strategi pemangkasan pekerja sehingga mengakibatkan pemecatan massal yang mempengaruhi kelompok ini.
Alasan Perusahaan Pecat Karyawan Gen Z
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Gallup pada tahun 2023, sekitar 23 persen karyawan atau pekerja Gen Z melaporkan bahwa mereka merasa tidak aman di tempat kerja dan cemas tentang masa depan karir mereka.
Angka ini menunjukkan bahwa ketidakpastian yang dihadapi oleh Gen Z tidak hanya disebabkan oleh pemecatan, tetapi juga oleh tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi.
Melansir euronews, Rabu (23/10), beberapa alasan perusahaan memecat Gen Z ialah kurangnya motivasi karyawan, kurang profesional dan kemampuan komunikasi yang buruk.
Di samping itu, berdasarkan laporan terbaru dari platform konsultasi pendidikan dan karier, Intelligent, sekitar enam dari sepuluh perusahaan yang disurvei melaporkan telah memecat lulusan universitas yang baru mereka rekrut tahun ini
Berdasarkan data yang diperoleh, berikut 10 alasan mengapa perusahaan memecat karyawan Gen Z:
1. Kurangnya motivasi atau inisiatif - 50 persen
2. Kurangnya profesionalisme - 46 persen
3. Keterampilan berorganisasi yang buruk - 42 persen
4. Keterampilan komunikasi yang buruk - 39 persen
5. Kesulitan menerima feedback - 38 persen
6. Kurangnya pengalaman kerja yang relevan - 38 persen
7. Keterampilan pemecahan masalah yang buruk - 34 persen
8. Keterampilan teknis yang tidak memadai - 31 persen
9. Ketidakcocokan budaya - 31 persen
10. Kesulitan bekerja dalam tim - 30 persen
Terlalu Bergantung Pada Orang Tua
Menurut Kepala Penasihat Pendidikan dan Pengembangan Karier Intelligent, Huy Nguyen, masih banyak lulusan yang tidak siap bahkan enggan menghadapi tuntutan kerja, lingkungan, maupun budaya di tempat kerja.
"Banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena hal itu bisa sangat berbeda dari apa yang biasa mereka alami selama belajar," kata Nguyen.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa sejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja, seringkali terlambat, serta kurang memperhatikan penampilan dan cara berbicara yang pantas.
Sementara itu, dalam laporan terpisah yang dikeluarkan oleh Resume Templates tertera bahwa dari 1.500 pencari kerja muda terdapat 70 persen Gen Z cenderung terlalu bergantung pada dukungan orang tua saat mencari pekerjaan.
Ironisnya, 25 persen sisanya bahkan mengajak orang tua mereka saat wawancara, serta meminta orang tua untuk menulis dan mengirimkan lamaran kerja atas nama mereka.
Reporter Magang: Thalita Dewanty