Anak Muda di Korea Makin Banyak yang Memilih Resign dari Pekerjaan, Ternyata Ini Penyebabnya
Tren ini mengancam akan merusak pasokan tenaga kerja di masa depan.
Anak muda di Korea Selatan semakin masif keluar dari pekerjaan mereka. Alasan utamanya, ekspektasi perusahaan tidak setimpal dengan gaji yang diterima karyawan.
Bank of Korea yang dilansir dari The Korea Times merilis laporan yang menunjukkan banyak anak muda Korea Selatan, yang tidak aktif secara ekonomi yang berhenti dari pasar tenaga kerja.
"Sementara indikator ketenagakerjaan utama terus menunjukkan kinerja yang kuat, peningkatan nyata dalam jumlah individu yang diklasifikasikan sebagai orang yang mengambil jeda dalam populasi yang tidak aktif secara ekonomi tahun ini sangat mencolok," demikian laporan Bank of Korea.
Bank of Korea juga merilis data statistik, populasi usia kerja inti yaitu 35-59 tahun, malah mendominasi bursa kerja. Sementara karyawan dengan kategori anak muda terus mengalami penurunan meski trennya tidak terlalu agresif.
Data dari Statistik Korea menunjukkan bahwa jumlah warga Korea berusia antara 25 dan 34 tahun dalam kategori ini terus meningkat, mencapai 422.000 jiwa pada kuartal ketiga tahun 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 25,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah Karyawan Muda Terus Turun
Laporan ini juga menyoroti penurunan signifikan dalam kualitas pekerjaan bagi para individu yang lebih muda dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi.
"Kaum muda biasanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada kelompok usia kerja inti dan lebih cenderung membuat pilihan pekerjaan sukarela, yang mencerminkan standar yang lebih tinggi dalam pemilihan pekerjaan," kata laporan itu.
Akibatnya, ketidaksesuaian antara terbatasnya ketersediaan pekerjaan berkualitas tinggi dan tingginya ekspektasi ini telah mendorong banyak orang muda untuk secara sukarela menarik diri dari pasar tenaga kerja, ditambah dengan preferensi perusahaan untuk mempekerjakan kandidat yang berpengalaman.
Di sisi lain, kualitas ketenagakerjaan penduduk usia kerja inti telah membaik dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi.
"Meningkatnya jumlah anak muda yang mengambil cuti mengancam akan merusak pasokan tenaga kerja di masa depan, yang menggarisbawahi perlunya langkah-langkah kebijakan yang terarah untuk mengintegrasikan kembali mereka ke dalam pasar tenaga kerja," demikian pernyataan laporan tersebut.