Ragam Tradisi Unik Menyambut Maulid Nabi di Indonesia, dari Sekaten hingga Walima yang Sarat Makna
Berbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah hari yang sangat penting bagi umat Islam, yang diperingati setiap tahun pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Tahun ini, perayaan Maulid Nabi jatuh pada tanggal 15 September 2024. Di Indonesia, Maulid Nabi adalah hari libur nasional dan menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan berbagai tradisi dan kegiatan yang kaya akan makna. Berikut ini adalah tujuh tradisi khas umat Islam di Indonesia dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sekaten
Sekaten adalah tradisi perayaan Maulid Nabi tahunan yang dilaksanakan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 12 Mulud dalam penanggalan Jawa, yang sesuai dengan bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Sekaten berasal dari bahasa Arab "Syahadatin" yang berarti dua kalimat syahadat.
- Cara Unik Warga Lombok Peringati Maulid Nabi, Kompak Menumbuk Padi Diiringi Musik Gamelan
- Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
- 6 Tradisi Unik Sambut Tahun Baru Islam di Indonesia, Penguatan Budaya dan Kerukunan Masyarakat
- 6 Tradisi Unik Iduladha di Indonesia, Mulai dari Manten Sapi hingga Ngejot
Tradisi ini berakar dari upaya penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak. Pada masa itu, Sunan Kalijaga menggunakan gamelan dan lagu ciptaannya untuk menarik perhatian masyarakat Hindu dan Buddha, sehingga mereka tertarik untuk memeluk Islam. Sekaten kini menjadi perayaan besar yang melibatkan berbagai acara, termasuk pagelaran seni, pameran, dan pasar rakyat.
Baayun Maulid
Di Kalimantan Selatan, masyarakat Banjar memiliki tradisi Baayun Maulid yang melibatkan aktivitas mengayun bayi sebagai bagian dari perayaan Maulid Nabi. Baayun berarti mengayun atau membuai bayi, sementara Maulid merujuk pada kelahiran Nabi.
Dalam tradisi ini, bayi ditempatkan di ayunan yang terbuat dari tiga lapis kain dan dihias dengan janur. Orang tua menyiapkan berbagai bahan seperti beras, gula, nyiur, dan binggul (uang receh) untuk melengkapi tradisi ini. Selama proses pengayunan, diiringi dengan pembacaan syair, ceramah, dan doa, sebagai bentuk doa dan harapan untuk kesehatan dan keselamatan bayi.
Walima
Walima adalah tradisi perayaan Maulid Nabi yang telah ada sejak kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di Gorontalo pada sekitar abad ke-17. Tradisi ini dimulai dengan lantunan dikili atau zikir di masjid, di mana seluruh masjid di Gorontalo diramaikan dengan zikir bersama. Di rumah-rumah, masyarakat menyiapkan berbagai makanan tradisional khas Gorontalo seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi.
Makanan-makanan yang disajikan biasanya disusun di Tolangga, sebuah usungan kayu berbentuk seperti perahu atau menara, dan dibawa ke masjid untuk dibagikan kepada jamaah sebagai simbol berbagi kebahagiaan dalam perayaan Maulid Nabi. Seiring perkembangannya zaman, makanan yang ditaruh dalam tolangga juga kini beraneka ragam seperti kopi sachet. Tolangga akan diarak ke masjid di mana tradisi dikili digelar kemudian dibagi ke masyarakat.
Nyiram Gong
Di Kota Cirebon, Jawa Barat, tradisi Nyiram Gong menjadi ritual penting dalam perayaan Maulid Nabi. Tradisi ini dilakukan oleh Keraton Kanoman dan melibatkan pembersihan gamelan sekaten, yang merupakan alat musik pusaka. Ritual ini melibatkan pembacaan doa dan shalawat sebelum gamelan dibersihkan menggunakan air kembang dari sumur Langgar Alit, air kelapa hijau yang telah difermentasi, serta batu bata merah yang dihaluskan. Pembersihan ini dimaksudkan untuk menjaga keaslian dan kualitas suara gamelan serta sebagai simbol membersihkan diri dalam rangka menyambut Maulid Nabi.
Endog-Endongan
Tradisi Endog-endogan di Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan bentuk perayaan Maulid Nabi yang melibatkan penggunaan telur sebagai simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW. Telur dihias dengan bunga kertas dan ditempatkan pada pohon pisang yang juga dihias. Telur-telur hias ini kemudian diarak keliling kampung menggunakan becak dan sebagian diletakkan di masjid. Selama arak-arakan, syair pujian untuk Nabi Muhammad SAW dibacakan. Tradisi ini menggambarkan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat Banyuwangi dalam merayakan Maulid Nabi.
Kuah Beulangong
Tradisi memasak kuah beulangong di meunasah dan masjid dilakukan setiap kali perayaan hari besar Islam, seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Menurut situs web Provinsi Aceh, istilah beulangong berasal dari kata "belanga," yang berarti kuali besar. Dalam tradisi ini, warga akan memasak daging sapi, kerbau, atau kaning dalam kuali besar, dicampur dengan nangka dan bumbu tradisional. Kuali besar diperlukan karena jumlah porsi yang dimasak cukup banyak dan akan dibagikan kepada banyak orang.
Festival Maulid Nabi
Di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, perayaan Maulid Nabi sering kali disertai dengan pameran dan festival. Acara ini bisa berupa bazar yang menjual produk-produk terkait dengan Maulid, seperti buku-buku keagamaan, makanan khas, dan berbagai cenderamata. Festival ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah dan makna Maulid Nabi serta mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Secara keseluruhan, perayaan Maulid Nabi di Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dan tradisi yang ada di negeri ini. Setiap daerah memiliki cara uniknya sendiri untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang menunjukkan betapa mendalamnya pengaruh ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Semoga dengan perayaan ini, seluruh umat Islam dapat terus memperkuat iman dan mempererat hubungan dalam komunitas mereka.