Tak selamanya berpikir positif itu baik, ini efek negatifnya
Pikiran dan khayalan positif yang dimiliki seseorang ternyata dapat memicu depresi di masa depan.
Berpikir positif merupakan hal yang sangat ditekankan pada seseorang agar dia memperoleh hasil yang maksimal dan selalu gembira dalam hari-hari yang dijalaninya. Namun sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa berpikir dan berfantasi positif ternyata dapat berakibat terhadap munculnya perasaan depresi di kemudian hari.
Dilansir dari Huffington Post, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gabrielle Oettingen dari New York University diketahui bahwa berpikir dan berfantasi positif merupakan sebuah tanda-tanda munculnya depresi di masa mendatang. Tetapi tentu saja tidak serta merta dinyatakan bahwa tindakan berpikir positif ini benar-benar buruk.
-
Apa pengertian psikotes? Psikotes adalah alat evaluasi yang digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, atau profesional psikologi untuk mengukur berbagai aspek psikologis individu, seperti kemampuan kognitif, kepribadian, minat, dan sikap.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu psikologi manusia? Psikologi manusia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental individu.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Mengapa psikologi manusia berusaha untuk memahami kompleksitas pikiran dan perilaku manusia? Dalam kajian ini, para ahli psikologi berupaya menjelaskan bagaimana pengaruh internal dan eksternal dapat membentuk kepribadian, mengapa seseorang bereaksi terhadap situasi tertentu, dan bagaimana perkembangan manusia terjadi sepanjang rentang kehidupannya.
-
Kapan penelitian PsyBot dimulai? Annisa mengatakan, penelitian itu dimulai dengan studi pendahuluan yang mencakup wawancara dengan lima psikolog dari UGM serta tinjauan literatur yang komprehensif.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
Oettingen menyatakan bahwa ketika seseorang berpikir dan berfantasi mengenai sebuah hal positif dia juga menyertakan mengenai berbagai halangan atau masalah yang mungkin dihadapinya ketika hendak mencapai hal tersebut. Sebagai contoh ketika berpikir untuk memperbaiki hubungan dengan anggota keluarga, sebaiknya pikirkan juga langkah-langkah serta cara untuk membuat hal tersebut menjadi kenyataan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Oettingen ini dilakukan empat percobaan dengan menggunakan partisipan baik orang dewasa maupun anak-anak. Pada percobaan-percobaan tersebut diketahui bahwa seseorang dengan khayalan yang positif cenderung mendapat nilai lebih rendah ketika diminta mengisi survei mengenai tanda-tanda depresi. Namun ketika dilakukan survei yang sama satu bulan kemudian, orang-orang dengan khayalan positif cenderung memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi.
Penelitian tersebut memang tidak membuktikan bahwa khayalan positif mampu menyebabkan depresi di masa datang. Namun tetap menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab risiko yang muncul dan dapat menyebabkan depresi pada seseorang. Demi mencegah munculnya hal seperti itu sebaiknya pikirkan juga langkah-langkah dan upaya yang perlu dilakukan untuk membuat khayalan tersebut jadi kenyataan.
Baca juga:
Kunci kepedulian pada remaja terletak pada teman sekitar
Ternyata peran jahat dalam cerita dapat membantu diri kita
Lahir dari keluarga berada ternyata buat orang manja
Cuma dari muka, cowok bisa deteksi cewek tukang selingkuh
Cowok gampang merasa terintimidasi oleh cewek pintar, benarkah?