Dulu Jualan Air Minum di Stasiun, Tak Disangka Akhirnya Jadi Jenderal TNI
Dengan baju kumal dari bahan blacu yang panas, dia melompat dari satu gerbong satu ke gerbong lainnya.
Kisah hidup Jenderal Try Sutrisno seperti dalam cerita. Siapa sangka anak kecil yang dulu menenteng kendi berjualan air minum di stasiun, di kemudian hari menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Bahkan menjabat wakil Presiden.
Masa kecil Try dilaluinya di Surabaya. Tahun 1945 terjadi perang mempertahankan kemerdekaan, sehingga keluarganya mengungsi ke Mojokerto.
-
Kapan Try Sutrisno menjadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto.
-
Apa posisi penting yang pernah dipegang Try Sutrisno dalam TNI? Try kemudian menjadi wakil presiden mendampingi Presiden Soeharto dari tahun 1993 hingga 1998.Karir yang sangat mengesankan bagi seorang perwira militer. Dari Letnan Dua, bisa menjadi RI-2.
-
Mengapa Try Sutrisno terpilih menjadi Wakil Presiden? MPR memilih Try menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto, presiden terpilih saat itu.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Bagaimana karier Try Sutrisno berkembang setelah menjadi ajudan Presiden Soeharto? Lepas Dari Ajudan, Karir Try Sutrisno Melesat Bak Meteor Try langsung diangkat menjadi Kasdam XV/Udayana. Setelah 'lulus' di Bali, dia diangkat menjadi Pangdam IV Sriwijaya di Palembang. Lalu dipindah ke DKI Jakarta menduduki posisi Pangdam V/Jaya. Karir Try kembali menanjak dengan menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat. Try kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Darat ke-15 pada tahun 1986 menggantikan Jenderal Rudini.
Di kota ini, Try yang baru berusia 11 tahun ikut membantu perekonomian keluarganya yang sedang sulit. Tanpa rasa malu, dia menenteng kendi berisi air. Dengan sabar dia menjajakan air minum di Stasiun Mojokerto.
Dengan baju kumal dari bahan blacu yang panas, Try melompat dari satu gerbong satu ke gerbong lainnya.
"Setiap sore dihitungnya uang yang didapat. Koin demi koin. Sebagian diberikan pada ibunya, sebagian dipegangnya sendiri."
Demikian ditulis dalam buku Jenderal Try Sutrisno, Sosok Arek Suroboyo yang diterbitkan Disjarah tahun 2019.
Setelah menjajakan air minum, Try mulai mencoba berjualan koran. Dia kemudian mengumpulkan uang untuk berjualan rokok secara asongan. Semua dilakukan dengan senang hati.
Berkenalan dengan Dunia Militer
Sekitar tahun 1948, saat beranjak remaja, Try menjadi pesuruh di markas militer TNI di Purwoasri, Kediri. Sebutannya tobang, tugasnya bantu-bantu di barak.
Aneka pekerjaan dilakukan Try. Mulai dari mencuci piring, mengangkut barang, mengelap senjata hingga menyemir sepatu bapak-bapak TNI.
Saat agresi militer Belanda II tahun yang sama Try, bertugas sebagai intel. Dia menyusup dan menyampaikan pesan untuk TNI yang masih bertahan di Kota Surabaya. Try muda juga bertugas mengantarkan obat-obatan dan memantau kekuatan Belanda.
Risiko menjadi intel TNI sangat besar. Jika ketahuan Belanda, tak jarang pelakunya langsung ditembak mati. Namun terdorong jiwa petualangannya, Try melakukan tugas itu dengan semangat.
Dari Ajudan Presiden Menjadi Wakil Presiden
Masa remaja yang akrab dengan kehidupan militer itu yang mendorong Try mendaftar menjadi taruna. Dia rela meninggalkan kampus untuk menjadi seorang perwira TNI.
Try mendaftar ke Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) di Bandung. Dia sempat dinyatakan gagal. Namun Komandan Atekad Brigjen TNI Djatikusumo memanggilnya kembali untuk bergabung.
Try lulus Atekad tahun 1959 dengan pangkat letnan dua korps zeni. Dia memulai karirnya sebagai komandan peleton, kompi, hingga batalyon. Try dipilih menjadi ajudan Presiden Soeharto tahun 1974.
Karirnya melesat setelah itu. Dia menjadi Kasdam Udayana, Pangdam Sriwijaya, lalu Panglima Kodam V/Jaya di Jakarta. Try diangkat menjadi Wakasad, lalu menjadi jenderal bintang empat dan memimpin TNI AD sebagai kepala staf angkatan darat.
Tak lama, Try dipromosikan menjadi Panglima ABRI menggantikan Jenderal Benny Moerdani. Tahun 1993, bocah kecil penjaja air minum di stasiun itu terpilih menjadi wakil presiden RI.