Gerbong Kereta Maut Bondowoso-Surabaya
Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya.
Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya dengan tiga gerbong kereta api tertutup rapat.
Pemindahan dilakukan tanpa memperhatikan keselamatan para tawanan, menyebabkan 46 pejuang meninggal dalam peristiwa ini. Peristiwa Gerbong Maut bermula ketika pasukan Belanda berhasil menguasai Bondowoso. Pada 22 Februari 1947.
-
Bagaimana cara pegawai kereta api di Surabaya mengungsikan lokomotif beserta kereta dan gerbong? Mereka sepakat mengungsikan lokomotif beserta kereta dan gerbong ke luar Kota Surabaya.Evakuasi pertama diarahkan ke Stasiun Babat.
-
Bagaimana kereta kencana Kiai Garuda Yeksa dirawat? Setiap pagi kereta-kereta tersebut dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel.
-
Kapan kereta kencana Kiai Garuda Yeksa dibuat? Kereta kencana itu dibuat pada sebuah pabrik di negeri Belanda pada tahun 1861 atas pesanan Sri Sultan HB VI.
-
Apa itu kereta kencana Kiai Garuda Yeksa? Kiai Garuda Yeksa merupakan salah satu kereta kencana yang dimiliki Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
-
Apa yang dilakukan oleh pegawai kereta api di Surabaya pada malam hari tanggal 9 November 1945? Pada malam hari tanggal 9 November, rangkaian Kereta Api Luar Biasa disiapkan untuk mengungsikan rakyat ke luar Surabaya. Di Stasiun Pasar Turi disiapkan kereta tujuan Lamongan. Sedang di Stasiun Surabaya Kota, disediakan kereta api jurusan Tarik-Mojokerto dan Sidoarjo-Bangil.
-
Kenapa Pasal 7 UUD 1945 diubah? Pasal 7 dalam UUD 1945 yang mengatur tentang masa jabatan presiden diubah karena beberapa alasan, antara lain: Untuk menghindari praktik kekuasaan yang otoriter, korup, dan nepotis yang terjadi pada masa Orde Baru, yang memungkinkan seorang presiden menjabat tanpa batas periode. Untuk mendorong regenerasi dan demokratisasi kepemimpinan nasional, yang memberi kesempatan kepada calon-calon presiden lain yang memiliki visi dan misi yang sesuai dengan aspirasi rakyat.
Belanda melancarkan serangan yang memaksa pasukan Republik mundur ke pegunungan dan melanjutkan perjuangan melalui taktik gerilya.
Perlawanan rakyat Bondowoso terhadap Belanda terus berlangsung di berbagai wilayah, termasuk serangan oleh para pemuda pejuang ke markas VDMB (Velligheids Dienst Marinir Brigade).
Sebagai respons, pihak Belanda melakukan pembersihan dengan menangkap banyak warga yang dianggap aktif melawan, sehingga penjara Bondowoso menjadi penuh sesak.Pada tanggal 22 November, ada sebanyak 100 pejuang republik yang ditahan di penjara Bondowoso.
Awal Mula Petaka
Untuk menanggulangi kepadatan ini, Belanda berencana memindahkan para tahanan dari penjara Bondowoso ke penjara di Surabaya.
Selain karena keterbatasan kapasitas, alasan lain pemindahan ini adalah anggapan bahwa para tahanan dianggap berbahaya bagi Belanda dan tenaga para tahanan (pejuang) ingin dimanfaatkan untuk dipekerjakan di pusat-pusat pertahanan Belanda di Surabaya.
Pada 23 November 1947, setelah menerima perintah langsung dari Komandan J. Van Den Doerpe, sekitar pukul 05.15, para pejuang ini diminta berbaris di depan penjara Bondowoso dalam empat barisan.
Mereka kemudian diperintahkan berjalan menuju Stasiun Kereta Api Bondowoso dikawal oleh tentara Belanda.
Mengutip esi.kemdikbud.go.id, sesampainya di sana, mereka dimasukkan ke dalam tiga gerbong: 32 orang di gerbong pertama, 30 orang di gerbong kedua, dan 38 orang di gerbong ketiga.
Gerbong-gerbong ini bukanlah gerbong penumpang, melainkan gerbong barang berbahan baja tanpa ventilasi udara. Gerbong-gerbong itu ditutup rapat dan digembok dari luar oleh tentara Belanda. Kereta kemudian berangkat dari Stasiun Bondowoso menuju Surabaya pada pukul 07.30.Sepanjang perjalanan, terdengar teriakan para tahanan meminta air dari dalam ketiga gerbong.
Jeritan Minta Tolong
Namun, teriakan minta tolong itu diabaikan oleh pasukan Belanda yang memang tidak peduli dengan keselamatan para pejuang. Setelah sekitar dua belas jam perjalanan, pada pukul 19.15, kereta tiba di Stasiun Wonokromo Surabaya.
Saat gembok gerbong tawanan dibuka, tampaklah pemandangan yang sangat memilukan. Di gerbong pertama, semua tawanan masih hidup namun dalam kondisi lemas dan tak berdaya.
Di gerbong kedua, situasi lebih buruk dengan delapan pejuang ditemukan tewas. Keadaan paling tragis terjadi di gerbong ketiga, di mana seluruh tawanan ditemukan tewas dengan kondisi kulit seperti terbakar.
Gerbong ketiga memakan banyak korban karena saat proses pemindahan di gerbong ketiga ditutup rapat tanpa ventilasi. Sedangkan pada pemindahan tahap pertama dan kedua, gerbong-gerbong yang mengangkut tahanan masih dilengkapi ventilasi selebar 10–15 cm sehingga masih ada sedikit pertukaran udara.
Sebanyak 46 pejuang gugur dalam peristiwa ini. Para tawanan yang masih hidup, meskipun dalam kondisi lemas, diperintahkan untuk mengeluarkan rekan-rekannya yang meninggal sebelum akhirnya dipindahkan ke kamp Bubutan.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti