Jejak Tahu Kediri Dalam Ekspansi Tentara Mongol
Dalam beberapa catatan kuno, tahu sudah dikenal di China sejak dinasti Han sekitar 2.200 tahun yang lalu. Penemunya adalah Liu An, seorang bangsawan sekaligus cucu Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Siapa yang tidak mengenal tahu, makanan yang terbuat dari koagulasi sari kacang kedelai. Makanan ini diketahui berasal dari China, begitu pula kecap, tauco, bakpau hingga bakso.
Nama tahu merupakan serapan dari bahasa Hokkien (tauhu-doufu), yang secara harfiah berarti kedelai yang difermentasi.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Dimana Kediri berada? Kediri merupakan kota tertua yang ada di Jawa Timur.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Apa yang ditawarkan oleh wisata di Kediri selain pemandangan alamnya? Meski murah, wisata di Kediri menawarkan pesona alam yang tidak murahan dan membuat anda ketagihan.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gereja Merah Kediri? Gaya arsitektur gereja ini adalah Neo Gotik dengan denah persegi berukuran 30,75 x 10,6 meter Bangunan yang menghadap ke timur ini terkesan ramping, sementara tingginya memberikan kesan memukau. Gereja Merah terdiri dari lima ruangan yang melayani berbagai fungsi. Mulai ruang informasi, ruang utama, balkon, ruang konsistori, dan menara, serta sebuah ruang bawah tanah yang saat ini sudah ditutup.(Foto: Kemdikbud RI)
Dalam beberapa catatan kuno, tahu sudah dikenal di China sejak dinasti Han sekitar 2.200 tahun yang lalu. Penemunya adalah Liu An, seorang bangsawan sekaligus cucu Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Di Kediri, Jawa Timur, sejarah tahu mulai dikenal sejak abad ke-9. Daratan China kala itu dipimpin oleh Dinasti Tang (618-907), Dinasti Song (960-1279) Hingga Dinasti Yuan di era Khubilai Khan.
Sedangkan di Nusantara, sejarah tahu Kediri seumuran dengan peradaban Dhaha atau Panjalu sebagai nama lain Kadiri/Kediri.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Tiongkok berjudul Ling Wai Tai Ta (1178).
Dituturkan bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Tiongkok secara berurutan adalah Arab, Jawa dan Sumatera. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Panjalu, sedangkan Sumatera dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Digambarkan penduduk Jawa kala itu menganut agama Buddha dan Hindu. Mereka dikenal memiliki sifat pemberani dan juga emosional. Waktu luangnya untuk mengadu binatang. Mata uangnya terbuat dari campuran tembaga dan perak.
Buku Chu-fan-chi menyebut Jawa adalah maharaja yang punya wilayah jajahan: Pai-hua-yuan (Pacitan), Ma-tung (Medang), Ta-pen (Tumapel, Malang), Hi-ning (Dieng), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang Surabaya), Tung-ki (Jenggi, Papua Barat), Ta-kang (Sumba), Huang-ma-chu (Papua), Ma-li (Bali), Kulun (Gurun, mungkin Gorong atau Sorong di Papua Barat atau Nusa Tenggara), Tan-jung-wu-lo (Tanjungpura di Borneo), Ti-wu (Timor), Pingya-i (Banggai di Sulawesi), dan Wu-nu-ku (Maluku).
Terkenalnya Panjalu ini membuat pihak luar tergiur ingin menguasai. Para penguasa dunia dan pedagang pun akhirnya melakukan ekspansi, antara lain Kaisar Khubilai Khan, penguasa Mongol.
Awalnya tahun 1292, saat Khubilai Khan mengirimkan utusan yang dipimpin Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing ke Singasari untuk menaklukkan Jawa. Peristiwa ini berujung pemotongan telinga utusan Mongol, hingga akhirnya memancing amarah Khubilai Khan.
Penggiat sejarah dan kebudayaan Kadiri, Novi Bahrul Munib menuturkan, selain tujuan ekspansi, kedatangan utusan Kaisar Khubilai Khan ini juga menandai untuk pertama kalinya tahu masuk ke Kediri.
"Kediri selain menjadi jalur rempah, kedatangan tentara Khubilai Khan untuk pelebaran wilayah sejak tahun 1292 di Shingasari dan tahun 1293 kembali melakukan penyerangan kepada Raja Jayakatwang di Kediri, yang dianggap penerus Singasari juga membawa budaya tahu selain untuk konsumsi tentara Mongol sediri," kata Novi Bahrul Munib.
Dalam buku Dapur Naga di Indonesia karya Suryatini N. Ganie, disebutkan bahwa pasukan Khubilai Khan yang membawa tahu ke Nusantara yakni sekitar abad ke-12.
Jejak itu diyakini Suryatini, bersumber dari kapal–kapal atau jung pasukan Mongol yang berlabuh di Sungai Brantas. Jung-jung adalah kapal layar yang banyak ditemukan di perairan Asia Tenggara hingga pantai timur Afrika.
Menurut Suryatini, jung yang digunakan tentara Khubilai Khan mengangkut makanan untuk tentara dan pendatang China. Bahan yang diangkut itu salah satunya membawa kedelai sebagai bahan utama pembuatan tahu.
Para pendatang yang juga pedagang China ini pada akhirnya banyak memilih menetap di sepanjang Sungai Brantas.
Dalam perkembangannya, tahu olahan di Kota Kediri mengalami akulutarasi. Penambahan kunyit dilakukan untuk mendapatkan tekstur yang kenyal, bisa bertahan lama dan menjadikan tahu berwarna kuning. Selain itu juga lantaran kunyit memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh.
"Sungai Brantas merupakan jalur rempah sejak abad ke-9. Dengan berbagai eksperimen akhirnya olahan tahu dicampur kunyit. Kenapa dicampuri kunyit. selain memiliki khasiat bagi kesehatan, tahu yang dicampuri kunyit mampu bertahan lama dan kenyal," tutur Novi.
Saat ini di Kediri, tahu kuning atau tahu Takwa sudah mulai dikembangkan oleh penduduk asli, bukan lagi keturunan China. Salah satunya di kampung tahu Tinalan, Kecamatan Pesantren. Di tempat ini terdapat beberapa perajin tahu. Tidak sedikit mereka masih mempertahankan penggunaan alat-alat produksi tradisional yang terbuat dari kayu dan batu.
(mdk/cob)