Kenapa di Jawa Barat Tidak Ada Candi Seperti di Jateng & Jatim? ini Kata Ahli
Menjelajahi kawasan Calobak, terlihat tempat ritual masyarakat Sunda terbilang sederhana. Mengapa tidak seperti candi-candi yang dibangun di Jawa Tengah dan Jawa Timur?
Situs Calobak atau dikenal masyarakat dengan nama Pasir Keramat terletak di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasinya berada di kaki Gunung Salak. Kira-kira satu jam perjalanan dari pusat Kota Bogor ke arah Ciapus.
Ada tiga situs di kawasan ini. Pertama adalah Situs Eyang Esih. Kedua eyang Tolok dan ketiga, atau yang paling tinggi di atas adalah Eyang Raksabumi.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Apa yang menjadi peninggalan sejarah yang dulunya merupakan sarana mobilisasi masyarakat di Pulau Jawa? Di Pulau Jawa, banyak ditemukan peninggalan infrastruktur yang dulunya digunakan sebagai salah satu sarana penting bagi mobilisasi masyarakat.Salah satu peninggalan tersebut adalah Jembatan Cikacepit yang terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran.
-
Apa yang menjadi cikal bakal sejarah penerbangan sipil di Indonesia? Pesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia. Saat ini, orang-orang bisa menikmati penggunaan transportasi udara yang jauh lebih nyaman dan aman tentunya. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Adanya transportasi udara ini berkat tokoh dan masyarakat terdahulu yang ikut andil dalam menorehkan sejarah penerbangan sipil di Indonesia.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
Diperkirakan ketiganya adalah peninggalan megalitikum. Sudah lebih dulu ada sebelum Hindu, Budha dan Islam masuk ke tatar Sunda. Dari awal diperkirakan sudah merupakan tempat ritual dan ziarah,
Persamaan dari tiga situs ini adalah bentuknya yang relatif sederhana. Berupa undakan dengan batu-batu yang disusun.
Menjelajahi kawasan Calobak, terlihat tempat ritual masyarakat Sunda terbilang sederhana. Mengapa tidak seperti candi-candi yang dibangun di Jawa Tengah dan Jawa Timur?
Masyarakat Huma
Menurut Sejarawan sekaligus Budayawan Sunda, Saleh Danasasmita, hal ini ternyata sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan cara bercocok tanam masyarakat Sunda.
Berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menanam padi di sawah, orang-orang Sunda dulu menggunakan sistem huma atau masyarakat berladang.
"Masyarakatnya berbeda sama sekali. Yang satu masyarakat ladang, yang satu masyarakat sawah," tulis Saleh dalam buku Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi yang diterbitkan Kiblat.
Di tatar Sunda sebenarnya, bukan sama sekali tidak ada candi. Di Garut misalnya, ada Candi Cangkuang.
"Untuk di Candi Cangkuang, wajar saat Hinduisme mulai meresap di Jawa Barat, ihwal candi juga coba dicangkok. Tapi karena tidak cocok dengan pola budaya yang ada, maka cangkokan tidak berkembang dengan baik," kata Saleh.
Dua Kebudayaan Berbeda
Di Jateng dan Jatim masyarakat terkonsentrasi di suatu desa karena kebutuhan menggarap sawah. Sementara dalam sistem huma, masyarakat tinggal terpencar di ladang-ladang mereka yang letaknya agak berjauhan. Kadang orang-orang Sunda juga menggunakan sistem ladang berpindah. Masyarakat Peladang tidak membutuhkan bangunan yang besar dan megah.
Dalam budaya sawah, petani hanya bekerja sampai siang hari. Sementara di huma, peladang biasa bekerja seharian dan baru pulang menjelang senja.
Dari pola berkumpul dan sosial kemasyarakatan ini bisa disimpulkan, kebudayaan huma dan sawah sangat berbeda. Tentu dalam masyarakat sawah, seorang raja lebih mudah mengumpulkan massa untuk bergotong royong termasuk membangun candi.
Satu hal lagi, orang Sunda tidak mengenal pemujaan makam. Termasuk makam-makam raja Pakuan Pajajaran pun tidak dibuat tanda-tanda khusus. Sebagian besar malah tidak diketahui di mana lokasi pasti makamnya.
Saleh Danasasmita mengambil contoh di Baduy hingga kini tidak ada komplek makam. Makam yang baru hanya ditandai oleh pohon hanjuang selama 40 hari. Setelah lewat masa itu, tanah tempat pemakaman sudah dianggap tanah biasa.
Makam para raja Pakuan Pajajaran pun sebagian besar tidak diketahui dimana letak pastinya. Kemungkinan pengkeramatan makam yang dilakukan masyarakat baru ada setelah Pajajaran runtuh.
Kabuyutan di Sunda
Profesor Jakob Sumardjo berpendapat serupa soal ukuran candi dan jumlahnya yang langka di tatar Sunda. Menurutnya ada dalam perbedaan masyarakat sawah dan huma.
Kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki jumlah penduduk yang besar dan terpusat. Hal ini memungkinkan para raja mengerahkan tenaga manusia untuk membangun candi-candi besar. Sebaliknya di tengah masyarakat huma yang tersebar, pengerahan manusia sulit dilakukan.
Yang menarik adalah di Tatar Sunda diperkirakan berdiri banyak kabuyutan yang lebih tua daripada percandian di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurut Prof Jakob, Kabuyutan berasal dari kata 'tabu' atau terlarang. Artinya adalah tempat sakral yang tabu untuk didatangi sembarang orang. Kabuyutan hanya boleh dikunjungi oleh kepala kampung, resi, raja, atau orang-orang tertentu. Dari dulu hingga kini kabuyutan berkaitan dengan religi.
"Kabuyutan dapat dikatakan bangunan megalitikum karena memang tersusun dari batu-batu besar," tulis Jakob Sumardjo dalam buku Struktur Filosofis Artefak Sunda.
Misteri Gunung Padang
Kabuyutan ini lebih tua dari sejumlah kerajaan yang berdiri di Jawa Barat seperti Tarumanagara atau Pakuan Pajajaran. Diperkirakan sudah ada semenjak pra-Hindu dan Budha. Orang Sunda rupanya lebih meniru menyusun batu-batu seperti leluhurnya daripada membangun candi.
Tidak semua kabuyutan sederhana, beberapa dibangun dengan megah seperti candi-candi di Jawa. Salah satu contohnya ada situs Gunung Padang. Lalu ada Salaka Domas dan Karangkamulyan.
"Masih merupakan tanda tanya bagaimana kabuyutan-kabuyutan itu dahulu dapat dibangun semegah itu, yang barang tentu memerlukan pengerahan tenaga seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sukuh dan lain-lain,' tulis Jakob.
Kabuyutan biasanya didirikan di daerah terpencil. Idealnya di tempat yang berbukit atau memiliki tebing yang menghadap dataran kosong tak berpenghuni.
Kabuyutan juga harus diapit dua sungai yang bertemu. Tempat ini dikelilingi oleh hutan lebat. Di sini juga selalu terdapat batu-batu yang disusun. Inilah perbedaan antara kebudayaan yang berkembang di Jawa Barat dengan di jawa Tengah dan Jawa Timur.