Masa Kecil Presiden: Menangis Pilu di Kamar, Tak Mampu Beli Petasan di Malam Lebaran
Sukarno mengaku keluarganya hidup miskin saat dia kecil. Gaji ayahnya sebagai guru di sekolah rendah Mojokerto tidak cukup untuk hidup layak. Jangankan membeli petasan, untuk makan pun pas-pasan.
Menyalakan petasan saat malam lebaran adalah tradisi di sebagian besar wilayah Nusantara. Hampir semua anak merayakannya dengan gembira. Namun Sukarno kecil hanya bisa bersedih di kamarnya.
Sukarno masih mengingat malam yang pilu itu. Anak-anak seusianya sibuk membakar petasan merayakan malam Idulfitri. Sementara dia tidak punya uang untuk membeli petasan.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Siapa yang menjadi sorotan utama pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia? Pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus yang lalu, perhatian banyak tertuju pada Shaista Putri Rionaldo Stockhorst.
-
Apa yang dilakukan Prabowo saat acara syukuran ulang tahun Titiek Soeharto? Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus capres suara terbanyak Prabowo Subianto menghadiri acara ulang tahun Siti Hediati Hariyadi atau kerap disapa Titiek Soeharto yang ke 65 tahun di kediaman Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (14/4) malam. Prabowo nampak hadir pukul 20:00 WIB mengenakan pakaian batik lengan panjang bermotif nuansa warna cokelat dan hitam. Kedatangannya pun disambut langsung oleh anak semata wayangnya Ragowo Hediprasetyo atau Didit dan Sekjen Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Apa tujuan utama dari tradisi Lebaran? Pada dasarnya, hakikat Lebaran adalah waktu terbaik untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan.
Sukarno mengaku keluarganya hidup miskin saat dia kecil. Gaji ayahnya sebagai guru di sekolah rendah Mojokerto tidak cukup untuk hidup layak. Jangankan membeli petasan, untuk makan pun pas-pasan.
"Di malam lebaran aku berbaring seorang diri di dalam kamar tidurku yang kecil. Aku merasa begitu malang, hatiku serasa teriris," kata Sukarno dalam biografi Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Hadiah Petasan
Kesedihan Sukarno kecil makin bertambah saat mendengar tawa anak-anak dan letusan petasan di sekitar rumahnya. Bahagia sekali mereka. Sebagai bocah kecil, dia merasa begitu menderita.
"Satu-satunya cara untuk mengatasi perasaan itu ialah dengan menangis terisak-isak, sepuas-puasnya," kata Bung Karno.
Beberapa lebaran berlalu, orang tua Sukarno tak kunjung mampu membelikannya mercon. Hingga suatu hari datanglah seorang kawan ayahnya. Tamu itu datang membawa bungkusan kecil. Jantung Sukarno berdebar saat melihat buah tangan itu. Dia hampir tak sanggup membukanya.
"Isinya petasan," ujar Sukarno gembira.
Cindy Adams mewawancarai Presiden Sukarno dari tahun 1961-1964. Bung Karno masih mengingat momen itu walau sudah lewat 50 tahun. Dia masih merasakan kebahagiaan luar biasa saat diberi hadiah petasan.
"Tak ada harta, lukisan, atau apa pun istana di dunia ini yang dapat memberiku kegembiraan seperti waktu itu," kenang Sukarno.