Pertempuran di Hari Lebaran, Imam RPII Ditembak Mati Pasukan Elite TNI
Pertempuran di pagi buta itu hanya berlangsung lima menit. Setelah diidentifikasi, ternyata benar Kahar Muzakkar ikut tewas dalam penyergapan itu.
Tahun 1964, TNI menggelar operasi militer besar-besaran. Targetnya menangkap hidup atau mati Kahar Muzakkar. Imam Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII) yang sudah memberontak 14 tahun melawan pemerintah di wilayah Sulawesi Selatan.
Kekuatan RPII cukup besar dengan senjata yang lengkap. Ditambah lagi pasukan Kahar sangat menguasai medan pertempuran di pegunungan.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Bagaimana cara sejarawan menentukan kebenaran sebuah peristiwa sejarah? Sejarah menggunakan metode ilmiah dan analisis kritis untuk menilai keandalan sumber dan menyusun narasi yang berdasarkan bukti.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
Salah satu pasukan andalan untuk Operasi Tumpas/Kilat berasal dari Jawa Barat. Panglima Kodam Hassanudin Kolonel M Jusuf mendapat dua brigade infanteri dari Siliwangi, ditambah batalyon 330.
Kehadiran Pasukan Kujang dari Siliwangi ini memang diminta khusus oleh M Jusuf. Pasukan ini sebelumnya berhasil menangkap Kartosoewirjo, Imam Besar DI/TII di Jawa Barat dan mengakhiri pemberontakan.
Pasukan Religius dari Jawa Barat
Sebagai Kepala Staf Operasi Kilat, ditunjuk Kolonel Solichin GP, seorang perwira senior dari Siliwangi. Jusuf tak salah memilih jago tempur yang berpengalaman dalam perang gerilya.
Kolonel Solichin GP menggunakan taktik yang sama dengan saat mengalahkan DI/TII di Jawa Barat. Dia yakin dukungan rakyat pada Kahar bisa direbut karena seringnya gerombolan ini melakukan aksi teror.
"Saya merasa yakin rakyat bisa direbut, karena kerusakan yang diakibatkan oleh gerombolan Kahar sama seperti yang ditimbulkan oleh DI/TII," kata Solichin.
Dalam buku Jenderal M Jusuf, Panglima Para Prajurit yang ditulis Atmadji Sumarkidjo, satu hal yang membuat Pasukan Siliwangi bisa diterima oleh Rakyat Sulawesi adalah karena pembawaan alamiah mereka.
Anggota pasukan ini dikenal taat menjalankan salat lima waktu dan berkumpul dalam musala bersama warga desa. Hal ini cocok dengan kebiasaan masyarakat setempat yang religius. Banyak warga yang sadar dan meninggalkan kelompok DI/TII.
Walau begitu tetap saja ada beberapa perubahan strategi di lapangan karena anak buah Kahar memiliki kemampuan tempur dan persenjataan yang lebih baik.
Pasukan Kahar dikenal berani menyergap pasukan TNI yang tidak waspada. Berkali-kali TNI mendapat serangan mendadak yang menimbulkan korban jiwa.
Pasukan Elite dalam Operasi Mobil Udara
Sejak tahun 1964, perburuan pada Kahar Muzakkar makin gencar. Posisinya makin lemah karena banyak pengikut yang menyerah. Namun lebatnya hutan belantara di Sulawesi membuat Kahar masih bisa bergerak cukup leluasa.
Posisi Kahar diketahui sudah menyeberang ke Sulawesi Tenggara, hal itu diketahui dari Andi Rawe, istri Kahar yang sudah menyerah pada pihak TNI.
Pasukan Yon 330/Kujang I segera melakukan pengejaran. Komandan Batalyon Mayor Yogie SM bertekad tak akan membawa pasukan elite ini pulang ke Jawa Barat sebelum menangkap Kahar Muzakar.
"Panglima Jusuf juga menugaskan tiga kompi RPKAD, tiga kompi Raiders Hasanuddin, Yon 013 Hasanuddin dan satu setengah kompi Brimob," tulis Atmadji.
Angkatan Udara ikut mengerahkan helikopter untuk mengangkut pasukan dan mendrop logistik ke wilayah yang sulit. Untuk mengejar Kahar, pasukan RPKAD diangkut dengan helikopter ke tempat yang diduga lokasi Kahar berada.
Kalau diperlukan, helikopter akan mendarat di puncak-puncak bukit. Pasukan bisa langsung turun mengecek dan memburu Kahar.
Operasi ini dinamakan air mobile atau mobil udara. Teknik baru yang baru dipelajari M Jusuf di luar negeri. Di Vietnam, pasukan AS banyak menggunakan cara ini.
Titik terang mulai terlihat. Pada Januari 1965, tim RPKAD menangkap seorang perwira kepercayaan Kahar. Diperoleh lokasi persembunyian pemimpin pemberontak itu.
Pasukan Kujang Memburu Kahar Muzakkar
Mayor Yogie S Memet memerintahkan pasukannya bergerak. Salah satunya adalah Peleton 1 Kompi D pimpinan Peltu Umar yang mulai bergerak sejak 27 Januari 1965.
Pasukan ini hanya dibekali logistik untuk empat hari. Seharusnya sudah kembali ke markas mereka tanggal 31 Januari. Namun Peltu Umar menemukan petunjuk baru, dan memutuskan terus bergerak mengejar Kahar.
"Karena logistik sudah habis, pasukan terpaksa makan dedaunan untuk bertahan hidup."
Upaya mereka menyusuri Sungai Lasolo tidak sia-sia. Tanggal 1 Februari 1965, mereka menangkap menteri kesehatan RPII dan sejumlah simpatisan Kahar Muzakkar. Mereka makin yakin posisi Kahar sudah dekat.
Tertembak di Hari Idul Fitri
Tanggal 2 Februari, pasukan Kujang itu mengintai seorang pria membawa senjata naik rakit menyusuri Sungai Lasolo. Ternyata ada beberapa buah bivak di tepi sungai.
"Sayup-sayup terdengar suara radio transistor memutar lagu 'Kenang-Kenangan'. Menurut penunjuk jalan, ini adalah lagu favorit Kahar."
Pada 3 Februari 1965 dini hari, tepat di hari Raya Idul Fitri, Peltu Umar memerintahkan 30 prajuritnya menyeberang sungai Lasolo. Sementara empat orang prajurit berjaga di seberang sungai mencegah Kahar melarikan diri.
Pasukan Siliwangi mulai menembaki orang-orang yang keluar dari Bivak. Mereka kaget, tak menyangka ada serangan mendadak.
Saat itulah, Kopral Satu Ili Sadeli melihat seseorang berlari meninggalkan bivak sambil membawa sesuatu. Dalam cahaya yang terbatas, Kopral Sadeli menduga pria itu membawa granat tangan.
Dia tidak mau mengambil risiko. Tiga tembakan dilepaskan dari senapan Thompsonnya. Lelaki itu pun tersungkur di tanah.
Pertempuran di pagi buta itu hanya berlangsung lima menit. Setelah diidentifikasi, ternyata benar Kahar Muzakkar ikut tewas dalam penyergapan itu.
Dikenali dari Celana Dalam
Jenazah Kahar Muzakkar kemudian dibawa naik rakit ke pos TNI terdekat. Dari sana informasi tersebut dikirimkan ke Panglima M Jusuf. Jusuf segera meneruskan kabar penting itu ke Jenderal Ahmad Yani yang langsung melapor ke Presiden Sukarno.
Selain foto yang diberikan pada setiap prajurit yang mengikuti operasi Kilat/Tumpas, ada lagi beberapa ciri khas Kahar.
Pertama adalah tahi lalat, lalu gigi emas dan celana dalam yang dibordir dengan inisial KM.
"Almarhum tidak mau memakai sembarang celana dalam, kecuali yang dibordir khusus oleh istrinya yang keempat," kata M Jusuf.
Jenazah Kahar kemudian dikubur di lokasi yang sangat dirahasiakan. Tak seorang pun yang tahu lokasinya.
M Jusuf tak pernah mau menceritakan di mana jenazah Kahar dimakamkan. Rahasia ini tetap terkubur bersama M Jusuf yang meninggal tahun 2004.