Soekarno atau Sukarno, Ini Jawaban Langsung dari Bung Karno
Mengacu kepada sejarah penamaan dirinya yang berasal dari dua kata
Ada dua versi nama dari presiden pertama Republik Indonesia yang kerap ditulis dalam sejarah: Soekarno dan Sukarno. Mana yang benar?
Penulis: Hendi Jo
-
Di mana Soekarno belajar untuk memimpin? Soekarno, yang tinggal di Surabaya pada era 1920-an, belajar untuk menundukkan hati rakyat dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam melawan penjajah serta mencapai kemerdekaan Indonesia.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Apa yang dilakukan Soekarno untuk menyerap aspirasi warga Bandung? Menyandang gelar baru sebagai pemimpin partai dia mulai bergerilya, menjadwalkan mencari aspirasi dari kampung ke kampung.
-
Kapan Soekarno diasingkan di Bengkulu? Masa pengasingan Soekarno mulai tahun 1938 sampai 1942 ini telah muncul jalinan asmara dengan Fatmawati setelah sang presiden aktif dalam kegiatan kepemudaan Bengkulu.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
Sejak lama, buku-buku pelajaran sejarah di Indonesia sebagian besar sudah kadung menulis nama Sukarno menjadi Soekarno. Bisa jadi hal tersebut dipengaruhi dari foto-foto lama yang memperlihatkan tandatangan Sukarno dengan menyertakan ejaan lama: huruf u diganti oe.
"Itu jelas bisa kita lihat bersama dalam naskah teks proklamasi yang ditandatangani oleh Bung Karno," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.
Para penulis asing yang menulis biografi Sukarno pun memang rata-rata menulis nama Sukarno dengan mengikuti ejaan lama. Seperti salah satunya adalah Lambert Giebels. Penulis sejarah asal Belanda itu memberi judul bukunya: Soekarno: Nederlandsch onderdaan Een biografie 1901-1950 (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Grasindo menjadi Soekarno: Biografi 1901-1950).
Bisa jadi penulis terkenal satu-satunya yang menuliskan nama Sukarno tetap "Sukarno" adalah Cindy Adams. Kendati buku itu kali pertama diterbitkan dalam bahasa Inggris pada 1965 (ketika pengaruh ejaan lama masih dominan), namun Cindy Adams tidak ikut larut dalam penyebutan nama Sukarno menjadi Soekarno.
Bung Karno sendiri lebih menyukai orang menulis namanya dengan 'Sukarno'. Dia mengacu kepada sejarah penamaan dirinya yang berasal dari dua kata: 'Su' artinya paling baik dan 'Karno' yang berasal dari nama seorang kstaria pahlawan dalam dunia pewayangan. Jadi 'Sukarno' berarti pahlawan yang paling baik.
"Karena itulah maka Sukarno menjadi namaku yang sebenarnya dan satu-satunya," ungkap Sukarno dalam Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (disusun oleh Cindy Adams).
Alasan Tanda Tangan Bertuliskan Soekarno
Lantas mengapa, Bung Karno masih membubuhkan tanda tangan pribadi dengan tulisan kata Sukarno?
Itu dikarenakan kebiasaan saat sekolah dulu yang mewajibkan bunyi huruf u ditulis dengan huruf oe, menurut ejaan Belanda. Karena itu berbau Belanda, pasca Indonesia merdeka, Sukarno memerintahkan supaya segala ejaan oe kembali kepada u. Termasuk penulisan namanya sendiri dari 'Soekarno' , menjadi Sukarno.
"Akan tetapi, tidak mudah untuk mengubah tandatangan setelah berumur 50 tahun, jadi kalau aku sendiri menulis tandatangan-ku, aku masih menulis S-O-E," jelas Bung Karno.
Menurut Rushdy Hoesein, sah saja jika Bung Karno menginginkan namanya ditulis sesuai ejaan baru. Dan tidak ada salahnya juga bila ada penulis atau sejarawan hari ini menulis nama Sukarno sesuai keinginan orang yang memiliki nama.
"Tapi kalau soal referensi sejarah yang mengacu kepada buku dan arsip-arsip lama, tentunya kita harus tetap mengacu kepada nama 'Soekarno'. Jadi bisa saja, dalam satu buku sejarah ada dua versi nama yakni Sukarno dan Soekarno," ujar sejarawan yang aktif di Yayasan Bung Karno itu.