Stasiun Radio Malabar Bandung, Pemancar Nirkabel Pertama Mendunia
Saat itu pengucapan "Hallo Bandoeng" digunakan operator telegraf di Malabar dan di Stasiun Radio Kootwijk Belanda sebagai sapaan pertama sebelum memulai komunikasi lintas benua.
Wilayah Bandung senantiasa menjadi perhatian dunia, karena keindahan pariwisata dan budayanya yang kesohor sejak dulu kala. Jejak kekaguman itu salah satunya bisa kita temui di kawasan Gunung Puntang, Pegunungan Malabar, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Di mana pada tahun 1923, Pemerintah Hindia Belanda mampu membangun sebuah stasiun radio terbesar, dengan sistem operasi tercanggih pada saat itu. Bahkan saking modernnya, stasiun pemancar yang dirancang oleh insinyur elektro kenamaan lulusan Jerman bernama Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot itu sempat diperhitungkan dan masuk ke sejarah perkembangan radio dunia karena jadi penghubung komunikasi Indonesia - Belanda sejauh 12.000 kilometer.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Sebagai Pemancar Nirkabel Pertama di Dunia
Sebagaimana dijelaskan di situs mooibandung, keunggulan tersebut terdapat pada sistem pemancar tanpa kabel (nirkabel) nya yang merupakan satu-satunya dan pertama di dunia.
Dalam ulasan sejarah Komunikasi di Bandung lewat buku Tjitaroemplein-Bandung (2014) Sudarsono Katam menyebut jika sistem pemancar tersebut merupakan yang pertama di dunia. Hal ini dikarenakan menggunakan sistem peluncur listrik untuk mengangkat gelombang sebesar 750 Volts dan daya 1 MA.
Dari situ gelombang radio ribuan kilowatt bisa terbangun, bahkan dengan tanpa kabel sehingga tidak terganggu kegiatan perang dunia pertama pada tahun tersebut.
Gunakan Bantuan Dua Buah Gunung
Sementara itu, proses pengangkutan sinyal menggunakan bentangan antena sepanjang 2 kilometer yang disambungkan antara Gunung Puntang dan Gunung Halimun, dengan ketinggian dari dasar lembah rata-rata 350 meter.
Dengan semua kecanggihan itu, disebutkan jika kemampuan komunikasi antar dua benua melalui sistem telegraf pun bisa dilakukan tanpa hambatan. Bahkan di tahun 2004 sebuah situs di internet yakni www.cdvandt.org turut mencatat bahwa sistem tersebut merupakan bagian dari sejarah komunikasi terkuat yang pernah dibuat di dunia.
“Worlds most powerful arc transmitter ever” (pemancar ark yang paling kuat yang pernah ada di dunia)," tulis situs tersebut, mengutip dari kanal infobdg.
Menciptakan Istilah Hallo Bandoeng
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Halo Bandung merupakan sebuah lagu perjuangan yang dinyanyikan oleh seniman Ismail Marzuki dalam menggambarkan perjuangan pahlawan setempat saat peristiwa Bandung Lautan Api. Namun tahukah jika ucapan tersebut sebetulnya sudah tercetus sejak awal stasiun radio itu berdiri.
Saat itu pengucapan "Hallo Bandoeng" digunakan operator telegraf di Malabar dan di Stasiun Radio Kootwijk Belanda sebagai sapaan pertama sebelum memulai komunikasi lintas benua.
Selain digunakan sebagai tanda komunikasi, Hallo Bandoeng juga sempat dijadikan lagu oleh seorang warga Belanda bernama William Frederik Christiaan Dieben yang ia nyanyikan dengan iringan orchestra hingga jadi terkenal.
Adapun sebagai penunjang komunikasi pada saat itu, di sekitar lokasi Stasiun Radio Malabar turut dibangun komplek perumahan dengan segudang fasilitas lengkap untuk para pegawai di sana.
Beberapa fasilitas tersebut di antaranya kolam renang, fasilitas olahraga, hingga gedung bioskop untuk tempat hiburan.
Sayangnya, semua peninggalan tersebut kini hanya tersisa puing bangunan yang tertutup semak belukar. Di sekitar lokasi ini juga bisa ditemui sisa-sisa tiang antena sebagai pendukung pemancar radio yang kini telah usang.
Kini Jadi Bangunan Masjid
Di lokasi tersebut dahulu juga terdapat sebuah monumen dua orang anak kecil yang tengah berkomunikasi sembari memeluk bola dunia.
Disebutkan bangunan tersebut merupakan penanda atas dibangunnya stasiun pemancar Malabar, termasuk sebagai simbolisasi dimulainya komunikasi lintas benua nirkabel pertama.
Namun saat ini monumen tersebut diketahui sudah tidak ada, dan bekas lokasinya didirikan sebuah rumah ibadah bernama Masjid Istiqomah.
(mdk/has)