Dibor Pakai Tenaga Sapi, Ini Cerita Unik Sumur Minyak Pertama di Indonesia
Di wilayah yang berbatasan dengan Cirebon, Indramayu dan Sumedang itu terdapat seorang penjaga toko kelontong Belanda bernama Jan Reerink. Ia yang menemukan rembesan emas hitam tersebut dan berupaya mengeksplorasinya dengan menggunakan tenaga sapi sebagai penggerak.
Minyak bumi menjadi salah satu komoditas yang banyak digunakan oleh hampir seluruh sektor industri dan pelaku rumah tangga (kendaraan pribadi) di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Namun di balik penggunaannya yang cukup tinggi tersebut, tahukah Anda di mana letak sumur minyak pertama di Indonesia? Jawabannya ada di dekat sungai Cibodas, Argalingga, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
Di wilayah yang berbatasan dengan Cirebon, Indramayu dan Sumedang itu terdapat seorang penjaga toko kelontong Belanda bernama Jan Reerink. Ia yang menemukan rembesan emas hitam tersebut dan berupaya mengeksplorasinya.
Terinspirasi dari Penambang Minyak Legendaris Amerika Kolonel Edwin L Drake
Jan Reerink
http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Dalam catatan sejarah yang dikutip dari tambang.co.id, di beberapa wilayah Indonesia telah dilaporkan adanya penemuan minyak mentah oleh Corps of the Mining Engineers. Mereka merupakan lembaga di bawah Kerajaan Belanda di pertengahan abad ke-19.
Saat itu berita tersebut sampai ke telinga Jan Reerink, yang merupakan seorang anak laki-laki dari saudagar penggilingan beras pada zaman Belanda di wilayah Cirebon.
Ketika itu dirinya kerap bermimpi bisa mengeksplorasi sumber minyak sendiri. Hal ini dikarenakan ia terinspirasi dengan seorang penambang minyak legendaris komersial di dekat Titusville, Pensylvania, Amerika bernama Kolonel Edwin L Drake sekitar tahun 1859.
Saat itu Reerink pun mulai menjalankan ambisinya dengan melobi Nederlandsche Handel Maatschappij (perusahaan dagang Belanda) untuk menyokong usahanya mencari minyak.
“Setelah sepuluh tahun di Cirebon, Rembesan minyak di sekitar Maja menyebabkan saya menduga bahwa bisa jadi pertanda adanya minyak. Saya menghubungi NHM dan menyatakan dugaan saya. Setelah beberapa kali berbincang dan menyelidiki, NHM mau bekerja sama. saya pergi ke AS dan Kanada. Juga untuk mencari tenagatenaga yang berpengalaman dan mengajaknya ke Hindia Belanda. Selain itu, dari sana, saya membawa peralatan dan mesin pertambangan," kata Reerink mengutip dari kanal www.geomagz.geologi.esdm.go.id.
Mengebor Menggunakan Tenaga Sapi
https://tatangmanguny.files.wordpress.com/ ©2020 Merdeka.com
Pasca negosiasinya dengan perusahaan minyak dari usaha dagang Belanda tersebut, Reerink pun pergi ke negara Amerika dan Kanada untuk mencari pegawai serta berburu peralatan bor minyak guna mempermudah aktivitas eksplorasinya.
Setelah beberapa waktu, dirinya pun kembali ke Indonesia dan pergi ke kaki Gunung Ciremai (sebelah Barat Daya Cirebon) yang dikabarkan terdapat rembesan minyak dari lapisan batuan tersier yang naik ke permukaan di kawasan tersebut.
Setelah itu, ia membangun sebuah menara bor bergaya Pensylvania dan memasukan mata bor yang digerakkan oleh alat khusus lewat perantara beberapa ekor sapi di tahun 1871.
“Total sumur yang dibor sebanyak empat sumur dan menghasilkan 6.000 liter minyak bumi. Sumur ini dianggap sebagai sumur yang memproduksi minyak bumi pertama di Indonesia,” tulis akun tambang.co.id.
Termasuk yang Tertua di Dunia
slidesharecdn.com/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ©2020 Merdeka.com
Salah satu fakta menarik lainnya bahwa sumur minyak yang diberi nama Maja-1 atau Cibodas Tangat-1 itu menjadi salah satu yang tertua di dunia. Hal ini karena waktunya hanya berselang 12 tahun setelah ditemukannya sumber minyak komersial pertama oleh Kolonel Drake dari Pensylvania seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Namun eksplorasi tersebut terpaksa berhenti di tahun ke-12 setelah pengeboran pertama lantaran berhentinya sokongan dana dari Pemerintah Hindia Belanda. Kondisi ini membuat Reerink menutup sumurnya pasca kejadian tersebut.
“Antara 1870-1874, NHM menghabiskan 200 ribu gulden dan saya sendiri 100 ribu gulden. Sementara NHM mau-mau saja menghabiskan uang lagi untuk menggapai tujuan pengeboran, tapi sayangnya kotak uang saya yang dipakai untuk berdagang di Cirebon kosong,” lanjutnya.
Menjadi Area Persawahan
Laman Facebook @infoMJL ©2020 Merdeka.com
Satu tahun belakangan, tepatnya di tahun 2019 lalu sumur minyak tersebut kembali viral di media sosial seperti yang diangkat oleh laman @infoMJLK di Facebook.
Dalam unggahannya tersebut, terlihat sumur minyak pertama di Indonesia itu berada di area persawahan yang hijau dengan diberi tanda batas patok, prasasti keramik semen dan bertuliskan:
“Tjibodas Tangat-1, di sinilah tempat pengeboran minyak pertama di Indonesia yang dikerjakan Jan Reerink tahun 1871”
Patok tersebut dibuat oleh sebuah grup sejarah bernama Grup Majalengka Baheula (Grumala) dan diresmikan pada April 2017 lalu.