Dinilai Ramah Lingkungan, Ini Alat Penangkap Ikan Sukam yang Dipertahankan Warga Adat
Kendati sudah banyak alat pancing modern yang canggih, mereka lebih tertarik menggunakan Sukam. Yaitu alat pemancingan tradisional yang dianggap efisien serta ramah lingkungan.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, tak membuat masyarakat di Kampuang Pariak, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, meninggalkan tradisi leluhurnya. Terutama dalam menangkap ikan di sungai.
Kendati sudah banyak alat pancing modern yang canggih, mereka lebih tertarik menggunakan Sukam. Yaitu alat pemancingan tradisional yang dianggap efisien serta ramah lingkungan.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa yang dilakukan Jokowi di Sumatera Utara? Presiden Joko Widodo atau Jokowi melanjutkan kegiatan kunjungan kerja di Provinsi Sumatra Utara (Sumut), Jumat (15/4), dengan bertolak menuju Kabupaten Padang Lawas. Jokowi diagendakan meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan hingga menyerahkan bantuan pangan untuk masyarakat.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa saja yang menjadi dampak dari banjir bandang di Sumatera Barat? Bencana itu telah menelan korban jiwa sebanyak 67 warganya. Ribuan orang mengungsi. Sejumlah ruas jalan, termasuk jalan, nasional juga masih terputus akibat kejadian itu.
"Nenek moyang kami memakai alat tangkap sukam ini untuk menangkap ikan di sungai," ujar Wel (42), yang merupakan ketua Kelompok Piliang, suku adat di Minangkabau, dilansir dari Antara.
Terbuat dari Bambu
Wel mengungkapkan jika seluruh elemen pembuatan sukam berasal dari alam. Bahan untuk membuatnya, menggunakan batang bambu sebagai penyusun utama di sungai, dan beberapa material kayu lain sebagai bantalan penyanggah.
Dalam sekali pembuatan, sukam memakan biaya sekitar Rp1,5 juta per unit dengan waktu pembuatan selama kurang lebih satu hari. Hal tersebut tergantung dari ketersediaan bahan serta cuaca sebagai pendukungnya.
"Pembuatan sukam tergantung dengan cuaca dan material. Apabila cuaca bagus dan material cukup, maka bisa selesai selama satu hari," ujarnya.
Bisa Tangkap 50 Kg Ikan per Hari
Untuk hasil tangkapan ikannya sendiri, tergantung dari kondisi cuaca serta air sungai. Tangkapan akan jadi maksimal jika curah hujan tinggi diiringi dengan kondisi air sungai yang deras.
Wel menambahkan hasil tangkapan ikan bisa mencapai 50 kilogram perhari melalui Sukam. Beberapa ikan di antaranya berupa gariang, ikan zidat, nila dan lainnya.
Menurutnya, ikan-ikan di sungai akan secara otomatis masuk ke dalam sukam dan masyarakat bisa memilih ikan sesuai kebutuhan untuk dikumpulkan di suatu tempat. Terkait pemasaran hasil tangkapan, Wel mengungkapkan biasanya akan dijual kepada masyarakat sekitar di Lubukbasung dan Pasaman Barat.
"Hasil penjualan ikan itu akan kita keluarkan untuk modal pembuatan sukam dan sewa lahan Rp4 juta selama tiga tahun. Sisanya akan kita bagi ke kelompok dengan jumlah 10 orang," katanya.
Terdapat 10 Unit di Sungai Batang Antokan
Youtube Rudi Kapedro ©2020 Merdeka.com
Sementara itu, tokoh masyarakat Garagahan, Tarazi (58) mengungkapkan jika di kawasan Sungai Batang Antokan, Kabupaten Agam, alat penampung ikan sukam telah terpasang sekitar 10 unit.
Ia menambahkan jika sukam tersebut dimiliki oleh beberapa kalangan. Di antaranya milik pribadi, maupun secara kelompok. Masyarakat sekitar tertarik karena bentuk dan cara kerjanya yang unik, sehingga banyak warga yang menyaksikan proses penangkapannya.
"Alat tangkap sukam itu ramah lingkungan dan menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat, karena alat tangkap berupa tradisional," tutupnya.