Gagal Jadi Guru, Begini Kisah Yudhi ASN BSSN yang Sediakan Waktu Khusus untuk Mengajar Anak-Anak Pemulung di Tangerang
Gerakan sosial ASN di Tangerang ini memberikan pendidikan layak bagi anak-anak di perkampungan pemulung.
Sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) di Tangerang berusaha mengubah pandangan negatif masyarakat tentang profesi mereka. ASN yang kerap dilabeli "makan gaji buta" karena dianggap minim pekerjaan kini membuktikan bahwa tidak semua ASN sesuai dengan penilaian buruk tersebut.
Mereka menginisiasi Gerakan ASN Mengajar, sebuah upaya sukarela yang bertujuan memberikan akses pendidikan layak kepada anak-anak di perkampungan pemulung di Tangerang.
- ASN Guru SD di Garut Diduga Cabuli Siswa Laki-Laki, Korban Diperkirakan Lebih dari Satu Orang
- Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM
- Ganjar-Mahfud akan Beri Beasiswa Kuliah Kepada Anak Prajurit TNI & Bhayangkara
- Dorong KIP Tepat Sasaran, Kaesang Dukung Generasi Muda Bisa Akses Pendidikan
Gerakan ini dimotori oleh Yudhi, ASN di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), pada tahun 2022.
"Selama ini ASN dinarasikan dengan kasus korupsi, tidak bisa bekerja, berada di zona nyaman. Saya yakinkan (melalui ASN Mengajar) bahwa tidak semua ASN seperti itu," ungkap pegawai di Biro Perencanaan dan Keuangan BSSN itu, dikutip dari YouTube Liputan6, Sabtu (26/10/2024).
Kisah Awal Terbentuknya ASN Mengajar
Yudhi, penggagas gerakan ASN Mengajar, sebenarnya bercita-cita menjadi seorang guru. Sayangnya karena berbagai kendala, ia tidak bisa mewujudkan cita-cita tersebut.
Lulus dari PKN STAN, ia menjadi ASN di Biro Perencanaan dan Beuangan di Badan Siber dan Sandi Negara. Pekerjaannya sehari-hari merencanakan dan membuat laporan keuangan.
Meskipun tak bisa menjadi guru seperti yang ia impikan, Yudhi tak membuang mimpinya untuk tetap berbagi ilmu kepada anak-anak yang kurang beruntung.
"Saya ingin menegaskan bahwa tidak semua ASN seperti yang dipersepsikan buruk. ASN bukanlah identitas tunggal saya, saya juga bisa menjadi guru," ujar Yudhi.
Semangatnya untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang beruntung telah tumbuh sejak masa kuliah di PKN STAN. Pengalamannya mengajar anak-anak pemulung membuat dia lebih peka pada permasalahan sosial masyarakat.
Melihat potensi perubahan melalui pendidikan, Yudhi mengajak rekan-rekannya yang memiliki visi serupa untuk menjadi fasilitator belajar anak-anak di kampung pemulung.
Awalnya, Yudhi datang seorang diri untuk mengajar di kampung pemulung. Seiring berjalannya waktu, beberapa rekannya ikut terlibat.
Kini, gerakan ASN Mengajar tidak hanya ada di Tangerang. Gerakan ini telah melibatkan ratusan ASN dari berbagai instansi dan menyebar di berbagai daerah, mulai dari Tangerang, Aceh, Semarang, Samarinda, dan Yogyakarta.
Pendekatan Fun Learning
Gerakan ASN Mengajar tidak hanya memberikan pendidikan akademis, tetapi juga menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh kreativitas.
Mereka telah mengembangkan program riset dan pengembangan dengan merancang kurikulum berbasis fun learning. Anak-anak diajarkan aspek kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung (calistung) serta bahasa Inggris.
Program ini disesuaikan untuk anak-anak dari berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak prasekolah, kelas 1-3, dan kelas 4-6.
Selain itu, ada juga program peningkatan kompetensi melalui kelas-kelas kreatif, seperti menari, musik, vokal, bisnis kreatif, dan fotografi.
Harapan bagi Anak-Anak Pemulung
Muhammad Syafii, salah satu murid dalam kegiatan ASN Mengajar, mengungkapkan kegembiraannya bisa belajar matematika dan sains melalui program ini.
Sementara itu, warga di sekitar perkampungan pemulung juga merasakan dampak positif dari gerakan ini.
Salah satu orang tua murid mengatakan, "Kalau enggak ada kakak-kakak yang mengajar, kemungkinan setelah sekolah, anak-anak enggak belajar lagi. Berkat diajari kakak-kakak ASN Mengajar setiap hari Minggu, anak kami bisa belajar."
Gerakan ini membuka peluang bagi anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan layak, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan bermimpi lebih besar.
Seperti yang diungkapkan oleh Berlian Ihza, salah satu relawan ASN Mengajar.
"Kami tidak menyalahkan siapa pun atas kurangnya kualitas pendidikan, tetapi semua orang punya tanggung jawab untuk memberikan pelajaran dan pendidikan. Enggak harus jadi guru di sekolah," ungkap Ihza, dikutip dari YouTube Liputan6.
Harapan ke Depan
Yudhi, penggagas gerakan ASN Mengajar berharap gerakan ini bisa terus berkembang dan menjangkau lebih banyak daerah di Indonesia.
"Harapan saya, ke depannya semua anak mendapatkan kesempatan yang sama, dan mereka berani bermimpi. ASN Mengajar bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang menciptakan perubahan nyata dalam kehidupan anak-anak yang kurang beruntung," ujar Yudhi.
Melalui gerakan ini, para ASN yang terlibat berhasil membuktikan bahwa profesi mereka bukan hanya soal pekerjaan administratif, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan bagi pendidikan Indonesia. Mereka membuktikan bahwa ASN tak sekadar 'makan gaji buta,' melainkan bisa menjadi katalis bagi kemajuan pendidikan dan masa depan generasi muda.